TALI ASIH (Hari ke-331)
Dalam menjalin tali persaudaraan antara guru di Dabin Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kudus Jawa Tengah, kami kelompok KKG dan KKKS, pada Sabtu 26 November 2022 pukul sepuluh pagi mengadakan acara penglepasan dan penyerahan tali asih bagi guru purna tugas dan mutasi karena ditugaskan sebagai Kepala Sekolah.
Tali asih berbeda makna dengan hadiah. Tali asih adalah gabungan kata tali dan asih, bermakna suatu penanda yang diberikan atas dasar kasih untuk mempererat persahabatan. Tali asih sebagai perekat silaturrahim, serasa ikatan yang menyatukan hati, mendekatkan yang berjarak. Mendapatkan tali asih rasanya senang sekali.
Tali asih perekat silaturahim bukan sekedar pengikat, ada rasa kedekatan yang disematkan. Apapun wujud tali asih akan dipilih dengan hati dan diterima dengan sukacita.
Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan manusia untuk memperkuat tali persaudaraan, sebagaimana dalam firmanNya:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمْ الذِّلَّةُ أَيْنَمَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِنْ النَّاسِ. (آل عمران: 112)
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali hubungan kepada Allah dan tali hubungan dengan manusia.” (QS. Ali Imran: 112).
Manusia tidak akan diliputi kehinaan dalam hidupnya sepanjang menjalin hubungan baik dengan saudaranya, satu dengan lainnya. Di dalam Islam ikatan persaudaraan dikenal dengan persaudaraan antarketurunan (ukhuwah nasabiyah), persaudaraan sesama manusia (ukhuwah basyariyah), persaudaraan setanah air (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan seagama (ukhuwah Islamiyah).
Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al-Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ، وَاتَّقُوا اللهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan perumpamaan-perumpamaan yang menggambarkan keutamaan orang mukmin dan persaudaraannya, di antaranya:
Pertama, persaudaraan orang mukmin dengan mukmin lainnya itu seperti bangunan:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. (رواه مسلم)
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” (HR. Muslim).
Kerjasama adalah kunci merajut kebersamaan. Tidak egois dan merasa diri paling penting dan berjasa. Gotong royong dan tenggang rasa merupakan sikap mukmin yang harus dibangun memperkuat persaudaraan.
Kedua, persaudaraan orang mukmin dengan mukmin lainnya itu seperti cermin:
اَلْمُؤْمِنُ مِرَآةُ أَخِيْهِ، إِذَا رَأَى فِيْهَا عَيْبًا أَصْلَحَهُ. (رواه البخاري في الأدب المفرد)
“Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat suatu aib pada cermin itu, maka ia memperbaikinya.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad).
Cermin adalah tempat untuk mengetahui apa yang sudah baik dan apa yang masih belum sempurna. Kebaikan yang ada semoga menjadi teladan bagi saudara. Sedangkan kekurangan atau keburukan menjadi gambaran bagi diri sendiri untuk memperbaiki diri dan pelajaran bagi saudara lain agar tidak menirunya.
Ketiga, orang-orang mukmin itu seperti lebah:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ مَثَلُ النِّحْلَةِ، إِنْ أَكَلَتْ أَكَلَتْ طَيِّبًا، وَإِنْ وَضَعَتْ وَضَعَتْ طَيِّبًا، وَإِنْ وَقَعَتْ عَلَى عُودِ شَجَرٍ لَمْ تَكْسِرْهُ. (رواه البيهقي)
“Perumpamaan orang-orang mukmin seperti lebah, apabila makan maka ia akan memakan suatu yang baik, apabila mengeluarkan sesuatu ia pun akan mengeluarkan sesuatu yang baik, dan apabila hinggap pada sebuah dahan untuk menghisap madu ia tidak mematahkannya.” (HR. al-Baihaqi).
Orang mukmin mampu menempatkan diri pada posisinya. Orang jahat akan meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Orang mukmin hanya melakukan yang baik-baik, makan yang baik dan berkata yang baik. Apapun keadaannya, ia akan berusaha melakukan yang baik-baik, terlebih kepada saudaranya.
Keempat, orang mukmin itu seperti tanaman:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الزَّرْعِ لاَ تَزَالُ الرِّيحُ تُمِيلُهُ وَلاَ يَزَالُ الْمُؤْمِنُ يُصِيبُهُ الْبَلاَءُ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ شَجَرَةِ الأَرْزِ لاَ تَهْتَزُّ حَتَّى تَسْتَحْصِدَ. (رواه مسلم)
“Perumpamaan seorang mukmin seperti tanaman (biji-bijian seperti padi), angin selalu menggoyang-goyangkannya, dan seorang mukmin senantiasa mengalami cobaan; sedangkan perumpamaan orang munafik seperti pohon Aras yang kuat tidak pernah tidak bergoyang (karena diterpa angin) sampai masuk waktu dipanen.” (HR. Muslim).
Ujian dalam kehidupan adalah sebuah keniscayaan. Suka dan duka akan mengitari kehidupan. Namun persaudaraan tetap tegar, sabar dan tawakkal. Tidak ada ujian tanpa jalan keluar. Tidak ada kesusahan tanpa penawar kebahagiaan. Ke kanan atau ke kiri, berada di atas atau bawah, seorang mukmin akan tegar menghadapi ujian hidup.
Kelima, orang mukmin itu seperti pohon kurma:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ مَثَلُ النِّخْلَةِ، مَا أَخَذْتَ مِنْهَا مِنْ شَيْءٍ نَفَعَكَ. (رواه الطبراني)
”Perumpamaan seorang mukmin itu seperti pohon kurma, apapun yang Kamu ambil darinya pasti bermamfaat bagimu.” (HR. at-Thabarani).
Orang mukmin adalah orang yang punya konstribusi besar kepada sesama. Apapun akan ia lakukan asal itu untuk kebaikan bagi orang lain dan tidak melanggar perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Keberadaan seorang mukmin bermanfaat bagi saudara-saudaranya.
Keenam, orang mukmin itu seperti emas:
مَثَلَ الْمُؤْمِنِ مَثَلَ سَبِيْلَةِ الذَّهَبِ، إِنْ نَفَخَتْ عَلَيْهَا اَحَمَرَتْ، وَإِنْ وَزَنَتْ لَمْ تَنْقُصْ. (رواه البيهقي)
“Perumpamaan seorang mukimin seperti batangan emas, kalau Engkau meniupkan (api) padanya maka ia menjadi merah, kalau Engkau menimbangnya maka tidak berkurang.” (HR. al-Baihaqi).
Menjadi mukmin seumpama menjadi emas, kokoh, tidak luluh dan menyerah dengan keadaan. Ia kokoh berpijak di atas kebenaran, tidak melebur dan mengikuti arus begitu saja. Namun ia punya prinsip yakni objektif dalam kebenaran sehingga tidak memihak kepada saudara yang salah.
Ketujuh, orang mukmin itu seperti tubuh:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. (رواه مسلم)
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim).
Orang mukmin bagaikan satu tubuh utuh yang kalau sakit salah satu organnya, yang lain pun merasa sakit. Kaki terluka akan menyebabkan tubuh meriang dan kepala pusing. Bila saudara menderita kesulitan, maka yang lainnya juga merasakannya. Itulah makna persaudaraan yang sesungguhnya.
Ikatan tali persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari, bagaikan sebuah kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Suka-duka dilalui bersama. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Sikap saling memiliki merupakan sikap persaudaraan sejati.
Wallahu a’lam,
Sumber: AlQur’an dan Hadits.
Semoga barakah, manfaat.
Kudus, 27 November 2022 (Hari ke-331)




Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya, Bun. Tali asih yang bermakna.
Alhamdulillaah, terimakasih Bu Ernasari, salam sukses ya
Alhadulillaah, bisa tayang pagi
Barakallaah untuk semuanya
Selamat bucan dan terimakasih pencerahannya
Alhamdulillah, sama sama Bu Amalia, sukses selalu
Sukses bun. Mantap ulasannya.
Aamiin Yaa Allah, terimakasih Bu Maemunah, sukses selalu
Masya Allah, sungguh keren ulasannya. Semoga selalu sehat dan sukses.
Aamiin Yaa Allah, terimakasih Bu Anita, salam sehat dan sukses ya Bu