Sudahlah
/1/
Titian semakin abu-abu
Merengut sukma dalam garis pilu
Deretan hari melukis belenggu
/2/
Rinai deras tumpah sisakan sembab
Semua musnah tanpa sebab
Ditimbun aneka prasangka
Yang hadir di detik terakir rasa
/3/
Bahagia itu hanya menu pembuka
Terhidang saat rasa menggila
Dan
Ketika santap tak berasa
Ya, sudahlah lupakan saja
Waktulah penawar luka
Kota Resik, 080420 #Izhatunnajah_721017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Suka
Mantap bu puisinya, diksinya keren, Barakallahu
Saat luka mulai menggila, saat kebersamaan hanya menorehkan luka, lebih baik sudahi saja. Biarlah waktu yang akan menyembuhkannya. Puisi Teh Yis makin keren!
Mbuq GurunyaJazakillahu khairan katsiran apresiasinya MbuqSukses selalu buat cerbung yang ngangeninBarokallohu
Keren diksinya....sudahlah ...biarlah waktu yang menyembuhkan
Wooow indah sekali Bunda... Semua yang di grup ini keren banget...jadi Marem deh bacanya... terima kasih sudah berbagi ilmu...salam semangat
Puisi yang menarik dengan diksi yg menarik juga.Hidup memang menyajikan banyak rasa. Kalau mau hidup tenang banyak berserah diri kpd Allah.Tapi kalau byk maunya, yg susah ya diri sendiri
Masya Allah menyimak puisi para duhu, sungguh diksi tingkat dewanya memukau. Barokallah
Biarlah waktu sebagai penawar luka... Ya benar. Hanya waktu yang bisa melakukannya... Keren banget Bu
Duh duh duh... "Sudahah" sudah menjadi kenangan sebagai pelajaran
Afwan Pak UstadzIbrohnya yang mahalJazakallohu khairan katsiran apresiasinya
Semoga bahagia tak sekadar menu pembuka
Mantap Bu.
Mantap Bu. Saya suka puisinya.
Puisi yang indah Bu. Hidup memang tidak selalu indah, kita harus siapkan diri dalam suka & duka ya Bu, agar tidak menzalimi diri sendiri. Salut, Baarakallaahu Bu.
Woow amazing puisinya bucanku, pingin bisa bikin yang begini, air mata jadi rinai,,,maniis diksinya
Hanya kebetulan saja BucanqMasih harus banyak belajarJazakillahu khairan katsiran apresiasinya BuncanqBarokallohu