MENULIS DAN MEMBACA AYAT AL-QURAN (Hari ke-497)
Metode untuk bisa memahami Al-Qur’an, bisa dengan cara mencoba menulis ayat Al-Qur’an. Kegiatan menulis dilakukan dengan memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya, sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Dengan menulis kita mendapatkan ilmu, juga mendapatkan pahala ibadah karena ada kemauan untuk belajar.
Al-Qur’an merupakan kitab pedoman yang wajib dipelajari oleh umat Islam. Membacanya dinilai sebagai ibadah. Setiap hurufnya diganjar dengan kebaikan. Membaca Al-Qur'an bagi pemula yang masih terbata-bata, dalam tahapan mengenal huruf hijaiyah dan kaidah tajwid, juga akan menerima pahala karena dengan tulus mempelajari Al-Qur’an dengan penuh perjuangan.
Untuk pengoptimalan keterampilan membaca Al-Qur’an, di SD 3 Bulungkulon Jekulo Kudus menggalakan program pendampingan Baca Tulis Qur’an (BTQ) yang dikelola oleh guru agama Islam, mulai dari belajar tentang makharijul huruf, menulis penggalan ayat Al-Qur’an, belajar Iqra, Al-Qur’an dan hafalan surat-surat pendek. Belajar tajwid yang dilagukan dengan irama lagu anak-anak bisa mendukung semangat belajar siswa.
Pentingnya membaca Al-Qur’an adalah untuk meningkatkan nilai-nilai akhlak di dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengimplementasikan makna isi kandungan ayat Al-Qur’an untuk menjadi syarat utama membangun peradaban yang maju.
Pada dasarnya etika menulis dan membaca Al-Qur’an itu sama karena yang di pelajari nya juga sama yaitu Al-Qur’an. Etika atau adab membaca Al-Qur’an banyak dibahas oleh para ulama seperti Imam Nawawi dalam kitabnya AtTibyaan fii Aadaabi Hamalatil Qur’an.
Seseorang yang akan membaca Al-Qur’an harus memperhatikan beberapa pijakan awal, yaitu: Pertama, berwudlu terlebih dahulu karena ayat Al-Qur’an merupakan dzikir yang utama, yang bisa menambah kesempurnaan dan keutamaan dalam berdzikir.
Kedua, ikhlas ketika mempelajari maupun ketika membaca Al-Qur’an.
Ketiga, mengamalkan Al-Qur’an. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud).
Keempat, mengingat-ingat Al-Qur’an dan memeliharanya (yaitu menjadikan mengulang-ulang hafalan sebagai kebiasan).
Kelima, jangan biasakan mengatakan, “aku lupa”, tetapi katakanlah, “aku dibuat lupa ayat itu”, atau “hafalan ayat-ayatku dibuat gugur”, atau “aku dibuat lupa”.
Keenam, wajib merenungi (makna-makna) ayat Al-Qur’an. Firman Allah ta’ala dalam surah An-Nisa' ayat 82:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” (QS, An-Nisa’: 82).
Ketujuh, boleh membaca Al-Qur’an dengan berdiri, berjalan, berbaring, atau berkendara.
Firman Allah ‘azza wa jalla:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring” (QS. Ali Imran: 191).
لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya, dan supaya kamu mengucapkan, “Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (QS. Az-Zukhruf: 13).
Dari Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ وَ هُوَ يَقْرَأُ عَلَى رَاحِلَتِهِ سُوْرَةَ الفَتْحِ
“Aku melihat Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wa sallam pada hari Penaklukan Makkah, beliau membaca surat Al-Fath di atas kendaraannya.” (HR. Muttafaq Alaih, Al-Bukhari no. 5034 dan Muslim no. 794).
Hadits ‘Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ يَتَّكِئُ فِي حَجْرِيْ وَ أَنَا حَائِضٌ ثُمَّ يَقْرَأُ القُرْآنَ
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tiduran di pangkuanku dan aku sedang haid, beliau membaca Al-Qur’an.” (HR. Muttafaq Alaih, Al-Bukhari no. 297 dan Muslim no. 301).
Kedelapan, boleh membawa mushaf Al-Qur’an di saku. Beragamnya bentuk dan ukuran Al-Qur’an saat ini merupakan kenikmatan sendiri bagi umat Islam. Sejak masa khalifah Utsman bin Affan sampai sekarang alhamdulillah Al-Qur’an semakin terjaga saja dari segala bentuk penyimpangan dan pemalsuan. Bagi seorang penghafal, keberadaan Al-Qur’an, khususnya ukuran kecil dan bisa dimasukkan ke tas atau saku adalah hal yang sangat penting.
Karena penghafal akan selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik ketika menghafal dan mengulang-ulang hafalannya, maka diusahakan mushaf itu bisa selalu berada bersamanya. Dalam artian, Ia harus memiliki Al-Qur’an standar. Satu buah di dalam saku atau tas sehingga memudahkan untuk menjangkau dan membacanya. Dan satu lagi standar di rumah.
Saat ini ukuran Al-Qur’an dalam bentuk yang kecil dan sederhana serta mudah untuk dibawa ke mana-mana sudah sangat banyak. Usahakan mushaf tersebut adalah mushaf utsmani produk Arab saudi. Ciri-cirinya adalah pada setiap awal halamannya selalu dimulai dengan awal ayat dan diakhiri oleh ayat pula. Itu standar mushaf yang biasa digunakan oleh para penghafal. Selain jenis tulisannya yang sesuai dengan standar utsmani, juga teratur dan gampang terekam dalam memori.
Pada dasarnya membawa Al-Qur’an dalam saku atau tas hanyalah sebagai bentuk alat bantu jika pada suatu saat kita sangat membutuhkan untuk mengoreksi hafalan atau sekedar ingin memantau kondisi hafalan.
Dengan kesertaan Al-Qur’an, secara otomatis diri kita pribadi akan merasa teringatkan dan sadar bahwa ketika ingin tergelincir pada suatu perbuatan tercela dan maksiat kita jadi mawas diri.
Wallahu a’lam,
Semoga barakah, manfaat.
Bulungkulon, 12 Mei 2023 (Hari ke-497)

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillaah, segala puji hanyalah bagi Allah ta'ala
Berkah barakah semuanya
ulasannya sangat menyerahkan. tks bu Zuyyinah
Alhamdulillah Pak Rochadi, Barakallaah
semoga kita dimudahkan allah selalu membaca alquran Aamiin
Aamiin Allahumma Aamiin, Barakallah Bu Murini
Mantap....
Barakallaah