Yossar

Guru Matematika di SMPN 2 Kampar Kiri Hulu Bangkinang, Riau...

Selengkapnya
Navigasi Web
HIJAB AISYAH (CERBUNG) PART 9

HIJAB AISYAH (CERBUNG) PART 9

Maaf dari Siti

Sudah dua minggu lebih Ahmad tidak pernah melihat Siti. Ahmad mulai bertanya - tanya apa sebenarnya yang terjadi dengan Siti. Sementara Aisyah semakin sering menemui Ahmad di perpustakaan. Ahmad sebenarnya tidak suka dengan kehadiran Aisyah. Ahmad berusaha tetap baik dengan Aisyah walau sebenarnya dia tak suka. Antara Aisyah dan Siti bagaikan langit dan bumi. Siti si pendiam dan bersahaja sedangkan Aisyah cerewet dan suka bersikap seenaknya. Ahmad berharap Siti akan menemuinya dan menceritakan semuanya.

Ahmad sengaja hari ini menunggu Aisyah keluar dari rumahnya. Ahmad perhatikan Siti seperti orang ketakutan. Matanya melihat kiri dan ke kanan. Setelah dirasa aman, dia pun berangkat. Ahmad semakin penasaran. Kenapa Siti seperti itu. Ahmad terus mengikuti Siti sampai di sekolah. Waktu Siti mau menuju ruang kelas Ahmad muncul di depannya. Siti berusaha untuk menghindari namun terlambat. Siti tak bisa berbuat banyak. Dia hanya diam.

“Assalamu'alaikum Siti”. Sapa Ahmad.

“Waalaikumsalam Kak Ahmad.” jawab Siti kaku.

“Aku pengen bicara sama kamu nanti jam istirahat Siti. Di tempat biasa.”

“Tapi?”

“Tidak ada tapi - tapinya Siti. Sudah dua minggu ini kamu tidak pernah muncul ke perpustakaan. Tolong jelaskan!”

“Kak, Siti nggak bisa?”

“Tidak bisa kenapa Siti?”

“Susah untuk Siti jelaskan. Pokoknya Siti tidak bisa.”

“Aku tetap menunggu di perpustakaan. Sampai jumpa. Aku permisi. Assalamu'alaikum.”

“Waalaikumsalam.”

* * *

Siti tak tahu harus bagaimana lagi. Dia seperti makan buah simalakama. Dia sudah berjanji pada Aisyah untuk tak berhubungan lagi dengan kak Ahmad. Sedangkan kak Ahmad menunggu jawaban dari sikapnya selama ini. Siti duduk di kursi. Dia hanya melamun. Siti berusaha untuk tetap santai. Dia tak mau masalah hari ini mengganggu belajarnya. Jam istirahat pun datang. Aisyah dan teman – temannya segera menuju kantin. Aisyah begitu gembira kelihatannya. Tetapi Siti bingung untuk mengambil keputusan. Akhirnya Siti beranikan juga untuk menemui kak Ahmad. Dengan langkah pelan dan mata tertunduk Siti menuju perpustakaan. Ahmad sudah menunggu Siti. Ahmad begitu gembira melihat Siti menemuinya.

“Assalamu'alaikum Siti. Bagaimana kabarmu?”

“Waalaikumsalam Kak Ahmad. Alhamdulilah Siti sehat.”

“Siti, sebelumnya aku mohon maaf jika memaksamu untuk datang kesini. Ini semua aku lakukan karena beberapa minggu ini kamu susah untukku temui.”

“Siti juga minta maaf kak telah mengganggu pikiran kakak.”

“Siti, sekarang coba jawab dengan jujur. Kenapa dua minggu ini kamu seolah menjauh darimu? Apakah ada sikap dan kata - kataku yang menyakiti hatimu? Atau ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari ku?”

“Mungkin perasaan Kak Ahmad saja. Siti minggu ini memang lagi banyak tugas sekolah oleh karena itu tidak sempat menemui kakak ke perpustakaan.”

“Benarkah itu Siti? Aku lihat dari matamu ada sesuatu yang kamu sembunyikan. Jujurlah Siti. Seandainya alasanmu dapat aku terima, aku siap meninggalkanmu dan tidak akan menggangumu lagi.”

Siti terdiam. Tak terasa air matanya jatuh. Ahmad terkejut melihat Siti.

“Siti, kenapa? Kenapa kamu menangis?”

“Kak, sebenarnya aku ingin terus bersahabat dengan kakak tapi?” Suara Siti terputus.

“Tapi apa Siti? Kalau kamu terus menangis nanti apa kata siswa yang melihat.”

Ahmad mengeluarkan tisu dan memberikan pada Siti. Siti pun menghapus air matanya.

“Sejujurnya Siti merasa senang ada teman berbagai di sekolah ini. Siti ada teman curhat.ada tempat berbagi duka. Namun seseorang datang padaku untuk tidak berhubungan lagi dengan kakak. Siti tak bisa menolaknya Kak. Siti tak mau ada masalah di sekolah ini. Karena Siti sadar siapa Siti dan posisi Siti di sekolah ini.”

“Seseorang melarang kamu untuk berteman denganku? Aneh. Aku sudah menganggap kamu sebagai adikku sendiri. Tidak lebih dari itu. Sekarang coba katakan siap orang tersebut Siti?”

“Maaf kak, Siti nggak bisa.”

“Kalau kamu terus seperti ini maka masalah ini tidak akan selesai. Atau jangan – jangan teman satu kelasmu Siti? Soalnya semenjak kamu tak ada dia selalu datang kesini.”

“Bukan Kak. Siti mohon kakak tidak memperpanjang masalah ini. Siti permisi Kak. Assalamu'alaikum.”

“Siti... Siti...” Panggil Ahmad. Namun Siti tak menghiraukannya. Ahmad masih duduk memikirkan siapa orang tersebut. Ahmad tidak mau gegabah. Dia harus tetap berfikir positif. Jawaban dari Siti semakin membuat Ahmad penasaran.

* * *

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Makasih buk

18 May
Balas

Mantap pak, lanjut

18 May
Balas



search

New Post