TAHUKAH SAHABAT THALHAH BIN UBAIDILLAH? INI KISAHNYA! (Hari ke-120)
Nama Talhah bin Ubaidillah tidak begitu terkenal seperti nama Abu Bakar ataupun Umar bin Khattab, namun Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut Talhah setelah Ali sebagai sahabat nabi yang dijamin masuk surga. Ia tergolong bagian dari Assabiqun Al-Awwalun atau golongan orang yang pertama kali masuk Islam.
Saat Islam hadir di Mekkah, Talhah bin Ubaidillah tidak ragu untuk menerima ajaran Rasulullah. Dia langsung masuk Islam. Dalam syiar dakwah Islam, Talhah ikut berjuang dalam peperangan dan menjalankan tugas yang diberikan oleh Rasulullah.
Talhah pernah sekarat dalam Perang Uhud demi melindungi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia memperoleh julukan sebagai orang syahid yang bangkit dari kematiannya. Thalhah berasal dari Quraisy, menerima siksaan kejam dari kabilahnya karena memeluk Islam dan meninggalkan agama nenek moyang mereka.
Thalhah belajar berniaga sejak kecil. Thalhah sukses dalam perdagangan yang ia lakukan, karena kecerdasan dan kecerdikannya. Ia bisa mengalahkan banyak pedagang-pedagang tua di tanah Arab kala itu.
Pengalaman penting ketika Thalhah bepergian ke Syam, tepatnya di Bushra (sekarang masuk wilayah Suriah), tiba-tiba mendengar seorang pendeta berteriak-teriak: "Wahai para pedagang, siapakah dari kalian yang berasal dari Makkah?" "Aku berasal dari Makkah," ucap Thalhah. Lalu pendeta itu melanjutkan, "Sudahkah muncul seorang nabi, penutup para nabi yang bernama Ahmad bin Abdullah dari Makkah? Bulan ini pasti akan muncul seorang nabi, kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya, Anak Muda!" kata pendeta itu. Ucapan itu sangat membekas di benak Thalhah.
Thalhah langsung pulang ke Makkah dan mencari kabar mengenai nabi yang baru muncul. Orang-orang di pasar Makkah memang sedang membicarakan Muhammad bin Abdullah yang menyatakan dirinya sebagai nabi dan rasul. Sejak itulah, hidayah Islam mengetuk hati Thalhah dan ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat, serta langsung memeluk Islam.
Thalhah mendampingi dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak Islam masih terpuruk. Ia berkali-kali disiksa, bahkan sampai nyaris meninggal. Kesetiaan Thalhah mendampingi Rasulullah ini dibuktikan dalam Perang Uhud. Ketika barisan kaum muslimin terpecah-belah. Orang-orang yang berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah 11 orang Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari kaum Muhajirin.
Untuk menyelamatkan diri, mereka berusaha mengantarkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke atas bukit. Sayangnya, di tengah perjalanan ke bukit itu, mereka diadang oleh rombongan prajurit musuh.
Lalu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, "Siapa yang berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku di surga."
"Aku, Wahai Rasulullah," kata Thalhah bin Ubaidillah.
"Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu," jawab Rasulullah.
"Aku saja, Wahai Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar.
"Ya, majulah," kata Rasulullah.
Lalu, prajurit Anshar itu melangkah maju melawan prajurit-prajurit musuh. Beberapa waktu kemudian, ia pun meninggal, mati syahid. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian meminta lagi para sahabat untuk melawan orang kafir. Thalhah selalu menjadi sosok pertama yang mengajukan diri. Namun, Rasulullah terus menahan Thalhah sampai 11 orang Anshar itu gugur menemui kesyahidan.
Ketika tinggal Thalhah bin Ubaidillah sendirian bersama Rasulullah, barulah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Sekarang giliran engkau, Wahai Thalhah." Thalhah bin Ubaidillah pun maju dan menyerang pasukan musuh sendirian untuk menyelamatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengusir orang-orang kafir yang hendak mendekati Nabi Muhammad, lalu Thalhah berusaha menaikkan Rasulullah sendirian ke atas bukit.
Selama penyerangan itu, tubuh Thalhah luka berkali-kali, namun ia berhasil membunuh banyak prajurit musuh dan menyelamatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Bakar As-Siddiq dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah menemukan Rasulullah. Beliau berkata, "Tinggalkan aku, bantulah Thalhah, kawan kalian!" seru Rasulullah. Abu Bakar dan Abu Ubaidah kemudian menemukan Thalhah terkapar tak sadarkan diri, ia dalam keadaan pingsan. Seluruh tubuhnya penuh luka dan darah segar. Jika tak diperhatikan seksama, tubuhnya yang roboh di tanah dianggap sudah mati karena saking banyaknya tusukan pedang dan luka-luka yang menyabet badannya. Ketika diobati, terdapat sekitar 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak, dan tusukan panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah dan ia harus dibebat agar ia tak kehabisan darah.
Karena kesetiaan dan perjuangannya itulah, Rasulullah bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ وَقَدْ قَضٰى نَحْبَهُ فَلْيَنْظُرْ إِلٰى طَلْحَةَ
“Barangsiapa ingin melihat kepada seorang lelaki yang masih berjalan di bumi dan sungguh mati syahidnya telah ditentukan, maka hendaklah dia melihat kepada Thalhah.” (HR. Tirmidzi).
Rasulullah memberikan julukan, Thalhah Al-Khair (Thalhah yang Berbudi Baik), Thalhah Al-Fayyadh (Thalhah yang Murah Hati), dan Thalhah Al-Juud (Thalhah yang Dermawan). Ia menyedekahkan banyak dari hartanya untuk kepentingan Islam dan fakir miskin, namun hartanya terus berkembang dan perdagangannya terus menguntungkan.
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Thalhah terus hidup sampai di masa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib.
Ketika terjadi Perang Jamal atau Perang Unta, yaitu perselisihan antara Aisyah dan Ali bin Abi Thalib dalam dalam rangka mengusut pembunuhan Utsman bin Affan, yang saat itu ada orang-orang memanfaatkan situasi damai untuk mengadu domba Aisyah dengan Ali. Thalhah berada di kubu Aisyah. Di Perang Jamal itulah, Thalhah terkena panah beracun yang merenggut nyawanya di usia 60 tahun.
Inilah akhir dari seorang syahid, Thalhah bin Ubaidillah yang sudah dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Dalam hadits Rasulullah bersabda, "Thalhah sudah ditentukan mati syahidnya," (HR. Hakim).
Wallahu a’lam,
Semoga barakah, manfaat.
Baiti Jannati, 30 April 2022 (Hari ke-120)
![](https://bimamedia-gurusiana.ap-south-1.linodeobjects.com/2de71582a218719fe12efcf81a4a3ddc/2022/04/30/l-h120jpg20220430083557.jpeg)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masyaallah, terima kasih pencerahannya
Alhamdulillaah, Barakallaah Bu Erni
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Alhamdulillaah, Barakallaah Pak Dede Saroni, sehat dan sukses
Alhamdulillah Barokallah karya yang luar biasa, terus berbagi dengan karya terbaik, sehat dan sukses selalu Bu Zuyyinah
Aamiin Yaa Allah, Alhamdulillaah, Barakallaah Pak Haji Ahmad Syaihu
Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Allah
Barakallaah semuanya
Keren sangat mencerahkan, semoga selalu sehat dan sukses.
Aamiin Yaa Allah, Alhamdulillaah, Barakallaah Bu Anita Wanodiya
Keren ulasannya. Sangat bermanfaat. Semoga sehat selalu Bunda. Barokallah.
Aamiin Yaa Allah, Alhamdulillaah, Barakallaahu lakuma Bu Nanik Wijayanti