SUNAN MURIA KUDUS (Hari ke-725)
Sunan Muria di Kudus adalah salah satu Wali Songo di tanah Jawa. Beliau dikenal dengan cara berdakwahnya yang cukup unik, yaitu dengan menggunakan metode kursus gratis.
Sunan Muria merupakan salah satu putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh putri dari Syekh Maulana Ishaq. Pernikahan antara Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq mendapatkan tiga anak, yaitu Sunan Muria, Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah.
Sunan Kalijaga adalah seorang tokoh Wali Songo yang cukup berpengaruh dalam penyebaran Agama Islam di wilayah Pulau Jawa. Beliau merupakan Wali Allah yang merupakan putra dari Adipati Tuban.
Sunan Muria mempunyai pengaruh dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa seperti ayahnya. Tidak diketahui secara pasti, kapan Sunan Muria lahir, tetapi dalam sejarah, tercatat beliau wafat pada tahun 1551. Walaupun pandai berdakwah, Sunan Muria ini justru memilih untuk berdakwah di daerah-daerah pelosok dibandingkan dengan daerah perkotaan.
Raden Umar Said yang lebih dikenal dengan nama Sunan Muria adalah salah satu Wali Songo yang tinggal di wilayah Gunung Muria Kudus. Beliau memiliki akhlak yang shalih, dan dikenal mempunyai kesaktian dalam pertarungan.
Sunan Muria dalam melakukan dakwahnya, gayanya yang moderat, mengikuti Sunan Kalijaga, yakni menyusup melalui berbagai tradisi kebudayaan Jawa. Misalnya, adat kenduri yang dilakukan di hari-hari tertentu setelah kematian seseorang, seperti nelung dino hingga nyewu, yang tidak diharamkannya. Hanya saja, tradisi yang berbau klenik seperti membakar kemenyan atau menyuguhkan sesaji diganti dengan berdoa ataupun shalawat.
Sunan Muria juga berdakwah melalui berbagai macam kesenian Jawa. Misalnya, menciptakan macapat, lagu Jawa, lagu sinom dan kinanti yang dipercaya sebagai karya Sunan Muria, yang hingga kini masih lestari. Melalui tembang-tembang tersebut, beliau mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam.
Sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata dibandingkan dengan kaum bangsawan. Makanya, daerah dakwahnya cukup luas dan tersebar ke berbagai wilayah. Mulai dari lereng-lereng Gunung Muria, Kudus, pelosok Pati, Juana, hingga ke pesisir utara.
Cara dakwah itulah yang menyebabkan Sunan Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwah dengan menghanyutkan diri (topo ngeli) dalam masyarakat. Sasaran dakwah dari Sunan Muria adalah para nelayan, pedagang, pelaut, dan rakyat jelata lainnya. Beliau tetap mempertahankan gamelan dan juga wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan ajaran Islam.
Keterampilan-keterampilan bercocok tanam dan berdagang merupakan kesukaan Sunan Muria. Beliau dijadikan sebagai penengah dalam konflik internal yang ada di Kesultanan Demak (1518-1530). Beliau dikenal sebagai seseorang yang bisa memecahkan berbagai macam masalah betapapun rumitnya masalah tersebut.
Solusi pemecahannya selalu bisa diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Tayu, Jepara, Juana, sampai sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dari dakwahnya melalui media seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.
Hingga saat ini, kompleks makam Sunan Muria yang berada di Desa Colo, tidak pernah sepi dari para peziarah. Dalam seharinya, tempat tersebut bisa dikunjungi oleh 15.000 peziarah yang datang dari berbagai daerah.
Beberapa fakta menarik tentang Sunan Muria semasa hidupnya, antara lain:
Pertama, Sunan Muria senang tinggal di pedalaman. Walaupun nama beliau sangat dikenal dan sangat berpengaruh di Kesultanan Demak, namun Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang terpencil dan jauh dari kehidupan pusat kota. Beliau juga memutuskan untuk tinggal dan menetap di Gunung Muria Kudus. Gunung Muria ini masuk ke dalam tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Kudus, Jepara, dan Pati.
Sunan Muria lebih memilih untuk berdakwah di pedalaman, karena beliau merasa bahwa masyarakat yang ada di pelosok desa tidak memperoleh pengetahuan mengenai ajaran Islam. Kondisi ekonomi masyarakat tergolong kurang mampu, sehingga Sunan Muria ingin berdakwah sekaligus memajukan kehidupan ekonomi.
Walaupun pusat berdakwahnya adalah di Gunung Muria, namun pengaruh Sunan Muria sangat luas, bisa mencapai daerah Tayu, Jepara, Juwana, dan juga daerah sekitar Kudus.
Kedua, memodifikasi tradisi budaya Jawa lama. Masyarakat Jawa yang saat itu mempunyai tradisi budaya yang cukup kental, membuat ajaran Islam sulit untuk diterima. Oleh sebab itu, Sunan Muria yang mempunyai toleransi tinggi juga memodifikasi tradisi lama Jawa Kuno dengan ajaran Islam. Jadi, dapat dikatakan jika Sunan Muria tidak berdakwah secara hitam putih. Ia melakukan akulturasi budaya Jawa dengan ajaran Islam. Salah satu strateginya yaitu dengan memodifikasi tradisi sesajen.
Masyarakat Jawa yang pada waktu itu kebanyakan menganut Agama Hindu, Budha, dan juga animisme diajarkan untuk tidak lagi mempersembahkan makanan kepada roh para leluhurnya, tapi membagikan makanan kepada tetangga yang ada di sekitarnya. Oleh sebab itu, jika ada orang yang punya hajat, maka mereka bisa mengumpulkan tetangga dan mendoakan para leluhur bersama dengan cara Islam. Masyarakat setempat pada saat itu menamainya dengan tradisi kenduri.
Tradisi kenduri sekarang lebih dikenal dengan istilah kirim doa. Biasanya dilakukan sebelum bulan Ramadhan, sebelum acara pernikahan, dan sebelum melakukan acara besar lainnya. Tujuannya mendoakan para leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal dunia, tanpa menyajikan sesajen. Acara mengirim doa dilakukan dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan shalawat.
Ketiga, berdakwah dengan memberikan kursus keterampilan gratis. Sunan Muria dikenal dengan cara dakwahnya yang berbeda dengan metode dakwah lainnya. Beliau memilih metode berdakwah dengan memberikan kursus gratis kepada para masyarakat setempat, karena masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang terbatas.
Sunan Muria kemudian menyediakan kursus keterampilan yang khusus diselenggarakan untuk para petani, pedagang, pelaut, dan juga nelayan. Masyarakat akan diberikan pengetahuan tentang bagaimana cara bercocok tanam, bagaimana cara berdagang, menangkap ikan, membuat perahu, dan lainnya.
Setelah itu Sunan Muria akan mengajarkan ajaran Islam kepada mereka. Dengan membangun kepercayaan dari masyarakat, Sunan Muria dapat lebih mudah untuk menyebarkan ajaran Agama Islam disana.
Masyarakat dari luar kota sampai luar Pulau Jawa juga datang menemui Sunan Muria untuk memperoleh kursus gratis tersebut. Itulah yang kemudian membuat Sunan Muria dikenal oleh masyarakat dari luar Jawa Tengah.
Keempat, Sunan Muria berdakwah dengan kesenian. Tidak berbeda jauh dengan cara dakwah ayahnya yang juga gurunya, yaitu Sunan Kalijaga. Sunan Muria mempunyai kemampuan untuk mendalang seperti ayahnya. Salah satu kisah pewayangan yang sering dilakukan oleh Sunan Muria adalah Topo Ngeli.
Di dalam kisah Topo Ngeli mempunyai tokoh utama yang bernama Dewa Ruci seorang empu dari Kerajaan Majapahit. Dewa Ruci ini dikisahkan berbaur dengan masyarakat setempat, terlebih rakyat jelata. Dewa Ruci kemudian menjalin hubungan kekerabatan dan meniadakan adanya status sosial.
Sunan Muria sering menggelar pertunjukan wayang hasil dari gubahan ayahnya seperti Dewi Ruci, Semar Ambarang, Dewa Srani, Jamus Kalimasada, dan Begawan Ciptaning. Ketika mendalang, unsur-unsur Islami akan beliau masukkan ke dalam pertunjukkan wayang tersebut. Masyarakat yang menonton pertunjukkan dapat memperoleh pelajaran mengenai Agama Islam.
Kelima, neninggalnya Sunan Muria pada tahun 1560 M. Beliau dimakamkan di desa Colo, kecamatan Dawe, kabupaten Kudus. Saat ini, tempat pemakamannya terletak di puncak Gunung Muria. Untuk bisa ke pemakaman tersebut, pengunjung harus mendaki sekitar 950 anak tangga untuk bisa sampai ke kompleks makam.
Sebagai salah satu sosok yang sangat berpengaruh, beliau mempunyai banyak peninggalan:
Pertama, masjid di puncak Gunung Muria. Masjid ini terletak di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Di dalam masjid ini, terdapat beberapa benda yang pernah digunakan oleh Sunan Muria semasa hidupnya. Untuk bisa mencapai masjid ini, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 3 km.
Masjid ini sudah mengalami perubahan berkali-kali, tetapi beberapa bagiannya masih dipertahankan hingga saat ini, yaitu tempat pengimaman. Bentuk pengimaman masjid menjorok ke dalam. Hal itu mempunyai makna yaitu bahwa umat Islam harus mementingkan kepentingan akhirat dibandingkan urusan dunia. Susunan bangunan juga masih sama seperti kondisi asli masjid. Benda lain yang masih dipertahankan yaitu bedug yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran naga dan ayam jantan.
Kedua, situs air gentong keramat, berada di dekat kompleks pemakaman Sunan Muria, yang biasanya dikunjungi para pengunjung selesai berziarah. Air ini dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit aneh yang secara medis tidak bisa disembuhkan.
Ketiga, Parijoto. Parijoto merupakan buah yang mempunyai ukuran sebesar kacang tanah, berwarna merah muda ketika masih mentah, dan akan berwarna hitam jika sudah matang, serta mempunyai rasa yang asam. Buah ini mempunyai kandungan gizi yang baik dan cocok untuk ibu yang sedang hamil.
Keempat, Pakis Haji. Tumbuhan Pakis Haji dipercaya berasal dari kesaktian Sunan Muria. Secara umum, tumbuhan pakis haji digunakan untuk mengusir tikus. Ketika sedang mengunjungi daerah makam, para pengunjung bisa melihat tanaman pakis haji yang dijual disana. Pakis haji ini mempunyai motif batik jajar genjang yang berwarna cokelat. Bagian dasarnya berwarna putih tulang dan agak kecokelatan.
Wallahu a’lam,
Semoga barakah, manfaat.
Kudus, 26 Desember 2023 (Hari ke-725)



Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Allah ta'ala.
Berkah barakah untuk semuanya.
Luar biasa menginspirasi bunda
Alhamdulillah Pak Tri, Barakallah.
Keren
Alhamdulillah, Barakallah, sukses selalu Pak.