Nabi Ilyasa ‘alaihissalam merupakan keturunan keempat dari Nabi Yusuf ‘alaihissalam, yang menjadi putra angkat Nabi Illyas ‘alaihissalam. Kisah Nabi Ilyasa ‘alaihissalam berkaitan langsung dengan perjalanan dakwah Nabi Ilyas ‘alaihissalam, yang akhirnya melanjutkan Tongkat Mahar yang digunakan Nabi Ilyas terhadap kaumnya.

Di usianya yang masih muda, Ilyasa sering ikut Nabi Ilyas ‘alaihissalam dalam berdakwah. Ilyasa diangkat menjadi anak angkat oleh Nabi Ilyas ‘alaihissalam, di mana saat itu ia selalu menemani Nabi Ilyas dalam melaksanakan maharnya terhadap Bani Israil. Allah ta’ala kemudian mengutus Ilyasa untuk melanjutkan tugas dakwah nabi Ilyas ‘alaihissalam kepada penduduk di negeri Ba'labak.

Setelah Nabi Ilyas ‘alaihissalam dijadikan ghaib oleh Allah ta’ala sebagaimana Nabi Khidir yang tetap hidup namun dijadikan ghaib oleh Allah ta’ala, Nabi Ilyasa ‘alaihissalam mulai melanjutkan peran dari tongkat dakwah Nabi Ilyas ‘alaihissalam yang dibuat oleh ayah angkatnya tersebut sejak lama.

Mulailah perjalanan kisah Nabi Ilyasa ‘alaihissalam dengan mencari kemaslahatan umat Islam saat itu. Awalnya, banyak kaum penduduk Bani Israil yang mulai berbuat maksiat lagi. Mereka mulai melakukan kejahatan-kejahatan kembali dan ketidaktaatan yang sebelumnya telah dinasihati oleh Nabi Ilyas ‘alaihissalam.

Meski telah diperingatkan oleh Nabi Ilyasa ‘alaihissalam sebelumnya, tampaknya mereka tetap teguh dan mendukung tindakan buruk yang telah menjadi keyakinan masa lalu. Nabi Ilyasah ‘alaihissalam tak henti-hentinya mengajak umatnya untuk kembali beribadah hanya kepada Allah ta’ala.

Upayanya tersebut rupanya melibatkan berbagai petunjuk dan beberapa mukjizat dari Allah ta’ala. Berkat salah satu usahanya yang pantang menyerah, maka upaya Nabi Ilyasa ‘alaihissalam akhirnya berhasil. Nabi Ilyasa ‘alaihissalam sebagai Nabi ke-20, disebutkan dua kali kisahnya dalam Al-Qur’an:

Firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 86–87:

وَاِسْمٰعِيْلَ وَالْيَسَعَ وَيُوْنُسَ وَلُوْطًاۗ وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ

“Dan Ismail, Alyasa‘, Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain (pada masanya),” (QS. Al-An'am: 86).

وَمِنْ اٰبَاۤىِٕهِمْ وَذُرِّيّٰتِهِمْ وَاِخْوَانِهِمْ ۚوَاجْتَبَيْنٰهُمْ وَهَدَيْنٰهُمْ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

“(Dan Kami lebihkan pula derajat) sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka (menjadi nabi dan rasul) dan mereka Kami beri petunjuk ke jalan yang lurus.” (QS. Al-An'am: 87).

Keempat nabi (Ismail, Ilyassa, Yunus, Luth) dipilih oleh Allah ta’ala menjadi orang yang lebih dihargai dan tinggi derajatnya daripada orang-orang pada masanya. Selain itu, Allah ta’ala juga meninggikan derajat mereka di antara bapaknya (dalam hal ini Nabi Ibrahim yang merupakan bapak dari Nabi Ismail dan sebagainya), keturunan mereka (Nabi Muhammad adalah keturunan Nabi Ismail), dan beberapa saudaranya (saudara Nabi Ismail) yang mengangkat derajat mereka.

Selain Surah Al-An’am, nama Nabi Ilyasa ‘alaihissalam juga dapat ditemukan dalam Al-Qur’an surah Shaad ayat 48:

وَاذْكُرْ اِسْمٰعِيْلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۗوَكُلٌّ مِّنَ الْاَخْيَارِۗ

“Dan ingatlah Ismail, Ilyasa‘ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” (QS. Shaad: 48).

هٰذَا ذِكْرٌ ۗوَاِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ لَحُسْنَ مَاٰبٍۙ

“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) tempat kembali yang terbaik.” (QS. Shaad: 49).

Wallahu a’lam,

Semoga barakah, manfaat.

Bulungkulon, 29 Oktober 2023 (Hari ke-667)