DIAMOND DAN REMIDI KE-4 - Sebuah Refleksi -
4Remidi #1 (harusnya #194)
Membaca tulisan Presiden Gurusiana tentang penganugerahan penghargaan Diamond membuat airmata saya tertahan dipelupuk. Selamat saya haturkan bagi semua yang bisa meraihnya. Konsisten menulis selama 270 hari, tanpa terlewat seharipun, itu hebat,!! Luar biasa!! Sama luarbiasanya seperti mereka yang selalu bisa masuk pada jajaran tulisan terpopuler.
Saya sendiri hari ini masuk remidi ke-4 dari total tulisan yang sudah saya unggah 193. Bagi saya, apa isi tulisan itu tidak terlalu prioritas, karena Gurusiana membolehkan menulis tema apa saja, bahkan yang ‘receh’ pun tidak apa-apa, bahkan tanda baca banyak yang salahpun diterima karena tujuan pertamanya adalah istiqomah melahirkan tulisan, sedangkan kesempurnaan itu proses. Saya termasuk yang belum istiqomah dalam segala perangkat untuk menghasilkan tulisan. Saya ingat waktu pertama jatuh remidi di tulisan ke-103, hati saya hancur lebur, terus mundur tidak teratur, nesu pada diri sendiri, ngambek tidak mau nulis. Buat apa sih? Uang tidak dapat, pengharagaan tidak ada, buat mengisi angka kreditpun tidak bisa. Itu bunyi kenesuan saya. Tapi beberapa hari tidak menulis, ternyata saya rindu. Terus saya mulai lagi, saya tulis diatas artikel remidi dan jumlah tulisan yang sudah saya tayang. Sampai kira-kira tulisan ke-15, alamak! Terlewat lagi sehari. Kecewa lagi! Tidak seperti yang pertama, butuh beberapa hari mengobati self-angriness, remidi ke-2 kali ini saya langsung menulis keesokan harinya. Masih dengan menahan getun. Di awal artikel saya tulis 2remidi dan total tulisan. Sampai 25 tulisan, terlewat lagi! Esoknya saya menulis lagi. Getun? Jelas! Tapi hati saya sudah mulai terampil mengatasinya. Remidi 3 dimulai. Waktupun berlalu sampai hari ke-29 aman. Kemarin terlewat lagi sehari! ‘Mama sayange….!!!’ Kata Abdur, stand-up comedy. Hari ini, saya mulai lagi menulis pada remidi ke-4. Sudah tidak terlalu kecewa, karena sudah biasa terluka. Saya akan mengulas sebuah refleksi diri mengapa bisa jatuh bangun sepeti ini.
Pertama, saya belum bisa menetapkan disiplin waktu dalam mengunggah tulisan meskipun saya punya beberapa stock. Kalau saya lihat pada artikel tayang maka waktunya pun beragam, ada yang pagi, siang, sore atau bahkan tengah malam hampir ganti tanggal, alias ingat mengunggah pada saat terjaga atau ngilir. Tentu ini tidak baik. Akibatnya, lupa. Mestinya pembiasaan waktu tertentu dalam menulis dan menayangkan ini akan membentuk biological brain alarm yang akan mengingatkan tubuh untuk melakukan sesuatu yang belum dilakukan. Hal ini seperti kalau kita biasa sarapan jam 10 pagi, maka menjelang jam 10 perut kita sudah keroncongan.
Kedua, saya tidak setia pada satu tema besar tertentu, sehingga tulisan saya bukan hasil perpikir yang mendalam terhadap persolaan atau sudut pandang tertentu tetapi apa yang terlintas saat itu atau menuruti kata hati. Tentu ini mempengaruhi penilaian para followers, dianggap penulis gaje alias gak jelas. Tetapi sampai saat ini saya belum bisa memaksa diri saya sendiri untuk setia pada satu tema besar tertentu. Saya meloncat-loncat tanpa dosa menulis ala sak-karepe dhewe style. Ke depan saya harus mulai merombak cara ini untuk lebih rapi menuangkan tema tulisan.
Ketiga, saya menyalahkan tugas-tugas lain yang kadang begitu menyibukkan pikiran sampai-sampai saya tidak ingat sama sekali dengan Gurusiana. Seperti pagi ini, ketika hampir selesai sholat subhuh, si Kinzib (setan yang mengganggu orang shalat) datang ke pikiran saya dan mengingatkan bahwa kemarin saya belum menulis. Wuaduh! Alhasil dalam keadaan sedang sholat hati dan pikiran saya langsung terkoyak. Pingin sekali menjewer si Kinzib itu, mengganggu di dua sisi, sholat dan getun.
‘Jatuh bangun aku mengejarmu’ saya pakai untuk terus mengunggah tulisan di Gurusiana, yang membolehkan siapapun menulis apapun. Tanpa tuntutan sempurna idealis juga tanpa mengikuti keinginan pasar sehingga saya merasa bebas, tentu dengan level politeness yang memang harus dijaga. Doakan ya teman-teman supaya saya dan siapa saja tidak patah semangat walaupun remidi berkali-kali. Suatu saat terjadi bahwa ‘usaha tidak pernah mengkhianati hasil’. Semangat!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar