Nihil Difficile Volenti (24) - Pentingnya imaji (citraan) dalam puisi - 1
Tantangan Menulis Gurusiana 365 hari
Kolom
Nihil Difficile Volenti (24)
Pentingnya imaji (citraan) dalam puisi
Kehadiran unsur imaji (imaji n sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan (KBBI) dalam konteks karya sastra sungguh berperan penting.
Citraan adalah kesan yang dapat kita tangkap (terima) pada kalimat atau baris dalam puisi. Citraan berhubungan dengan indra manusia. Citraan merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata (Pradopo, 1987). Citraan digambarkan melalui kiasan-kiasan yang merupakan suatu bentuk keindahan dalam bahasa.
Dalam pembangunan citraan, setiap penyair berusaha mengonkretkan ide yang masih abstrak. Ia berusaha intuisinya sebagai penyair dengan imajinasi yang ada pada pembaca. Akibatnya, ia harus berusaha menata kata sedemikian rupa agar makna-makna abstrak menjadi konkret dan nyata, misalnya lewat bahasa atau lewat gerak.
1) Citraan penglihatan dalam puisi
Citraan penglihatan ditimbulkan oleh indra penglihatan (mata). Citraan ini merupakan jenis yang paling sering digunakan penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirannya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan.
(Sapardi Djoko Damono: Perahu Kertas, 1991)
2) Citraan pendengaran dalam puisi
Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga). Citraan ini dapat dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, suara mengiang, berdentum-dentum, dan sayup-sayup.
Contoh:
Maka menangislah roh bayi itu keras-keras
Kedua tangan yang alit itu seperti kejang-kejang
Kakinya pun menerjang-nerjang
Suaranya melengking lalu mengiba-iba
…
(Taufik Ismail: dalam Horison Sastra Indonesia 1: Kitab Puisi 2002)
3) Citraan perabaan dalam puisi
Citraan perabaan atau citraan tactual (taktil/tactile) adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang menyebabkan kita merasakan rasa nyeri, dingin, atau panas karena perubahan suhu udara.
Contoh:
Sembari jari-jari galak di gitarnya
Mencakar dan mencakar
Menggaruki rasa gatal di sukmanya
Cintamu selembut sutra, meluluhkan kerasnya hatiku
(W.S. Rendra: dalam Horison Sastra Indonesia 1: Kitab Puisi 2002)
Embusan bayu terasa begitu dingin
Lembut meninabobokan mentari pagi
Enggan bangun menyapa insani
Masih terlelap bersama mimpi indahnya
(Yudi, Ujian Diri - 10 Maret 2021)
BERSAMBUNG …
Batununggal, 6 Mei 2021 12:01
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mksh mas Yudi, ilmu yg sangat bermanfaat. Keren.
Terima kasih, Pak. Salam sehat selalu.
Sangat bermanfaat. Terima kasih ilmunya Mas
Terima kasih, Mbak. Salam sehat selalu.
Terima kasih, Pak Yudi bertambah lagi ilmu dan pemahahaman saya tentang penulisan puisi, yaitu Citraan penglihatan dalam puisi. Saya melihat dalam tulisan, Bapak bisa menulis puisi dengan mengulanga kata yg sama. Keren pisan. Salam sehat, Pak.
Terima kasih, Mam. Salam sehat selalu.
Terima kasih Pak Yudi ilmunya. Semoga sukses selalu