HIJAB AISYAH (CERBUNG) PART 12
Penyesalan Aisyah
Aisyah seperti terbangun dari tidur. Perlahan dia membuka mata. Tidak ada orang lain lagi di kamar perawatan berdinding putih bersih beraroma khas obat - obatan ini. Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka. Bunda dan Papa tersenyum melihat Aisyah dan bergegas masuk. Mereka begitu senang. Hanya ada mereka berdua. Teman – temannya tak ada satu pun disana.
“Alhamdulilah akhirnya kamu sadar juga Aisyah.” sambil Bunda menangis.
“Bunda? Aisyah dimana?”
“Kamu di rumah sakit anakku. Sudah tiga hari kamu tak sadarkan diri.”
“Tiga hari Bun? Memangnya Aisyah kenapa?”
“Kamu kecelakaan. Untung ada temanmu melihat kejadian tersebut dan membawa ke rumah sakit ini. Kalau seandainya tak ada dia. Mungkin kamu tidak bisa tertolong.”
“Teman? Teman yang mana Bunda?”
“Nanti kamu akan tahu juga. Sekarang kamu istirahat dulu. Kalau kamu perlu sesuatu Bunda dan Papa ada diluar. Istirahat ya?”
Aisyah kembali beristirahat. Namun dia masih bertanya siapakah orang tersebut. Namun dia tak bisa berfikir lebih. Kesehatannya belum pulih. Di luar sana Bundanya mengucapkan syukur. Aisyah telah dapat melewati masa kritisnya.
Sudah dua hari semenjak Aisyah sadar. Kesehatannya mulai membaik. Bunda rencananya mau membawa Aisyah ke rumah. Supaya di rumah kesehatan Aisyah lebih cepat kembali.
“Aisyah? Hari ini temanmu mau kesini. Dia mau melihat kondisi mu”.
“Teman – temannya Aisyah ya Bun?
“Iya, yang membantu membawa mu kesini.”
“Jadi bukan Bella, Ranti atau Kasih Bun?”
“Bukan. Nanti kamu akan tahu.”
Tiba - tiba pintu di ketuk.
“Assalamu'alaikum”, terdengar suara dari luar.
“Waalaikumsalam,” Bunda menjawab.
Muncul seorang gadis berjilbab putih dengan temannya.
“Siti? Kak Ahmad?” Aisyah sangat terkejut. Dan tentunya tak menduga sama sekali.
“Kamu sudah sadar Aisyah? Tanya Siti.
Aisyah hanya diam dan tak mampu berkata kata.
“Aisyah? Aisyah?” Panggil Siti.
Air mata Aisyah jatuh berderai. Aisyah terus menagis. Tak satu katapun terucap dari mulut nya. Aisyah tak menduga kalau Sitilah orang itu. Padahal selama ini dia sangat benci kepada Siti.
“Aisyah kenapa kamu menangis? Aku sangat senang kamu sudah sadar. Bunda memberitahu kepada ku kalau kamu sudah siuman. Sebenarnya aku dan kak Ahmad mau kesini waktu Bunda menelpon. Namun karena banyak tugas sekolah, aku batalkan.”
“Benar Aisyah”. Jawab Ahmad
“Bunda? Bella, Ranti dan Kasih mana? Kenapa mereka tak pernah muncul?”
“Semenjak kamu masuk ke rumah sakit mereka tak pernah menjengukmu. Siti dan Ahmad lah yang selalu kesini. Bahkan Siti selama kamu tak sadarkan diri, dia selalu di sampingmu. Membacakan ayat Suci Al Qur'an. Bunda sangat senang kamu memiliki teman seperti Siti.”
“Siti”, panggil Aisyah dengan deraian air mata. “Aku sangat menyesal telah jahat padamu. Aku mohon maaf atas segala kesalahan yang ku perbuatan. Kak Ahmad maafkan Aisyah. Karena Aisyahlah penyebab pertemanan Kakak jadi rusak. Aisyah sangat menyesal Kak. Aisyah telah banyak melakukan dosa kepada kalian bedua.”
“Aisyah? Semua manusia pasti melakukan kesalahan. Alhamdulillah kalau kamu sudah menyadarinya. Aku tak pernah dendam padamu Aisyah. Karena aku tahu kamu itu anak baik.” Jawab Siti.
“Benar itu Aisyah. Tidak ada kata terlambat untuk kebaikan. Kami selalu ada untukmu.”
“Terima kasih Kak Ahmad. Terima kasih Siti. Mulai saat ini Aisyah janji tak akan jahat lagi pada kalian berdua. Aisyah harap kalian mau menjadi sahabat Aisyah.”
“Insya Allah Aisyah. Kata Bunda kamu besok mau pulang ya? Mungkin kami tak bisa menemanimu. Aku do'a kan semoga kamu selamat sampai di rumah.”
“Terima kasih Siti. Kamu sungguh baik.”
“Aisyah, Bunda. Aku dan kak Ahmad permisi mau pulang. Sudah sore. Takut bapak dan ibu khawatir di rumah.”
“Ya silahkan nak. Terima kasih banyak atas kedatangannya?”
“Sama-sama Bun.”
“Aisyah kami pamit. Assalamu'alaikum.”
Siti dan Ahmad menghilang di balik pintu. Asiyah masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Betapa dia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Coba kalau Siti membalas kejahatanya selama ini pasti dia tidak akan merasakan indahnya dunia. Aisyah telah banyak melakukan kesalahan. Teman – teman yang selama ini dibangga – banggakannya entah kemana menghilangnya. Jangankan untuk menjenguknya, bertanya kabar pun mereka tak ada.
Aisyah bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah. Aisyah berharap semoga jalannya semakin baik. Asiyah kembali beristirahat. Badannya masih terasa sakit dan kaku untuk digerakan. Bekas luka di kaki dan tangannya masih meninggalkan perih. Pelan – pelan Aisyah menutup matanya sembari mengucapkan syukur.
* * *
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hebat, penuh karakter
Makasih bukSelalu ngikutin dan komentar
Keren mantap, barakallah
Syukron pak
Keren ceritanya pak
Makasih bukKlw ketinggalan cerita sebelumnya noleh di lihat buk