HIJAB AISYAH (CERBUNG) PART 13
Pulang
Hari ini Aisyah telah diperbolehkan pulang. Bunda dari tadi sudah mengurus biaya administrasi. Aisyah masih berharap teman – temannya akan datang untuk menemuinya.
“Hallo Bella. Kamu dimana? Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang ke rumah.”
“Ya Aisyah, syukurlah. Aku lagi ada acara keluarga. Maaf ya. Aku sibuk Aisyah. Udah dulu. Byee”
Telpon dimatikan. Aisyah coba menghubungi Ranti.
“Hallo Ranti. Kamu dimana?”
“Hallo juga Aisyah. Aku lagi di luar nih. Maaf aku sibuk. Nanti aja telponnya.”
“Ranti, Ranti”. HP sudah dimatikan Ranti. Aisyah tak mau putus asa. Dia coba menghubungi Kasih.
“Halo Kasih. Kami kesini kan?”
“Kemana Aisyah?”
“Aku hari ini sudah boleh pulang.”
“Aduh maaf Aisyah, aku ada tugas sekolah. Maaf ya?”
“Ya nggak apa - apa kok.”
“Udah dulu ya. Aku mau bikin tugas dulu.”
Aisyah begitu kecewa dengan teman - temannya. Aisyah tak habis pikir kenapa temannya seperti itu? Ruangan ini terasa sempit baginya. Aisyah sangat kecewa. Aisyah kini tahu siapa yang sebenarnya teman. Aisyah telah menyadari kekeliruannya. Ternyata dia telah salah memilih teman. Mereka ada pada saat senang. Ketika dia berduka tak satupun yang ada di sampingnya. Sangat jauh berbeda dengan Siti. Siti tak pernah dendam dan marah padanya. Walaupun dia telah berulang kali menyakitinya.
“Aisyah ayo kita pulang!. Papamu sudah menunggu di dalam mobil”. Suara Bunda menyadarkan Aisyah.
“Ya Bunda”. Jawab Aisyah pelan. Aisyah segera mengikuti Bunda. Setelah melewati beberapa ruangan akhirnya Aisyah sampai di pintu keluar rumah sakit. Papa telah menunggu dalam mobil. Aisyah dan Bunda segera masuk mobil. Mobil melaju menyusuri jalanan kota. Aisyah hanya diam. Bunda tak mau mengganggu Aisyah. Mungkin Aisyah masih trauma dengan kejadian yang dialaminya. Mobil akhirnya sampai di rumah. Mang Anto segera membukakan pintu dan mengambil barang dalam bagasi mobil. Aisyah berdiri sejenak. Melihat sekeliling. Aisyah merasa ada sesuatu yang telah dia lupakan. Aisyah pun melangkah kaki. Bunda menuntut Aisyah dan membaringkan dalam kamar supaya Aisyah bisa istirahat.
“Assalamu'alaikum,” panggil dari luar.
“Waalaikumsalam” jawab Bunda. Pintu dibuka.
“Siti? Ahmad? Masuk”.
“Ya Bunda. Aisyah ada Bun?”
“Ada Siti. Mari ikut Bunda ke kamarnya”. Mereka mengikutinya. “Aisyah, Aisyah”. Panggil Bunda. “Ini ada Siti dan Ahmad. Mereka mau bertemu dengan mu?”
“Masuk saja Bun. Pintu tak dikunci”.
“Hai Aisyah? Bagaimana keadaanmu?” Sapa Siti.
“Aku sudah mulai membaikan. Mungkin Senin depan aku sudah mulai sekolah.”
“Alhamdulillah. Aku senang mendengarnya”.
“Aisyah, kami mohon maaf tidak bisa menjemput kepulanganmu.”
“Tidak apa - apa Kak Ahmad. Kemarin sudah Kakak katakan. Aisyah paham kok.”
“Teman - temanmu mana Aisyah? Kenapa mereka tak menjemput kepulanganmu?”
“Tadi sudah Aisyah hubungi Kak, tapi mereka tak bisa. Mereka sibuk Kak.”
“Sabar ya Aisyah. Mungkin benar yang dikatakan mereka. Mudah – mudahan besok mereka kesini.”
“Mudah – mudahanlah Kak.” Jawab Aisyah pelan.
“Aisyah, kamu jangan sedih. Kami selalu ada kapanpun.”
“ Untuk kesekian kalinya Aisyah ucapkan banyak terima kasih”
“Aisyah ini ada buah-buahan untukmu. Makan ya?” Kata Siti.
“Terima kasih Siti. Terima kasih kak Ahmad. Aisyah jadi nggak enak seperti ini.”
“Tidak apa - apa. Kalau begitu kami permisi dulu Aisyah. Maaf kalau kami mengganggu istirahat siangmu.”
“Tidak ada yang mengganggu kok. Aisyah senang kalian kesini. Aisyah bosan cuma dalam kamar. Siti dan Kak Ahmad sering - sering kesini ya?”
“Insya Allah. Ya sudah, Kakak dan Siti pamit dulu Aisyah. Assalamu'alaikum”
“Waalaikumsalam” jawab Aisyah.
Untuk kesekian kalinya Aisyah merasa bahagia dan sedih dengan kehadiran Siti dan Kak Ahmad. Bahagia karena mereka selalu ada disaat dia butuh teman. Sedih karena dia telah jahat dan salah menilai Siti. Matahari telah kembali ke peraduannya. Cahayanya yang ke kuningan- kuningan menyilaukan mata. Aisyah merasa bersyukur bisa melihatnya.
Aisyah beranjak ke jendela. Memandang Siti dan Kak Ahmad yang jalan beriringan. Ada rasa bahagia menghampiri dadanya. Aisyah begitu bersyukur dapat dipertemukan dua malaikat berwujud manusia seperti mereka. Perlahan motor Ahmad meninggalkan rumahnya. Jauh dan semakin jauh. Hingga menghilang dibelokan ujung sana.
Aisyah memandang sekeliling dan mencoba menghirup udara yang mulai memanas. Suasana rumah yang begitu hijau sejenak dapat menghilangkan kebosannnya. Suara mobil di jalanan sana tak begitu mengganggu istirahatnya. Menjelang malam Aisyah hanya duduk menikmati matahari yang kembali pulang.
* * *
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pak..salam
Salam balik buk
Keren pak.Salam sehat selalu. Terimakasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id.
Sama2 mas.. terima kasih balik dari saya
Mantap cerpen anaknya, Pak.
Luar biasa,lanjut pak ditunggu ya
Oke buk.....Terima kasih atas kunjungan nya
Lanjut makin mantap
Makasih buk
Keren, teman sejati memang susah di temukan
Makasih buk
Teman baik susah didapat. Bagus ceritanya.
Benar buk.. makasih buk
Lanjutkan
Siap buk