" HALAMAN KECILKU "
Begini yang kulihat di sore hari, anak-anak di sekitar rumahku berkumpul di halaman kecilku. Hanya halaman kecil berumput, tapi cukup sejuk, dikeliling pohon rambutan dan duku. Aku memang tidak berniat memberi pagar beton tinggi sebagai pembatas seperti pada umumnya orang-orang di samping rumahku. Aku senang halaman kecilku bisa dinikmati banyak orang, tukang sayur yang menunggu ibu- ibu langganannya datang di setiap pukul sepuluh, dan anak-anak yang setiap sore berhamburan datang ke halaman kecilku yang hijau berumput. " Aruuulll....! Pulaang!! " Upst, aku sedang menyapu di halaman yang penuh daun-daun rambutan yang jatuh d tiup angin. " Ni anak kerjanya maiinnn aja. Heran klau main di sini pasti ga inget pulang..!!" Teriak bu Neng sambil menarik tangan anaknya untuk pulang. Ku lihat arul berontak, tapi bu Neng malah menariknya lebih keras. " Sakiittt ibuuuuu..." teriak Arul mulai menangis. " sakit apa..? Cuma ditarik segini udah sakit, kalau ibu cubit kamu kaya gini kamu boleh bilang sakit..!!" Kata bu Neng , dan aduuuhh, kulihat bu Neng mencubit lengan Arul dengan kuku jarinya yg tajam di sertai ocehan dengan suaranya yang keras. Terdengar Arul berteriak. Dengan hentakan bu Neng menyeret Arul pulang. Aku diam menahan semua gejolak perasaan yg ingin ku hamburkan . Tapi semua cuma bisa kutahan dalam hati. Dari kejauhan masih terdengar suara bu Neng yang masih terus mengomel. Aku cuma geleng kepala. Hmm, cuma karena main dan tak mau belajar, seperti itukah jalan keluarnya? Seperti yang dikatakan bu Neng, anak sangat betah kalau main di halaman rumahku . Sebetulnya kalau bu Neng sadar, Arul sudah bermain di tempat yang aman. Tapi, ya sudahlah. Halaman depan rumahku memang jadi ajang tempat anak_ anak main. Apalagi kalau libur, anak_ anak sejak pagi datang ke halaman mungilku dengan raut wajah ceria. Ada beberapa anak dengan sepedanya, belum lagi yang membawa bola. Memang cuma halaman berumput, tapi cukup nyaman untuk anak bermain. Di sekitar rumahku memang sudah jarang halaman tempat anak bermain, sulit buat anak untuk mencari lahan ajang mereka mengexpresikan semua kebutuhan fisiknya. Rumah rumah besar yang di pagar pas di depan jalan , pintu gerbang rumah pas di depan jalan kendaraan. Anak bermain d jalan_jalan, ketika motor dan mobil melaju cepat anak harus ketepi jalan . Setiap pagi atau sore halaman kecilku kalau sempat setelah pulang kerja ku rapikan dan kusapu. Aku senang dengan canda tawa senda gurau anak-anak. Walau kadang tendangan bola mereka yang amat kuat mengenai pagar rumah bambuku, dan mereka masih bisa diingatkan untuk membuat gawang sendiri. Mereka bermain, bercanda, berguling_ guling , melompat, merangkak, berjinjit dan segala macam bentuk kegiatan motorik yang kalau kulihat menjadikan mereka sangat terampil. Adakalanya anak perempuan bermain 'yeye', yang mengingatkanku pada permainan waktu kecil, permainan dengan menggunakan karet yang d sambung menjadi panjang, bermain dengan melompat setinggi-tingginya. Hal yang agak sulit ku mengerti, banyak orangtua yang tidak sadar pentingnya kebutuhan bermain bagi anak. Setengah hari mereka di sekolah, dengan tugas-tugas belajar yang membuat otak mereka lelah dan cape. Jikalau pun mereka harus menghabiskan lagi waktu d rumah dengan setumpuk buku, alangkah makin lelahnya otak mereka. Bisa jadi anak-anak ini hanya ingin baik d mata orangtua tetap dikamar padahal sedang asyik dengan gadgetnya. Hmm, apakah ibu yakin seratus persen anak sedang mengasah otaknya di depan meja belajar. Menunggui 15 menit saja anak sedang membuka bukunya pasti sudah menguap , mengantuk dan bosan. Itu hanya menunggui , tidak harus ikut membaca dan menghapal buku tadi. Apa dan bagaimanapun yang pasti aku senang, karena halaman kecilku bisa memberi manfaat. Moga halaman kecilku bisa terus berlanjut, sampai nanti. Walau keadaan makin ramai , pagar-pagar rumah makin tinggi dan tertutup, halaman kecilku akan tetap indah di sini, di depan pagar bambu rumahku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Senang sekali membacanya. Jadi membayangkan masa kecil. Top bu
Betul pak, melihat yang bermain, sambil mengenang masa dulu. Terimaksih pak Yudha Kurniawan.
Bagus, lanjutkan bu yoyo
Makasih, makasihh pak Jepri Susanto, malu menulis pada awalnya, jadi semangat lagi.