Arinda seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri yang ternama di kotanya, Dia tinggal dengan ibunya dari sejak kecil. Dia ditinggalkan oleh ayahnya sejak masih SD. Hidupnya sangat prihatin karena ayahnya sama sekali tidak bertanggung jawab dan tidak memperdulikan anak-anaknya. Untuk kebutuhan sehari-hari Arinda harus kerja keras membantu ibunya berjualan, untungnya Arinda mendapatkan beasiswa full kuliah S1 sampai selesai. Dan beasiswa ini sangat membantu meringankan beban ibunya.

Suatu hari Arinda mempunyai banyak tugas kuliah yang harus menggunakan leptop. Sedih rasanya melihat Arinda termenung, mau minta ke ibunya dia tidak tega. Akhirnya dia memberanikan diri menemui ayahnya berharap mendapatkan belas kasihnya yang selama ini Arinda belum pernah meminta sesuatu apapun kepada ayahnya. Ironisnya, Arinda mendapatkan caci maki dari ibu tirinya, sedangkan ayahnya bagaikan patung tak berdaya yang telah dikuasai oleh istrinya. Arinda sesampainya dirumah langsung masuk dan menutup pintu kamarnya menangis sesenggukan tak tertahankan merasa dihina dan diinjak-injak harga dirinya.

Akhirnya Arinda memutuskan menjual es keliling kampung. Dia ingin menabung untuk membeli kebutuhan kuliahnya. Keesokan harinya ibunya Arinda dihina dan dimarahi oleh ibu mertua nya karena malu melihat cucunya seorang mahasiswi tapi disuruh berjualan keliling. Padahal itu kemauan Arinda sendiri. Aneh Dia malu melihat cucunya jualan es keliling kampung, tapi tidak malu putranya tidak bertanggung jawab dan tidak perduli kepada anak-anaknya. Ironis bukan? Tidak boleh jualan es tapi tidak ada keinginan membantu dan menengok cucunya. Semoga Arinda selalu sabar dan dinaikkan derajatnya.

Cilegon, 9 Oktober 2022

#Tagur hari ke 16