Pentigraf

Kulumat bibirku yang kata orang ranum. Kurasakan tak ada rasa yang berarti buatku. Tapi hampir semua terutama kaum lelaki suka mengatakan hal itu padaku. Aku tak geer paling kalau sudah sampai di rumah aku selalu berkaca apa betul itu. Ah persetan dengan kegombalan semua itu.

Suatu pagi aku bersama sahabatku pergi belanja ke pasar terbesar di kotaku. Maklum mau menghadapi lebaran yang sudah dekat. Orang beramai-ramai memenuhi pasar itu. Saling berdesakan bahkan saling senggol di lorong-lorong toko. Yang paling penuh adalah toko pakaian. Semua yang belanja hampir putus asa karena panasnya.

Di dalam pasar ada toko yang diselimuti kain tebal. Yang terlihat hanya kaki sampai batas mata kaki. Pas keluar dari toko itu aku tergesa-gesa dan tak lagi lemas seperti tadi. Aku dan sahabatku melanjutkan belanja yang kurang. Tawar menawar terjadilah di situ dengan pedagang yang agak berondong. Aku suka itu. Lelaki itu selalu senyum-senyum. Aku geer ketika ia menunjuk bibirku. Dikira dia suka yang menurut orang seksi. Padahal di atas bibirku masih tersisa nasi. Ih malunya!!!