Yunik Ekowati

Si sulung dari empat bersaudara cewek semua. Lahir di Sragen di bulan Juni, suka mencoba hal baru dan suka tantangan. Menggembala kambing sambil membaca buku ad...

Selengkapnya
Navigasi Web
JALAN SETAPAK
JALAN SETAPAK

JALAN SETAPAK

JALAN SETAPAK

Tantangan Hari ke-12#TantanganGurusiana

Berangkat sekolah dengan berjalan kaki, tanpa alas kaki, beramai-ramai dengan teman seumuran. Kala itu jalanan kampung berupa batu bongkahan ditata, dengan tanah yang berlumpur belum ada perbaikan seperti sekarang, menurut bapak jalan ini dulu adalah sebuah galengan atau semacam jalan kecil ditengah sawah untuk lewat petani saat merawat tanama sawah dan mengangkut padi saat musim panen. Pagi yang sejuk, embun menyentuh wajah ku dengan lembut, titik-titik air membasahi rambut panjang sebahu ku. Berseragam merah putih, mencangklong tas sekolah, berjalan beriringan sambil bersenda gurau dengan teman. Tak terasa saking asyiknya bercanda, jarak sekolah dengan rumah sekitar tiga kilo.

Tak jarang wakyu itu anak-anak sekolah yang bertelanjang kaki, karena musim penghujan jalanan licin berlumpur. Bersekolah dengan memakai sepatu dan kaos kaki lengkap sangat jarang. Di samping kanan kiri jalan terbentang sawah para petani, tanaman padi berhektar-hektar. Kebiasaaan anak-anak sepulang sekolah lebih suka melewati jalanan di tengah-tengah sawah atau galengan, karena selain asyik menguji keseimbangan dalam berjalan lurus dan harus berhati-hati dalam berjalan. Jika sedikit saja tidak memperhatikan jalan sawah, makapasti akan tercebur ke sawah yang saat itu berlumpur banyak airnya.

Justru moment seperti itulah yang sangat diharapkan, selaian bisa bermain-maian dengan air lumpur, kadang menjumpai kepiting sawah yang lucu. Dibawa pulang untuk mainan dengan teman-teman. Sepulang sekolah kegiatan berikutnya setelah berganti baju, makan langsung menggembala kambing. Tak lupa sambil membawa buku pelajaran sekolah untuk dibaca. Saat menunggui kambing-kambing yang sedang merumput. Waooww…persis gambaran masa kanak-kanak tahun 80an, berarti penilis saat inisudah tidak ABG lagi hee…hhee… Tak jarang saat keasyikan membaca buku, para kambing piaraan entah pergi kemana, kadang malah bergabung dengan kambing-kambing lain yang sudah jauh berjalan. Sempat panic dan khawatir, takut sampai dirumah dimarahi bapak, karena kambingnya hilang. Ee….ternyata ikut kambing betina yang bahenol itu.

Menjelang maghrib kambing kesayangan ngandang atau pulang kerumah, sebelum mandi seperti pesan bapak, setelah ngandang segera nyombor atau memberi minuman kambing dengan air bekatul yang disampuri garam grosok atau garam kasar. Supaya kambing-kambing piaraan cepat besar dan jika dijual bisa mencapai harga yang tinggi. Kelak untuk membayar SPP dan buku-buku untuk sekolah, pesan bapak wanti-wanti. Dengan semangat karena perut sudah terasa lapar, dan rasa haus tidak tertahankan, segeralah bergegas mandi. Samping rumah ada sumur timba yang masih sangat sederhana, saat itu belum ada yang mempunyai mesin pompa air atau sejenis Sanyo. Dengan cara mengerek tambang dengan ember yang diikat, mengambil air untuk keperluan sehari-hari.

Rumah terletak di perkampungan tengah sawah dan lebih dekat dengan Bengawan Solo. Suatu anugerah terindah, setiap pagi udara sangat sejuk, pemandangan menghijau disetiap sudut mata memandang. Jika mempunyai uang takkan pernah cepat habis, tidak pernah ada penjual sate ayam, bakso, roti bakar, siomay lewat berkeliling jualan. Yang ada hanyalah suara jangkrik, dan katak dimalam hari, cahaya lampu sentir dari tanah liat. Kondisi seperti itu saja, tidak mematahkan untuk tetap belajar dan semangat membaca-baca buku pelajaran. Jauh dengan zaman sekarang, mati lampu sedian menit saja menghentikan segala aktifitas. Padahal menggunakan lampu senter,lilin dan lampu emerengency juga bisa. Entah karena memang sudah keenakanatau bagaimana, begitulah adanya jika mati lampu harus menghentikan aktifitas, gak selalui kalie.

Pagi ku cerah meski berkabut, ku kayuh sepeda ontel menuju tempat sekolah, karena hari itu tidak turun hujan maka jalanan setapak yang mempesonakan itu terlihat tidak becek dan berlumpur lagi. Dengan lancar roda meluncur, tanpa ada acara menuntun sepeda karena slebor dan ban sepeda tersumbat lumpur jalan. Bekas ban sepeda ontel dan ban motot bergaris memanjang dan berkelok seperti ular. Ku ikuti bekas tapak itu dengan harapan tidak tergelincir dan jatuh. Ternyata mengikuti bekas tapak jalanan lumpur yang memang sudah memadat dan mongering, sudah dipastikan akan aman dan lancar jaya. Lain halnya jika jalanan masih basah, licin harus mengawali dengan pijakan kaki atau ban sepeda.

Tergelincir, dan terpeleset ke lumpur adalah resiko pemain awal. Tapi sungguh mengasyikan, dengan sering terjatuh, seolah ada rasa sensasi berbeda. Hari berikutnya sudah mempunyai taktik dan trik supaya aman. Meski jalanan berlumpur tetap harus berangkat sekolah, sepatu untuk seentara harus tersimpan rapi di sudut kamar. Lebih amannya menggunakan plastic kresek hitam didouble, dipakai pada kaki supaya. Supaya kai tidak kotor, sesampainya di sekolahan segera dilepas plastinya. Karena sudah terbiasa dengan sakitnya kaki terkena kerikil-keril hingga tak berasa, dinginnya lantai ruang kelas tidak terasa. Coba sekarang musim dingin lepas alas kaki di rumah, langsung kerokan.

Bernostalgia dengan jalan setapak, sepeda ontel tual ternyata embun pagi itu lebih lembut menyentuh kulit, titik embunpun lebih pekat menghalangi pandangan. Aroma rumput pagi menusuk hidung. Sepi, hanya beberapa orang melintasi jalanan setapak ini. Mata terpejam berusaha kembali ke masa lalu, berlarian berkejaran. Setangkai bunga padi ku petik, dan ku sematkan di sisi telinga, bunga padi ku rupanya sudah menguning. Saatnya panen raya, para petani berduyun-duyun memetik padi dengan ani-ani atau sabit. Sekarang sudah dengan mesin berkapasitas besar dan lebih cepat. Semua sudah berubah, bergeser, mungkin suatu saat berubah arah. Entahlah…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bu. Sangat menginspirasi.

07 Jun
Balas

Aamiin.... salam literasi bu

08 Jun



search

New Post