Tagursiana II

Hari ke-12

Sore kemarin aku mendapat kabar duka dari adik ipar yang menelpon. "Yuk, Kina meninggal dunia." terkejut aku, langsung lafaz innalillahi wa innalillahi rojiun ke luar dari mulutku. Tak kedengaran sakitnya. Segeralah bergegas untuk melayatnya. Kina, seorang teman masa kecilku. Seorang wanita bisu sejak lahir. Sesama main kami di lingkungan rumah orang tuaku. Kebetulan sampai saat ini rumahnya masih di dekat rumah orang tuaku. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya yang masih ada hingga detik ini. Kami bertetangga baik. Keluargaku dan keluarganya sudah seperti saudara saja.

Kina anak yang baik, aku dan teman yang lain senang berteman dengannya. Kami menghormati kekurangannya. Kina pun mau bersosialisasi. Dia anak yang pembersih. Bersama Kina, secara otodidak, kami menjadi tahu bahasa isyarat. Sayang..., Kina tak sekolah. Faktor latar belakang pendidikan orang tuanya dan keadaan ekonomi mereka membuat Kina sebegitu.

Menjelang masa remaja, kami sudah memasuki masa sekolah di SMP, sudah sibuk dengan dunia masing-masing. Kina tetap tidak sekolah. Kami sudah jarang bermain seperti masa-masa SD bersama Kina. Mulai saat itulah Kina terpuruk, terpingit sendiri tak mau mengenal dunia luar. Kina hanya di dalam rumah saja. Ke luar rumah pun ia tak mau. Mungkin dalam hatinya ia berontak, tapi orang tuanya seakan tak memahami hal itu. Kina seperti terpasung. Waktu pun berjalan terus, usia Kina juga merambah dewasa dan menua. Hingga akhirnya kudengar kabar itu. "Kina...." desahku mengenangnya. Terkirim doa terbaik untukmu. Husnul khotimah, aamiin.

Kota Jambi, 20 September 2021.