pak Yoko

pak yoko nama aslinya Suyoko, guru IPA di MTSN 8 Tulungagung Jawa Timur. pernah belajar di FMIPA IKIP Malang Dan S2 di UMM. dikaruniai seorang istri dan 2...

Selengkapnya
Navigasi Web
Keripik itu menjadi Keramik

Keripik itu menjadi Keramik

KERIPIK ITU MENJADI KERAMIK

“Berjalan cepat dalam waktu 30 menit setiap hari dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan badan”, begitu kata dokter. Olah raga model inilah yang saya lakukan bersama istri di setiap pagi. Kebiasan jalan-jalan menjadi rutinitas yang kami lakukan sesaat setelah jamaah subuh usai. Rute favorit adalah jalan melingkar di kampung kami, yang sebagian besar merupakan jalan rabat beton. Jalan-jalan dipagi hari menyusuri jalan kampung bukan hanya merupakan sekedar olah raga, tetapi ternyata dapat digunakan sebagai sarana silaturohmi. Di sepanjang jalan yang kami lalui itu, kita dapat saling bertegur sapa mana kala berjumpa dengan saudara atau tetangga. Kebiasaan menyapa, bercanda, dan saling berbagi berita menjadi ”menu gratis” yang tidak bisa kita peroleh melalui siaran radio atau televisi bahkan media sosial sekalipun.

Demikian pula yang kami alami di pagi ini. Dalam waktu lima belas menit perjalan dari rumah, kami sudah menempuh jarak sekitar 1250 meter, artinya sudah sekian puluh rumah kami lalui. Tidak hanya itu, kami juga sudah bertegur sapa dengan sekian banyak saudara dan tetangga. Tidak seperti biasanya, pagi ini kami bukan sekedar bertegur sapa tetapi sempat singgah di rumah saudara. Meski bukan atas dasar keturunan darah, tetapi kami menyebut warga kampung ini sebagai saudara.

Begitu melihat kami berdua melewati depan rumahnya, perempuan paroh baya ini segera menyapa sambil melambaikan tangannya, “Ji,.., ji,…mampiro. Penting setitik mampiro sek”. Mendengar tawaran saudara perempuan ini, saya dan istri tak kuasa menolaknya. Kami pun mampir di rumahnya. “Njanur gunung de, enek apa”, kata saya sambal berjalan di halaman rumahnya. “sarapane wes mateng pa piye, kok ngampirne barang”, kelakar saya sesampai di teras rumahnya. Saudara saya ini usianya 10 tahun lebih tua dari saya, jangan bayangkan dia sebagai seorang janda. Dia bukan seorang janda, sehingga anda harus segera membuang pikiran dan bayangan anda, karena tulisan saya ini tidak menceritakan kisah inspiratif dari seorang janda. Dia masih punya seorang suami, juga punya dua orang anak, dan bahkan sudah punya seorng cucu. Kami terbiasa memanggilnya dengan sebutan mbokde Tik.

Pekerjaan sehari-hari mbokde Tik adalah membantu suaminya memelihara ayam petelur, dan mempunyai hobi unik membikin keripik. Untuk ukuran warga di kampung kami, mbokde Tik ini merupakan orang yang berkecukupan. Secara ekonomi tergolong cukup, rumah juga sudah cukup, bahkan sudah mempunyai sebuah kendaraan roda empat meskipun bukan jenis kendaraan mewah. Orangnya memang tidak mau diam, artinya meskipun sudah berkecukupan secara ekonomi tetapi dia tetap saja melakukan pekerjaan-pekerjaan sambilan disamping pekerjaan utamanya beternak ayam. Itulah yang dilakukan mbokde Tik, yaitu menanam singkong, ubi jalar, dan pisang di pekarangan belakang rumahnya. Waktu-waktu senggang bahkan waktu istirahatnya dia gunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan keripik, merebus, menanak, menggoreng, membungkus, dan menjualnya. Berawal dari tanaman di pekarangan inilah dihasilkannya keripik singkong, keripik ubi, dan keripik pisang. Keripik buatannya ini kemudian dijual di toko-toko milik tetangga dan ada sebagaian dititipkan kepada pedagang sayuran, yang kami menyebutnya dengan nama “bakul etheg” itu. Dari hobi membuat keripik inilah ternyata mbokde Tik dapat menyisihkan uangnya sampai beberapa juta rupiah dalam setahun.

ngene lho Ji,..” mbokde Tik membuka percakapannya dengan intonasi agak serius. “iki aku duwe simpenan duwit setitik, iki duwit khusus teko lekku dodolan keripik kui lho Ji, arep taktitipne awakmu. Tulung tukokno keramik. Jarene pak RT masjidte butuh keramik?” (ini saya punya uang sedikit, khusus uang hasil jualan keripik, akan saya titipkan kepadamu, tolong belikan keramik. Kata pak RT masjidnya membutuhkan keramik). Bak terguyur air pegunungan yang dingin, begitu segar terasa di hati mendengar ucapan mbok Tik. Sebagai salah satu panitia pembangunan masjid di kampung saya, sudah cukup lama sebenarnya, mengharap ada orang yang berjariah untuk membeli keramik. Dan ternyata pagi ini saya dengar sendiri ucapan mbokde Tik ini, dan tak terasa mulut mengucap,” Alhamdulillah…terima kasih De…terima kasih” berikutnya doapun mengalir dari ungkapan hati yang terdalam,”baiklah De, semoga jariyahmu diterima oleh Alloh SWT, bermanfaat dunia dan akhirat, Jazakumulloh khoiron khatsyiiron”. Mendengar doa saya ini, mbokde Tik mengamininya, “aamiin Ji,..aamiin”. Lantas dia merogoh kantong bajunya, untuk mengambil uang jariyahnya. Sesaat kemudian mbokde Tik menyerahkan uang itu kepada saya sambil berkelakar,” iki tampanen duwit keripik ben iso dadi keramik..” (terimalah uang hasil penjualan keripik ini, biar dapat menjadi keramik).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen, sangat inspiratif, Pak. Sukses selalu. Salam literasi

24 Oct
Balas

Barokallaaah. Alhamdulillaah, ikut senang ada yang perhatian dengan pembangunan masjid. Hasil penjualan kripik, lumayan lama pastinya mengumpulkannya. Setahun , semoga menjadi amal jariyah yg penuh manfaat. Salam kenal bapak.

24 Oct
Balas

Barokallaaah. Alhamdulillaah, ikut senang ada yang perhatian dengan pembangunan masjid. Hasil penjualan kripik, lumayan lama pastinya mengumpulkannya. Setahun , semoga menjadi amal jariyah yg penuh manfaat. Salam kenal bapak.

24 Oct
Balas

Ijin follow ya pak, dengan senang hati jika follow balik.

24 Oct
Balas

Sangat menginspirasi. Perbuatan baik yg layak dicontoh. Mantap tulisannya Pak. Sukses selalu

24 Oct
Balas

Luar biasa. Sosok mbokde Tik tidak banyak jumlahnya. Ada nilai yg bisa kita warisi. Selamat.

24 Oct
Balas

Masya Allah, inspiratif sekali, Pak.

24 Oct
Balas

Keren Pak..Luar biasa..Sukses selalu

24 Oct
Balas



search

New Post