Yuli Purnamasari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL, DIFERENSIASI MENUJU WELLBEING

Program Merdeka Belajar mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka. Guru kini tidak lagi berperan untuk menjalankan kurikulum saja namun menjadi penghubung antara kurikulum dan minat siswa. Pembelajaran di kelas diarahkan kepada kegiatan yang “berpihak pada murid” dengan memperhatikan minat dan bakatnya.

Tiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, secara umum disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor latar belakang keluarga. Perbedaan-perbedaan yang tampak diantaranya adalah perbedaan jenis kelamin dan gender, kemampuan, kepribadian, serta gaya belajar. Perbedaan tersebut adalah hal yang tidak dapat dihindari dan sedikit banyak berpengaruh terhadap proses-proses pembelajaran.

Pembelajaran berdiferensiasi diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan siswa dengan karakteristik yang berbeda tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi mengupayakan respon yang tepat dari seorang guru terhadap kebutuhan belajar siswa.

Kebutuhan belajar siswa ditentukan berdasarkan tiga aspek, yaitu:

1. Kesiapan belajar siswa (readiness), dengan menggali pengetahuan awal yang dimiliki siswa,

2. Mengidentifikasi minat belajar siswa, untuk menumbuhkan motivasi belajarnya,

3. Mengidentifikasi profil belajar siswa, agar mereka dapat belajar secara natural dan efisien.

Seorang guru yang telah mengetahui kebutuhan belajar siswanya akan dengan mudah menentukan metode/ strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan minat belajar ini dibagi menjadi 3, yaitu diferensiasi proses belajar, diferensiasi konten dan diferensiasi hasil belajar.

Perbedaan karakteristik dalam pembelajaran menuntut setiap individu yang terlibat di dalamnya untuk berinteraksi dan berkolaborasi. Guru hendaknya dapat memfasilitasi proses kolaborasi yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial emosional mengambil peran penting tercapainya tujuan pembelajaran.

Pembelajaran sosial emosional bertujuan untuk:

1. memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)

2. menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

3. merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

4. membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)

5. membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Pendekatan Pembelajaran Sosial Emosional yang efektif seringkali menggabungkan empat elemen yang diwakili oleh akronim SAFE (https://casel.org/what-is-sel/approaches/):

1. Sequential/berurutan: Aktivitas yang terhubung dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan

2. Active/aktif: bentuk Pembelajaran Aktif yang melibatkan murid untuk menguasai keterampilan dan sikap baru

3. Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan sosial maupun personal

4. Explicit/eksplisit: tertuju pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional tertentu secara eksplisit.

Kesadaran penuh (mindfulness) adalah salah satu bagian penting dalam pembelajaran sosial emosional. Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran dengan menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid yang sedang memainkan musik, menulis jurnal, menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati segelas teh hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru yang sedang mendengarkan murid dengan penuh perhatian. Intinya adalah adanya perhatian yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, mendengarkan cerita, menghayati keindahan alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.

Salah satu tujuan dari kesadaran penuh adalah agar siswa maupun guru terhindar dari stress akibat berbagai macam kesibukan. Kesadaran penuh ini dapat dilatih dan ditumbuhkan. Kita dapat melatih diri untuk focus dan memberikan perhatian yang berkualitas terhadap apa yang kita lakukan.

STOP adalah salah satu tehnik melatih kesadaran penuh dengan mengelola napas. Mengapa napas? Karena napas adalah jangkar yang dimiliki setiap orang untuk berada di sini dan masa sekarang (here and now). Pikiran kita merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Seorang ilmuwan dan filsuf bernama Deepak Chopra dalam website pribadinya menyebutkan bahwa manusia memiliki 60.000-80.000 pikiran dalam sehari. Bayangkan betapa sibuknya pikiran kita. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan khawatir. Pikiran juga dapat bergerak ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika ia fokus situasi saat ini dan masa sekarang, Cara termudah untuk membuat pikiran dan perasaan berada pada saat ini dan masa sekarang adalah dengan menyadari napas. Selain itu, kegiatan menyadari napas juga juga paling mudah dilakukan karena dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan tidak membutuhkan alat bantu apapun kecuali napas kita sendiri.

Tahapan tehnik STOP adalah sebagai berikut:

1. Stop, berhenti sejenak dari aktivitas yang dilakukan,

2. Take a deep breathe, Tarik nafas secara perlahan, tahan, lalu hembuskan

3. Observe, mengamati ke dalam diri kita, rileks

4. Proceed, lanjutkan aktivitas dengan focus dan bahagia.

Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernapas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, mengelola emosi yang muncul, hingga dapat membuat pilihan/mengambil keputusan yang lebih responsif, bukan reaktif.

Dalam situasi yang menantang, misalnya seorang guru yang menghadapi perilaku siswa yang tidak disiplin, respon yang dilakukan guru adalah berhenti sejenak, menarik napas, mengamati ke dalam diri tentang nilai-nilai positif yang diyakini, mencoba memahami situasi, lalu mencari tahu apa yang sedang dirasakan oleh siswa. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat membangun hubungan yang baik dan rasa percaya murid pada guru. Koneksi, rasa aman dan rasa percaya di antara guru dan murid akan memperkuat relasi murid dan guru sehingga dapat menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi pembelajaran.

Muara dari pembelajaran sosial emosional yang berbasis kesadaran penuh adalah terwujudnya wellbeing. Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Dalam proses pembelajaran, wellbeing merupakan elemen yang penting. Ketika siswa dan guru telah memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, mandiri dalam mengambil keputusan, mengembangkan dan mengeksplorasi diri dan memiliki tujuan yang jelas maka secara sadar mereka akan melakukan segala aktivitasnya tanpa ada beban dan paksaan, sehingga memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam literasi

23 Mar
Balas



search

New Post