NABI MUSA DAN HARUN BERSAMA MENGHADAPI FIRAUN (Hari ke-639)
Dakwah nabi Musa dan nabi Harun ‘alaihinassalam dimulai dengan menumbuhkan Bani Israil menyembah Allah ta’ala. Nabi Musa dan nabi Harun diutus untuk berdakwah ke negeri Mesir dan mengajak kaum Israil menyembah Allah ta’ala. Nabi Harun dan nabi Musa adalah keturunan keempat dari nabi Ya’qub ‘alaihissalam yang tinggal di Mesir sejak nabi Yusuf ‘alaihissalam berkuasa di Mesir.
Ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang Kisah Nabi Musa dan Harun ‘alaihinassalam:
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسٰى وَهٰرُوْنَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاۤءً وَّذِكْرًا لِّلْمُتَّقِيْنَ ۙ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Anbiya: 48).
ثُمَّ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى وَاَخَاهُ هٰرُوْنَ ۙ بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ
“Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (Kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata.” (QS. Al-Mu’minun: 45).
Yang dimaksud tanda-tanda kebesaran Allah dan bukti yang nyata dalam ayat ini ialah: mujizat Nabi Musa ‘alaihissalam yang sembilan buah.
اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَاسْتَكْبَرُوْا وَكَانُوْا قَوْمًا عَالِيْنَ ۚ
“kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.” (QS. Al-Mu’minun: 46).
فَقَالُوْٓا اَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عٰبِدُوْنَ ۚ
“Dan mereka berkata: Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (QS. Al-Mu’minun: 47).
فَكَذَّبُوْهُمَا فَكَانُوْا مِنَ الْمُهْلَكِيْنَ
“Maka (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan.” (QS. Al-Mu’minun: 48).
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk.” (QS. Al-Mu’minun: 49).
هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ مُوْسٰىۘ
“Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.” (QS. An-Nazi’at: 15).
اِذْ نَادٰىهُ رَبُّهٗ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًىۚ
“Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;” (QS. An-Nazi’at: 16).
اِذْهَبْ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰىۖ
“Pergilah kamu kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,” (QS. An-Nazi’at: 17).
فَقُلْ هَلْ لَّكَ اِلٰٓى اَنْ تَزَكّٰىۙ
“dan katakanlah (kepada Firaun): Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan).” (QS. An-Nazi’at: 18).
وَاَهْدِيَكَ اِلٰى رَبِّكَ فَتَخْشٰىۚ
“Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” (QS. An-Nazi’at: 19).
فَاَرٰىهُ الْاٰيَةَ الْكُبْرٰىۖ
“Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mujizat yang besar.” (QS. An-Nazi’at: 20).
فَكَذَّبَ وَعَصٰىۖ
“Tetapi Firaun mendustakan dan mendurhakai.” (QS. An-Nazi’at: 21).
Firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an surah Thaha ayat 47:
فَأْتِيٰهُ فَقُوْلَآ اِنَّا رَسُوْلَا رَبِّكَ فَاَرْسِلْ مَعَنَا بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۙ وَلَا تُعَذِّبْهُمْۗ قَدْ جِئْنٰكَ بِاٰيَةٍ مِّنْ رَّبِّكَ ۗوَالسَّلٰمُ عَلٰى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدٰى
“Maka pergilah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dan katakanlah, “Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.” (QS. Thaha: 47).
Allah ta’ala mengutus nabi Harun ‘alaihissalam sebagai pendamping nabi Musa ‘alaihissalam dalam dakwah menyebarluaskan agama Islam pada saat itu. Firman Allah ta’ala dalam surah Al-Qashash ayat 34-35:
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي ۖ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ
“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.” (QS. Al-Qashash: 34).
قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا ۚ بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
“Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.” (QS. Al-Qashash: 35).
Kedua saudara Musa dan Harun saling bekerja sama membimbing kaum Bani Israil agar menyembah kepada Allah ta’ala. Tugas dari Nabi Harun ‘alaihissalam dalam hal ini ialah sebagai juru bicara nabi Musa ‘alaihissalam yang tidak fasih dalam berbicara.
Sebenarnya Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihinassalam merasa takut juga apabila mengingat kebengisan dan kekejaman Fir’aun. Tetapi rasa takut itu segera dihapus dengan Firman Allah ta’ala yang mengabarkan jaminan keselamatan bagi keduanya bahwa mereka berdua akan dijaga dan dipelihara Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Firman Allah ta’ala dalam surah Thaha ayat 42:
اِذْهَبْ اَنْتَ وَاَخُوْكَ بِاٰيٰتِيْ وَلَا تَنِيَا فِيْ ذِكْرِيْۚ
“Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan)-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku.” (QS. Thaha: 42).
Mereka bersama-sama menghadap Fir’aun. Fir’aun didampingi beberapa penasihat dan para pejabat pemerintah lainnya. “Siapakah kamu berdua ini?” tanya Fir’aun. Musa menjawab: “Kami Musa dan Harun yang menghamba kepada Allah ta’ala. Kami diutus kepadamu agar kau membebaskan Bani Israil dari perbudakan dan penindasanmu dan menyerahkannya kepada kami agar mereka menyembah kepada Allah ta’ala dengan leluasa dan menghindari siksaanmu.”
Fir’aun tertawa sinis dan mengejek Musa dengan mengatakan bahwa Musa tidak tahu diri. Dulu diasuh dan dibesarkan di istana Mesir kini malah berbaik menentang Fir’aun. Musa dianggap orang yang tak tahu balas budi.
Nabi Musa menjawab bahwa semua itu dikarenakan ulah sang raja sendiri. Seandainya Fir’aun tidak memerintahkan membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin ia dihanyutkan di sungai Nil. Nabi Musa ‘alaihissalam merasa tidak berhutang budi sama sekali. Fir’aun sendiri yang menyebabkan semua itu terjadi.
Berkata nabi Musa, “Adapun mengenai pembunuhan yang dulu kulakukan merupakan akibat godaan setan, namun peristiwa itu akhirnya menjadi rahmat terselubung bagiku. Sebab setelah aku melarikan diri dari negerimu, dalam pengembaraanku aku dikaruniai hikmah dan ilmu oleh Allah ta’ala dan aku diutus sebagai rasul, maka datanglah aku kepadamu untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah ta’ala dan meninggalkan kedzaliman serta penindasanmu terhadap bani Israil.”
Fir’aun bertanya kepada nabi Musa ‘alaihissalam: “Siapakah Tuhan alam semesta ini?”
Nabi Musa ‘alaihissalam menjawab: “Dialah tuhan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, jika benar-benar kalian mengetahui rahasia kekuasaan Illahi yang tersimpan di dalamnya.”
Fir’aun menyangkal: “Tidak! Semua itu hanyalah omong kosong belaka! Kau ini Musa dan Harun telah berbicara tak karuan ke mana!”
Musa menjawab: “Tuhanku dan Tuhan kalian adalah yang menguasai Timur dan Barat, Tuhan yang ada di antara keduanya, jika kalian itu adalah orang-orang yang berakal.”
Nabi Harun dan Nabi Musa tidak henti-hentinya menyampaikan dakwah agama Allah ta’ala kepada raja Fir’aun dan para pengikutnya. Namun Fir’aun yang sombong itu tetap saja dalam pendiriannya.
Beberapa hari kemudian berkumpullah para ahli sihir di tempat yang telah ditentukan. Rakyat berbondong-bondong ikut menyaksikan pula adu kepandaian sihir itu. Setelah nabi Harun dan nabi Musa datang dan semua berkumpul, Fir’aun memberi aba-aba agar pertandingan dimulai. Nabi musa mempersilahkan kebolehan lebih dahulu. Kemudian para pengawal Fir’aun melemparkan tali-tali dan tongkat yang mereka lemparkan itu berubah menjadi ular, jumlahnya ribuan ekor kecil-kecil.
Fir’aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya. Rakyat banyak terkagum-kagum. Ini memang menjadi tujuan Fir’aun, jika para ahli sihir itu dapat mengalahkan Musa maka hancurlah kepercayaan rakyat atas kebenaran dakwah nabi Musa dan nabi Harun ‘alaihinassalam.
Dengan rasa tenang nabi Musa melemparkan tongkatnya, tongkat tersebut segera berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung dengan lahap memakan ular-ular para ahli sihir Fir’aun.
Dalam waktu singkat ular-ular para ahli sihir itu habis ditelan ular nabi Musa. Para ahli sihir terbelalak heran, apa yang ditampilkan Nabi Musa bukanlah sihir yang seperti mereka pelajari dari setan. Sadar akan hal itu para ahli sihir sama berlutut dan menyatakan diri menjadi pengikut ajaran nabi Musa ‘alaihissalam. Mereka bertobat dan hanya akan menyembah Allah ta’ala.
Fir’aun sangat murka karena hal itu. Nabi Musa dan nabi Harun berhasil mengalahkan Fir’aun. Pengikut nabi Musa ‘alaihissalam makin lama semakin banyak jumlahnya, sebab ajaran nabi Musa sangat jelas mengangkat harkat kemanusiaan. Membimbing manusia agar berbudi pekerti mulia, dan mereka dihormati sebagai makhluk Tuhan sama seperti lainnya.
Nabi Harun tidak dibawa oleh nabi Musa ke Bukit Thursina. Dia bertugas memimpin Bani Israil selama ditinggal oleh nabi Musa. Nabi Harun seorang dirilah yang menghadapi Samiri sebagian Bani israil menerima ajakan Samiri untuk menyembah patung anak sapi. Ketika nabi Musa turun dari bukit Thursina ia terkejut, kaumnya telah tersesat.
Mereka berpesta pora dan menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas. Nabi Musa ‘alaihissalam menegur saudaranya yaitu nabi Harun ‘alaihissalam yang telah dititipi agar menjaga ummatnya. Nabi harun ‘alaihissalam berkata bahwa ia sudah memperingatkan mereka namun tak menganggapnya sebelah mata, karena Nabi Harun ‘alaihissalam dianggap orang yang lemah.
Setelah diselidiki ternyata samirilah orang yang mengajak orang-orang itu membuat patung anak sapi dan menyembahnya. Nabi Musa marah sekali, kemudian Samiri diusir, tidak boleh bergaul dengan masyarakat. Samiri terkena kutukan, jika ia disentuh atau menyentuh manusia maka badannya akan menjadi demam-panas itulah siksa di dunia, adapun nanti akhirat ia akan dimasukkan ke dalam neraka.
Nabi Harun dan nabi Musa saat akan masuk ke kawasan Kan’an mendapatkan penolakan. Mereka akhirnya menuju suatu daerah hingga sampai di Gunung Hor, di kawasan perbatasan Edom. Sesuai perintah Allah ta’ala, nabi Harun dan nabi Musa mendaki gunung tersebut bersama Eleazar putra nabi Harun ‘alaihissalam. Di puncak Gunung Hor itulah Nabi Harun ‘alaihissalam wafat. Kabar meninggalnya Nabi Harun ‘alaihissalam terdengar oleh seluruh bangsa Israil. Mereka menangis dan merasa kehilangan panutan saat nabi Harun ‘alaihissalam wafat.
Wallahu a’lam,
Sumber: Al-Qur’an dan terjemahnya Departemen Agama RI 1992. Buku Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul karya M. Arief Hakim.
Semoga barakah, manfaat.
Bulungkulon, 1 Oktober 2023 (Hari ke-639)

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantap ulasannya
Alhamdulillah Bu Risma, sukses ya Bu.
Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Allah ta'ala.
Berkah barakah untuk semuanya.
Informatif dan mencerahkan bunda. Salam sehat dan sukses selalu.
Aamiin Yaa Allah. Barakallah Pakdhe.
Baarakallaahu
Aamiin Yaa Allah, Barakallaahu lakuma Pak Bensetia.
Kisah yang menginspirasi bu
Alhamdulillah Bu Sofiawati, Barakallah, sukses selalu ya Bu.
Kisah nyata bahan tadabbur kita. Terima kasih bunda Zuy.
Alhamdulillah, sama-sama Bu Sholihah, Barakallaah, sukses selalu ya Bu.
Kisah yang luar biasa. Semoga selalu sehat
Aamiin Yaa Allah, Barakallah Bu Anita.
Kisah yang penuh hikmah. Barokallah Mbak.
Alhamdulillah, Barakallaahu lakuma Dik Nanik, sukses selalu ya.