STOP, JANG BAJALANG LAE !
Dari judulnya kalau dibaca, mungkin hanya sebagian orang yang mengerti maksudnya, terutama para pembaca, saudara dan saudari yang berada atau pernah bermukin di kawasan Indonesia bagian timur. Saat kata ‘stop’ diucapkan, hampir semua orang yang mendengar kata itu, akan memahami bahwa kata itu berarti ‘berhenti’. Kata’ Jang” adalah kependekan dari kata ‘Jangan’. Kata “Bajalang” itu adalah ungkapan konteks dalam lingkungan ditempat saya lahir dan besar, atau masih dikawasan Indonesia bagian timur yang bermakna “berjalan” sedangkan kata ‘Lae’ adalah sebutan yang singkat untuk kata ‘Lagi”. Oleh sebab itu, kalau disejajarkan kedalam bahasa Indonesia yang baik dan benar (bukan berarti kita tidak bisa bahasa Indonesia yang benar), ungkapan judul seperti itu bisa dipadankan dengan pemahaman “Berhentilah, Jangan berjalan-jalan lagi”( kira –kira begitu). Sejujurnya, pengaruh bahasa ibu satu daerah dan dialeknya dalam mengaplikasikan bahasa pengantar resmi Bahasa Indonesia, sangatlah memainkan peranan yang penting, dalam pemahaman isi pesan, khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan lisan, yang perlu dipahami oleh khalayak ramai.
“Stop, jang bajalang lae” memiliki unsur ‘perintah’ untuk segera berdiam diri di rumah saja, tanpa harus keluar melakukan aktifitas di luar rumah. Sejak mewabahnya covid-19, Pemerintah(pusat maupun Daerah) telah berupaya keras untuk memutuskan mata rantai persebaran virus yang menyebabkan melonjaknya data tentang orang-oang yang terkonfirmasikan, baik yang dirawat, yang dalam pantauan, dan yang tidak bergejala (semoga kita dan keluarga kita dijauhkan dari serangan wabah covid itu) pada satuan gugus tugas percepatan penangan Covid-19 di daerah masing-masing. Sejak terdeteksinya penyakit ini secara resmi, Pemerintah dengan sigap membentuk satuan gugus tugas untuk menangani persebaran wabah Covid-19 ini di seluruh pelososok negeri Ibu Pertiwi. Gencar-genjarnya Pemerintah melakukan kampanye, ataupun melakukan tindakan, juga setelah belajar dari kasus-kasus di Wuhan,Cina, juga di Negara Iran, Italia, dan Prancis, yang sudah duluan di’hantam ‘ oleh virus ini.
Beberapa hal yang paling dikampanyekan atau direkomedasikan oleh Pemerintah ialah BERDIAM DIRI di dalam rumah, tanpa melakukan aktifitas di luar rumah. Hal ini perlu dilakukan karena dengan tidak banyaknya mobilisasi yang dilakukan, maka tidak banyak pula yang akan terjangkit wabah ini. Virus ini tidak bisa ‘bejalan’ sendiri tanpa ‘menumpang’ dalam droplet / percikan/tetesan batuk, pilek,dan bersinnya seseorang. Juga ada kampanye untuk SELALU MENCUCI TANGAN dengan menggunakan sabun/deterjen, karena hal ini bisa menghambat proses perpindahan virus ini melalui mata, hidung atau pun mulut, yang disentuh oleh tangan. Oleh karena itu, mencuci tangan adalah sesuatu yang perlu dilakukan sesering mungkin. Selain dua hal tadi, ada pula yang tak kalah penting yaitu menggunakan masker, menutup hidung , mulut ataupun sebagian wajah. Hal ini untuk menghindari berpindahnya virus tersebut lewat kontak jarak dekat, sehingga penggunaan masker secara tidak langsung memperingatkan kita juga untuk tetap saling menjaga jarak dengan siapapun, saat ada keperluan mendesak di luar rumah.
Sejak pertengahan bulan Maret lalu, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kamipun sudah mengantisipasi dengan segala kegiatan yang bisa menghambat laju penyebaran virus ini, mulai dari menutup akses masuk dan keluar provinsi dan kabupaten baik dari laut, dan udara, meng ‘karantina’kan orang-orang yang baru kembali dari bepergian terutama luar kota dimana seseorang tidak berdomisili, atau dari daerah-daerah yang memiliki tingkat persebaran virus ini yang tinggi , dan termasuk meliburkan anak-anak sekolah, dan proses belajar dilakukan secara on-line, dan me’rumahkan’ para aparatur sipil negara dengan tidak bermobilisasi ke tempat/kantor kerja tetapi bekerja dari rumah, serta pembatasan aktifitas layanan khalayak ramai seperti pasar, toko, mini market maupun pusat perbelanjaan maupun layanan masyarakat lainnya dalam hitungan dan batasan jam. Himbauan untuk melakukan deteksi dini pada pusat kerumunan orang atau pusat perbelanjaan sesuai standar yang ditentukan, oleh karena itu ketika melewati alat deteksi suhu badan di pusat-pusat keramaian menjadi bagian dari upaya pemerintah bersinergi dalam 'Melawan Covid-19'. Himbauan juga untuk melakukan peribadatan dari rumah, untuk menghindari mobilisasi banyak orang. Pemerintah kabupaten juga berupaya keras, menuangkan segala perhatian dan konsetrasi untuk menekan laju persebaran wabah Covid-19 ini, dengan menghimbau masyarakat lewat media-media baik secara audio (mobil yang berkeliling), dan visual( poster, pamlet maupun media elektronik). Ada juga patroli keliling dan penjagaan yang diperkatat untuk meminimalkan mobilisasi orang banyak. Di sudut-sudut jalan dan lorong/gang yang strategis, himbauan untuk tetap tinggal di rumah atau berdiam diri di rumah, dalam bentuk spanduk telah dipasang secara serentak dan berukuran besar, terlihat sudah tersedianya gentong-gentong berisikan air dan disediakan pula sabun pencuci tangan dari pemerintah daerah, dari swadaya masyarakat, ataupun dari siapa saja yang peduli dengan pentingnya mencuci tangan. Hal ini untuk memudahkan warga masyarakat mengikuti anjuran pemerintah dalam menjaga kebersihan, khususnya mencuci tangan. Pembagian masker secara cuma-cuma oleh pemerintah ataupun warga masyarakat yang peduli juga dilaksanakan. Yang pasti, sampai dengan tulisan ini saya posting hari ini, lewat juru bicara satgas penanganan covid-19 dalam flyernya yang diedarkan secara elektronik, sudah tiga pemilik kasus yang wafat, dan empat pemilik kasus yang sembuh. Saat ini, persebaran di kabupaten kami sudah ada dua puluh lima kasus terkonfirmasi Covid-19 yang tersebar di empat distrik dan sepuluh kampung.
Marilah Bapak dan Ibu juga saudara/i pembaca yang budiman, kita ikuti anjuran pemerintah untuk kebaikan kita bersama. Bersama kita hentikan penyebaran Covid-19, dengan menghindari kumpulan orang banyak, juga selalu mencuci tangan dan gunakan masker. #stayhome #staysafe # StopCovid19. Inti dari semua itu adalah “Stop, Jang Bajalang Lae !”
Tantangan Menulis #5
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul bu Yulia, salam literasi dari Sumatera Barat
mantap sekali bu artikelnya ini kan artikel kemarin tanggal 17 april ya tapi mulai kemarin sampai hari ini masih jadi artikel populer hebat bu
Bu Yul......konten "Bahasa Ibu" sangat efektif mengingatkan diri kita secara pribadi & lingkungan sekitar, terutama anak kandung & anak didik kita.Terus budayakan Literasi Bahasa Ibu agar tetap lestari dlm keberagaman budaya Indonesia.Wanyambe....
Bu Yul......konten "Bahasa Ibu" sangat efektif mengingatkan diri kita secara pribadi & lingkungan sekitar, terutama anak kandung & anak didik kita.Terus budayakan Literasi Bahasa Ibu agar tetap lestari dlm keberagaman budaya Indonesia.Wanyambe....