Yulia Daud

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Akal Tak Sekali Tiba

Akal Tak Sekali Tiba

Entah sudah seperti apa lagi rasanya sekarang. Sering kali dipertemukan dengan rasa malu yang tidak berkesudahan ketika harus menangisi hal-hal kecil yang sungguh tidak pantas untuk ditangisi. Agaknya makin ke sini, saya kian cengeng hanya karena keinginan-keinginan kecil dan besar saya belum juga dikabulkan oleh-Nya. Terkadang ingin sekali menangis dan berteriak sekuat-kuatnya. Kembali lagi di saat mengingat umur yang sudah tidak lagi muda, nyatanya cukup membuat saya mengurungkan niat tersebut. Bahkan untuk bercerita ke orang-orang terdekat perihal yang sedang dialami sekarang, saya harus berpikir panjang.

“Saya cerita enggak ya ke mereka? Apakah nanti mereka bakalan bilang, lagi-lagi saya cengeng, lemah atau malahan tidak bersyukur ya?”

Berbagai sangkaan itu akhirnya membuat saya mengubur cerita tersebut dalam-dalam. Tetapi, entah kenapa hari ini, saya mencoba untuk bercerita dengan salah satu teman berharap akan ada sambutan baik dari pertanyaan yang saya utarakan. Yakni, tentang saya yang masih sangat berharap dengan sesuatu yang telah saya perjuangkan. Walaupun saya tahu hasil akhir cerita tersebut seperti apa. Kemudian, saya pun mulai bertanya kepadanya.

“Saya masih berharap dengan ini. Sementara saya sudah tahu kenyataannya akan seperti apa. Akankah ada kemungkinan di sana?”

“Berharap yang pasti-pasti saja. Nothing to lose. Like I’ve said before, rezekinya mungkin yang lain. Banyak cara menuju sukses.

“Terima kasih.”

“Nikah dulu mungkin.” Ungkapnya.

“Entahlah. Salah satu alasan saya buat berpikir dua kali dan mungkin bisa lebih setiap kali bercerita seperti ini ke dirimu adalah itu tadi, kata-kata yang diucapkan selalu saja memedaskan hati. Meskipun saya tahu ucapan tersebut sangat benar adanya. Hanya saja, tiap kali saya membaca kalimat itu lagi dan lagi, hati saya sakit.”

“Ya sudah, besok-besok enggak lagi.”

“Iya.”

Bahkan ia tidak tahu sebesar apa rasa sakit yang telah saya peroleh akhir-akhir ini. Saban kali saya mengingat semua hal yang telah direncanakan dengan matang dan berakhir dengan sedikit kedukaan; saya mencucurkan air mata, saya kecewa dengan diri sendiri, saya sangat tidak suka dengan diri sendiri, saya berang dengan diri sendiri, dan saya menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Ada begitu banyak kata ‘mengapa’ yang muncul di kepala setiap kali mengingatnya. Mengapa seperti ini dan mengapa seperti itu? Kenapa semuanya tidak bekerja sesuai dengan yang sudah dituliskan?

Jikalau kembali mengingat ke belakang atas apa yang telah dilakukan, ingin sekali rasanya saya berusaha lebih banyak lagi, berdoa lebih banyak lagi, serta semangat yang lebih banyak lagi. Agar tidak terulang kembali kejadian seperti ini. Ya, saya selalu saja menjadi pembenci yang teramat dengan diri sendiri ketika semuanya tidak sesuai dengan harapan saya. Sepertinya ini adalah kali kesekiannya saya seperti ini, menjadi sensitif, menjadi cengeng dan menganggap seolah-olah hanya saya sajalah yang paling berduka di dunia ini.

Sedikit demi sedikit saya mulai menghukum diri sendiri. Bahkan saya tidak mengizinkan diri sendiri untuk berbahagia sebentar saja. Yang saya lakukan hanya menangis dengan penuh sesal juga kesal. Kini saya memutuskan untuk berhenti bercerita kepada siapa pun tentang rasa sakit yang sedang diterima. Saya cuma bercerita rasa gembira sekadarnya saja dengan mereka. Kendatipun tetap saya tidak sebahagia mereka yang di luar sana. Mengenai rasa syukur, saya senantiasa bersyukur pada semua ketetapan-Nya. Tetapi, yakinlah akan ada masa di mana kita merasa overthinking serta mengeluhkan sesuatu secara berlebihan. Baik itu kepada yang akan, sedang, hingga yang sudah terjadi sekalipun.

Terkait cerita yang baru saja saya tuliskan, ini hanya sedikit banyak unek-unek yang sedang dirasakan sekarang. Saya tidak tahu kepada siapa harus menuturkan cerita ini. Bercerita kepada-Nya tentu telah saya lakukan terlebih dahulu sebelum saya menuliskan beberapa paragraf singkat ini. Saya hanya ingin bercerita melalui tulisan-tulisan sederhana saya, namun begitu berarti ketika dibaca pun juga diingat. Kemungkinan sesudah ini akan banyak yang berkata-kata di dalam hatinya bahwa saya terlalu cengeng di dalam menghadapi sesuatu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post