#Tantangan Menulis 365 Jilid 2 Hari ke-280 (976)

Matahari belum sempat nampak, lagi-lagi hujan sudah meluluhlantakkan sinarnya. Jam di dinding sudah bergeser jauh dari waktu biasa aku keluar rumah. Bergegas kurapikan semua dagangan yang akan dibawa ke pasar. Sejak kemarin aku sudah berjanji, mulutku tak akan menggumamkan keluhan. Apa yang masih bisa kulakukan hari ini adalah kasih sayang Rabb yang masih memberi keesempatan padaku untuk mengais rezeki.

Barang dagangan yang akan digelar sudah kunaikkan ke dalam keranjang bambu. Kali ini daganganku sedikit bertambah dengan jajanan kue yang kubuat sejak pukul dua dini hari. Memang agak membosankan, tapi inilah rutinitas kehidupan yang harus kujalani setiap hari. Sebagai bentuk rasa tanggung jawabku pada seorang bayi perempuan yang menuntut banyak kebutuhan.

Hilangnya keberadaan fisikku di rumah, adalah untuk menghindari amarah ayah yang tidak pernah merestui pernikahanku. Kupilih pergi menjauh agar beban moril ayah tidak terlalu berat. Sebab kekuatan perasaanku pada ayah dari anakku begitu dalam. Sayang, dia laki-laki yang hanya memikirkan kepentingan sendiri. Bergegas kuturunkan semua dagangan dalam guyuran hujan yang masih riuh. Hingga hampir dua jam, daganganku masih sepi. Saat mataku mulai samar digelayuti kantuk, aku masih mengenali suara pembeli yang berdiri di depanku. Ayah pikirku dalam hati. Dadaku bergemuruh hebat. Tak ada ketercengangan ayah melihatku. Ini pembelajaran hidup yang harus kamu hadapi. Hanya sebaris kalimat itu yang ditinggalkan ayah sambil berlalu.