Penanaman Sikap dan Perilaku Moderasi beragama
Munculnya beberapa perilaku yang tidak mencerminkan moderasi beragama belum lama ini terjadi yaitu adanya bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung pada Rabu pagi (7/12/2022) sehingga membuat seorang anggota polisi menjadi korban dan meninggal dunia serta 10 warga mengalami luka-luka. Sampai saat ini motif yang dilakukan oleh pelaku dengan inisial AS (34 tahun) belum diketahui. AS adalah seorang mantan napi teroris (napiter) yang baru bebas dari Nusakambangan pada tahun 20 (https://www.detik.com/jabar/berita/d-6450102/menakar-motif-aksi-bom-bunuh-diri-di-polsek-astana-anyar-bandung).
Berdasarkan hasil survei Mata Air Fondation dan Alvara Research Center tahun 2017, sikap radikal tidak hanya dimiliki oleh orang dewasa saja, tetapi anak muda usia Sekolah Menengah Atas memilikinya dengan indikator memilih ideologi Islam sebagai ideologi negara dibandingkan Pancasila, tidak akan mendukung pemimpin non-Muslim. Hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menunjukkan bahwa pelajar SMA sederajat menolak pancasila sebagai ideologi negara, mereka bersedia menyerang orang yang dianggap menghina agamanya, dan menyetujui jika Indonesia menjadi negera Islam, disinyalir paham dan sikap radikal di kalangan pelajar tersebut menyebar melalui organisasi kerohanian siswa (Pratama, 2020).
Salah satu cara untuk mengantisipasi hal tersebut dengan mengembangkan instrumen pengukuran yang dapat mengukur tinggi rendahnya sikap radikal siswa, jika rendah sikap radikalnya hal tersebut menunjukkan sikap moderasi dalam beragama, dan sebaliknya jika rendah sikap moderasi akan menjadi indikator tingginya sikap radikal siswa. Moderasi beragama siswa dapat didefinisikan sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku siswa yang mengambil jalan tengah, selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam beragama. Indikator instrumen sikap moderasi beragama yang telah dikembangkan merujuk pada moderasi beragama Kementerian Agama terdiri dari indikator komitmen kebangsaan, toleransi, antikekerasan, dan akomodatif terhadap kebudayaan local (ibid.,et.al) (Akhmadi , 2022).
Keseluruhan indikator yang menjadi instrumen moderasi beragama yang valid dan reliabel berdasarkan hasil penelitian dapat dijadikan acuan para guru dalam mengukur sikap dan perilaku siswa dalam moderasi beragama di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Adanya instrumen tersebut menjadi urgen dalam mengukur dan mengevaluasi keberhasilan penanaman moderasi beragama pada siswa atau orang dewasa.
Di lingkungan sekolah/madrasah penanaman sikap dan perilaku moderasi dapat dicontohkan oleh pendidik dan tenaga kependidikan, dalam melaksanakan tugas pembelajaran penanaman nilai-nilai atau perilaku moderasi beragama pada peserta didik dapat diterapkan dengan memasukan hal tersebut ke dalam strategi pembelajaran guru sebagai hidden kurikulum seperti dalam diskusi, kerja kelompok dan karya wisata, sehingga guru dapat dengan mudah memberikan pengertian keberagaman, menghargai orang lain, menghargai pendapat orang lain dan toleran dalam keberagaman, atau memasukannya ke dalam penilaian pembelajaran sikap afektif melalui indikator-indikator moderasi beragama yang harus dinilai guru terhadap perilaku siswa di kelas atau sekolah.
Pembelajaran moderasi beragama idealnya dilakukan sejak usia dini melalui penguatan aqidah, pendidikan akhlaq dan pembinaan nilai toleransi melalui program pembelajaran, pembiasaan dan pemberian keteladanan, karena yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter moderat pada anak adalah faktor lingkungan, faktor guru, dukungan orang tua, dan masyarakat hal tersebut menjadi dasar dalam penanaman moderasi beragama.
didapatkan, namun memberi damfak negatif dengan banyaknya isme-isme yang memberikan informasi yang sepotong-sepotong sehingga jika dipahami hanya sebagaian maka akan memberikan informasi yang tidak menyeluruh termasuk informasi tentang teks-teks keagamaan seperti agama Islam. Pada dasarnya ajaran islam mengakui dan menerima perbedaan seperti yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, beliau berhasil membina dan membangun masyarakat yang saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan, bahkan dalam Al Quran Allah telah berfirman bahwa adanya interaksi sosial dalam kehidupan dan menghargai kemajemukan Q.S Al Hujurat: 13. (Saputera, 2021)
ReferencesAkhmadi , A. (2022). MODERATION OF RELIGIOUS MADRASAH TEACHERS SIKAP MODERASI BERAGAMA GURU MADRASAH. Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 16 No 1.
Pratama, D. (2020). Pengembangan Skala Thurstone Metode Equal Appearing Interval untuk Mengukur Sikap Moderasi Beragama Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 11, No. 1, 71-82.
Saputera, A. A. (2021). PotretPengarusutamaanModerasiBeragama Di Gorontalo. Moderatio:JurnalModerasiBeragama, Vol.01,no,1.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar