Rangkaian kata itu yang saya ucapkan kepada siswa saya yang begitu kecewa karena meraih harapan tiga di lomba pidato hari ini. Meski rangkaian kata motivasi beruntun saya ucapkan sepertinya tidak memberi asa apa pun kepada hati yang sedang kecewa dan gusar itu. 

Akhirnya saya berkata, juri memiliki keputusan mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. Dia nampak makin gusar. Saya biarkan dia dengan perasaannya. Barangkali dia perlu beberapa saat untuk menetralisir kekecewaannya. Saya sebenarmya juga kecewa karena saya tahu penampilannga di babak final, bagus tetapi lawan-lawannya bukan lawan kacangan. Mereka yang notabene menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Berada di deretan finalis sebenarnya merupakan pencapaian yang bagus. Namun, setiap peserta lomba tentu memiliki ekspektasi menjadi juara. 

Dia siswa berbakat. Beberapa kali diikutkan lomba berbahasa Inggris, dia selalu meraih posisi juara dua. Mungkin ini yang membuatnya optimis akan meraih peringkat yang sama pada lomba-lomba selanjutnya. 

Dia masih terlalu muda untuk mengerti arti kekalahan (karena selalu berada pada posisi pemenang). Waktu akan mengajarkannya bahwa kemenangan tidak hanya masalah angka satu, dua, tiga, atau pun harapan. Kemenangan adalah suatu pencapaian ketika kita mampu mengatur diri sendiri dan mampu mengaplikasikan bakat dan kemampuan kita di tempat kita berada. 

Saat ketika gusarnya belum mencapai puncak. Sesampai di kamar penginapan, dia kembali dengan curhatannya dan menyesalkan kekalahannya. Hehehhe.