JARGON UNTUK COVID 19
Di era modern ini, ibu rumah tangga yang merangkap sebagai pegawai atau pekerja sudah biasa. Seperti ibu rumah tangga yang bekerja pada umumya, bergulat dengan berbagai tugas rumah tangga dan kantor menjadi makanan sehari-hari. Mulai dari bangun pagi kemudian melakukan pekerjaan rumah, berangkat ke tempat kerja, pulang ke rumah, kembali mengerjakan pekerjaan rumah bahkan terkadang membawa pekerjaan dari kantor, tidur, sampai kemudian bangun lagi di pagi hari dengan mata yang masih mengantuk dan badan tak karuan. Begitu setiap hari. Waktu 24 jam terasa kurang. Kebersamaan dengan keluarga menjadi sesuatu yang mahal. Seringkali tidak ada waktu untuk diri sendiri bahkan hanya sekedar duduk santai sejenak. Walau sudah seperti itu, tetap saja ada yang merasa kurang, kadang suami yang protes, kadang anak yang merasa diperlakukan berbeda, bahkan orang tua atau saudara protes karena kurang diperhatikan. Kadang merasa jenuh, kadang merasa lelah. Kalau sudah begitu, tingkat stres meningkat, emosi mudah terpancing, nada suara meninggi, bahkan seringkali menjadi pemicu munculnya sebuah penyakit. Kebahagiaan pun berkurang.
Semua berubah ketika Covid 19 menjadi pandemi. WFH (work from home) berlaku. Dan rutinitas sehari-hari berubah drastis. Seperti yang dialami Ibu Asti seorang guru di sebuah SMA negeri. Di masa pandemi ini, beliau bekerja dari rumah dengan jadwal mengajar hanya sekali dalam seminggu yakni di hari Selasa. Menyiapkan media pembelajaran, melaksanakan KBM jarak jauh hanya sekitar 60 menit, memeriksa hasil pekerjaan peserta didik secara luring, menganalisis hasil pekerjaan peserta didik, atau sesekali menelpon orang tua siswa sebagai bentuk kerjasama dalam pemantauan pembelajaran jarak jauh. Itu tidak seberapa memakan waktu dibanding lima hari bekerja di sekolah dari jam 06.45 sampai dengan jam 16.00 seperti sebelum pandemi. Dan semua dikerjakan di rumah. Menyenangkan. Lebih banyak waktu dengan keluarga. Lebih banyak waktu untuk me time. Bahkan kebiasaan membaca dan menulis, kembali menjadi hobi yang digeluti setelah sekian lama terabaikan. Jargon baru pun muncul dari para ibu rumah tangga yang bekerja, terima kasih covid 19.
Sampai kemudian sebulan, dua bulan, tiga bulan pun berlalu. Kembali semua berubah. Bosan di rumah. Tidak tahu harus mengisi waktu dengan cara apa lagi. Merawat tanaman kesayangan, menjahit baju, belajar memasak menu baru, praktik make over dengan berbagai jenis kosmetik yang ditutorialkan di youtube, nonton podcast, nonton film di televisi, bahkan ngerumpi dengan teman lewat chat. Tetap bosan. Ada yang hilang. Ada hampa yang sulit diuraikan dengan kata-kata. Mau hang out bersama teman-teman atau berkunjung kepada saudara, sepertinya bukan pilihan yang bagus di saat situasi seperti ini. Bahkan shopping menjadi sebuah ketakutan. Yang dirasakan hanya rindu teman sekantor, rindu suasana kerja. Belum lagi jenuh dan pusing menjadi guru di rumah bagi anak-anaknya dengan tugasnya yang segunun. Suami yang sudah mulai memancing emosi dengan segala keanehannya, yang mungkin juga sudah mulai bosan terus di rumah tidak bekerja. Bosan dan jenuh makin menjadi. Muncullah jargon, aku benci covid 19.
Itulah sifat manusia, tidak pernah merasa puas dengan apa yang didapatkannya. Barangkali fenomena ini yang disebut “Adaptasi Hedonis” oleh para psikolog. Menurut para ahli, cara terbaik sebagai solusi dari fenomena ini adalah dengan melakukan usaha proaktif untuk lebih menghargai apa yang sudah dimiliki, bukan mencari sesuatu yang lebih memuaskan. Intinya adalah penerimaan terhadap sebuah kondisi. Bagi umat islam, solusi jitu ditawarkan dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 7, yang artinya “ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur , pasti kami akan menambah (nikmat) kamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya zab-Ku sangat pedih.”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Barakallahu fiikum....kereeennn teh saySalam literasi