Merdeka Berkarya Melalui Menulis

Bergabung dengan Media Guru Indonesia memberikan kesan tersendiri di hatiku. Media Guru mampu “memaksaku” untuk bisa menulis. Tidak pernah terlintas di pikiranku, bahwa suatu saat nanti aku bisa menulis buku. Jangankan memiliki buku yang ditulis sendiri, membayangkannya saja aku tidak pernah. Berawal dari ajakan rekan sejawatku, aku mendaftar di sebuah kelas menulis yang diadakan Media Guru Indonesia melalui MWC IX Sumbar. Pelatihan ini diadakan di Padang pada akhir Juli 2018. Karena dalam masa liburan kenaikan kelas, Aku berangkat ke Padang bersama salah seorang adikku di kampung. Sama denganku adikku juga ragu untuk ikut karena merasa tidak ada bakat untuk menulis. Akupun berhasil meyakinkannya.

Memasuki ruang pelatihan waktu itu, rasa gugup sempat kurasakan. Pelatihan dimulai. Materi pelatihanpun disajikan oleh para narasumber handal. Video-video motivasi dan foto-foto para penulis hebat alumni media guru ditayangkan. Di hari terakhir pelatihan peserta ditantang untuk menulis. Pelatihan selesai, dilanjutkan dengan bimbingan menulis secara online. Pengiriman naskah ditargetkan selama satu bulan. Perasaan ragu kembali menyelinap di hati. Sanggupkah aku?

Berbekal tekad dan semangat yang kuat , pada hari ke-25 aku berhasil mengirim naskah buku perdanaku, yang berjudul Langkah yang Tertatih. Menetes air mataku di saat cover bukuku hadir di depan mata.

Semua pihak memberi apresiasi dan ucapan selamat setelah bukuku selesai. Dukungan demi dukungan aku terima. Sungguh aku tak percaya dengan semua ini.

Waktu terus berlalu. Dalam rangka Hari Guru Nasional, bersama IGPPL Sumbar aku berkesempatan mengikuti Temu Nasional Guru Penulis yang didakan Media Guru pada 24-25 November 2018. Kegiatan ini diadakan di Kemendikbud dan Perpusnas. Dari sini aku bisa mengambil hikmahnya. Kalau aku tidak pernah mengikuti kegiatan menulis di Media Guru, tidak akan pernah aku bisa hadir di gedung ini. Berkumpul dan berbagi pengalaman dengan penulis hebat dari seluruh Indonesia.

Untuk mengasah kemampuan menulisku, pada bulan Oktober 2019 aku kembali mengikuti pelatihan Sagusabu Sijunjung yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sijunjung yang juga bekerja sama dengan Media Guru Indonesia. Dalam kegiatan ini aku berhasil menuntaskan buku keduaku yang diberi judul Jangan Ada Kata Menyerah.

Sehubungan dengan tema lomba Guru Indonesia Merdeka Berkarya, apakah kegiatan menulis juga termasuk ke dalamnya?

Aku teringat pada perbincangan dengan seniorku puluhan tahun lalu. “Sebagai guru muda Ananda harus mampu membuat karya nyata untuk kemajuan anak didik kita di masa depan. Karena tugas kita sebagai guru bukan hanya mengajar di kelas.” katanya waktu itu.

“Maksud Bapak apa?” tanyaku pula.

“Pikirkanlah!” Iapun berlalu dengan senyuman khasnya.

Setelah puluhan tahun berlalu, perbincangan dengan seniorku kembali terngiang di telinga. Pertanyaan yang kuajukan waktu itu, terjawab sudah. Mungkin yang dimaksud Beliau adalah apa yang kita kenal dengan merdeka berkarya sekarang.

Guru merdeka berkarya adalah guru yang bebas mengekspresikan dirinya, berkarya nyata demi keberhasilan siswa di masa yang akan datang.

Manusia dibekali dengan bakat, minat dan potensi yang bisa dikembangkan melalui proses pendidikan. Bebas mengekspresikan karya yang dimaksud, bukan hanya dari menulis. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru. Yang terpenting seorang guru harus terus belajar dan belajar. Agar potensi diri yang dimiliki terus terasah. Apalagi di era milenial ini seorang guru harus mempunyai kemauan untuk meng-update dan meng-upgrade ilmu pengetahuan yang dimiliki agar tidak tergilas kemajuan zaman. Pada akhirnya siswa mampu diberdayakan dan pendidikan di Indonesia semakin jaya.

Biodata Penulis

Zelfa Yeni,S.Pd.SD. Lahir di Sungayang, 23 Juni 1971. Bertugas sebagai guru di SD Negeri 12 Sumpur Kudus, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Penulis bisa dihubungi melalui email [email protected] atau WA 085274105367.