LEUIT KARUHUN Makna dan simbol
Oleh: Yusi Maesuri. S.Ag
Pegiat literasi : @tbm_mipir7092
Pagi hari yang indah dan sejuknya perdesaan yang ada di kasepuhan cisungsang lebak banten memberikan oksigen yang berbeda dari perkotaan. Mae dan teman-temannya yang sedang berkunjung untuk mengkaji tradisi sangat bahagia bisa merasakan udara segar di pedesaan.
Waktu sarapan telah tiba, Mae dan teman-temannya diberikan suguhan makanan khas pedesaan yang sangat enak. Mengambil makanan dengan porsi yang banyak dan makan dengan lahapnya hingga tak sadar bahwa Mae dan teman-temannya sedang diperhatikan keluarga karuhun.
Seketika sadar sambil mengunyah makanan “maaf, kenapa menatap kami seperti itu” dengan polosnya Mae bertanya.
Mereka yang memperhatikan Mae dan teman-temannya makan hanya melempar senyuman dan mengangguk “silakan lanjutkan” ujar salah satu keluarga karuhun.
Rupanya Mae dan teman-temannya terlalu nafsu untuk makan di pagi hari sehingga menyisakan makanan yaitu Nasi.
Pada saat mengkaji tradisi melalui wawancara kepada salah satu keluarga karuhun tentang prosessi panen di kasepuhan cisungsang akhirnya mae dan teman-temannya menyadari akan pentingnya mengkondisikan dirinya saat makan agar tidak terbuang sia-sia.
Mae menanyakan banyak hal tentang panen padi.
“kapan biasanya waktu panen padi pak?” Tanya mae
“panen padi dilaksanakan setiap 6 bulan sekali, adapun untuk ritualnya dilakukan setiap tahun” jawab narasumber
“Kenapa harus dilakukan setiap tahun dan menggunakan banyak prosesi pak?” Jawab narasumber, “karena bagian dari bentuk rasa syukur atas rezeki yang diperoleh melalui panen, dan hal ini harus selalu dilaksanakan setiap tahun, juga sebagai penghargaan kepada dewi sri padi yang telah menjaga padi di sawah-sawah dengan baik”
“lalu, apa pengaruh dan gunanya?
Hal ini sangat berpengaruh kepada masyarakat, karena ada nilai gotong royong atau solidaritas yang tinggi pada warga karuhun”
Gunanya untuk menjaga tradisi karuhun oleh masyarakat sekitar, dan memperkenalkan akan pengetahuan tentang budaya dan tradisi yang ada di daerah kami”.
“Kenapa harus disimpan dalam lembung padi pak”?
“lembung padi atau leuit berguna untuk menyimpan padi-padi hasil panen dan menjadikan stok makanan dari panen ke panen lagi”.
Maaf pak, bagaimana dengan maksud dari bentuk lembung padi tersebut, apakah harus selalu sama?”
Bapak narasumberpun tersenyum dan tetap menjawabnya “leuit (lembung padi) bentuk dan design interiornya memang seperti ini, guna memberikan kemanan dan ketahanan alias memberikan efek tahan lama pada gabah (padi) yang disimpan”
Dengan rasa yang masih penasaran, Mae bertanya dengan ekspresi wajah yang kurang meyakinkan “emang iya begitu pak?” jawabnya, “muhun leres neng geulis” sambil tertawa dengan bahasa daerahnya (sunda).
Melanjutkan jawabannya, posisi leuit memberikan makna;
Bentunya bermaksud;
Pintu yang mirip dengan jendela di atas maksudnya;
“dan kepala kerbau itu untuk apa pak?” Tanya Mae penasaran lagi.
Kepala kerbau yang bertanduk di situ artinya sebagai symbol bahwa ;
“Ternyata sedetail itu ya pak masyarakat disini untuk mengkonsumsi sesuap nasi saja membutuhkan banyak sekali hal-hal yang harus dilakukan guna memberikan manfaat yang baik untuk jiwa dan raganya”.
Seketika Mae meminta maaf kepada salah satu keluarga karuhun yang sedang di wawancarainya tersebut “pak, maafkan Mae, tadi makannya tidak sesuai aturan” dengan raut wajah merasa bersalah atas kejadian makan tadi pagi.
“iya, dimaafkan. Mae dan teman-teman sekarang sudah paham betul bagaimana memposisikan makanan dengan baik ya, ngkin mah tong dedeuieun deui tuang sapertos kitu nya. Karena sdayana geh gaduh aturanana. Leres Mae sareng rencangan sadayana?”.
“enyaa leres paaak, ahahaa”. Serentak menjawab
Setelah selesai mengkaji tradisi panen di kasepuhan, tibalah waktu makan siang dan tentu saja, Mae dan teman-temannya sangat mengingat pesan yang disampaikan oleh narasumber kepada mereka. Alhamdulillaah terkondisikan dengan baik, makan dengan tenang dan penuh khidmat akan kebersamaannya.
Jadi, teman-teman. Makanlah secukupnya hargai sebuah usaha dan proses, jangan mubadzir ya. Karena dalam al-quran juga dikatakan innal mubadziriina kaana ikhwanasyayaathiin artinya, “sesungguhnya yang membuang atau menyianyiakan makanan itu termasuk temannya setan”. Tuh kan, sudah jelas dalil-Nya. Rasulullah Saw juga bersabda bahwa “makan, minum dan bernafas “ naah, ayok mulai sekarang sayangi makananmu dengan tidak membuang sia-sia, lebih baik kita berbagi makanan kepada yang membutuhkan. Eh iya, di hari jumat berbaginya lebih berkah loh. (
Terimakasih dan tetap semangat meyebarkan kebaikan dan menghargai proses ya teman-teman. See you in the next story with @yousee_7092 and @tbm_mipir7092.
Salam literasi, bersama kita merawat mimpi melalui literasi dan edukasi.
Tbm mipir?... maca, mimpi, mikir.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Siap salam literasi juga pak..