SEBAPAK
#Tantangan Gurusiana
#Hari ke 17
Bagian XII
Di tempat yang berbeda, Andi masih galau dengan segudang tanya di kepala, “apakabar dengan Lia?” sudahkah Lia membaca suratnya? Dan semoga Lia pun memiliki perasaan yang sama seperti yang iya rasakan dan semoga jawaban yang akan diterimanya adalah jawaban yang benar-benar ia harapkan.
#####
Pagi sesampainya di sekolah, tanpa meletakan tas terlebih dahulu Andi langsung ke taman tempat dia biasa berkumpul. Namun ada yang beda, Andi belum melihat Lia setelah lebih dari 15 menit bercengkrama dengan Dodi dan Mita, Lia belum juga hadir di tengah-tengah mereka. Waktu terasa berjalan agak lambat baginya.
Kurang dari 5 menit lagi bel sekolah berbunyi. Lia yang ia harapkan belum juga datang. “Duuuh di mana kamu Li, kenapa lama sekali...!” jeritnya tak terdengar.
Pemilik mata elang itu awas melihat ke gerbang. Ketar ketir rasa hatinya. Sosok yang ditunggu belum tampak. Mita seolah mengerti kegelisahan sahabatnya.
“Udaaah tenang Ndi bentar lagi Lia pasti datang!”
“Kenapa lama ya, ngak biasanyakan Lia kek gini?” akhirnya ia mencoba untuk bertanya juga.
“Yaaaa gapapa laaa, sesekali datang terlambat. Kali angkotnya bermasalah. Bisa jadikan?”
“Mungkin!”
“Kangen ya?” Mita menaikan alisnya pada Andi.
“Pastilaaa...!” jawab Dodi menyenggol bahu Andi agak kuat hingga Andi kedorong hampir jatuh
“Teeng neng...neng....sekarang saatnya masuk kelas. Jam pelajararn akan segera dimulai. Teng... neng...neng...” bersamaan dengan bel sekolahnya yang baru berbunyi, Lia datang. Meski agak sedikit kecewa karena tidak bisa duduk bersama di taman, setidaknya ia lega. Andi sengaja memperlambat langkahnya supaya nanti bisa berpapasan dengan Lia.
Agak menunduk dengan langkah tergesa-gesa Lia berjalan menuju kelas. Ia tidak sadar, bahwa berjalan seperti itu dapat saja mebuatnya dalam beberapa hitungan menit akan menambrak tiang.
Andi yang memang memperhatikan kedatangan Lia melihat hal itu. dengan sigap Andi mempercepat langkanhya untuk dapat berdiri di depan tiang. Tujuannya tak lain biar Lia tidak kepentok tiang.
Andi menghitung dalam hatinya : “satu...dua...tiga dan ups...!” Lia kaget setengah mati. waktu ia mengangakat wajah, rasa terkejutnya kian bertambah. Andi sudah berada di depannya. Ia agak gelagapan
“Eh...Ndi...ma..maaf. Akunya buru-buru. Jadi ga ngeliat di depan ada kamu ...!”
“Ga apa-apa. Tadinya kamu hampir saja menabrak tiang, tapi buru-buru aku halangin...!”
Mendengar penjelasan Andi, Lia makin salah tingkah. Sementara Andi tersenyum padanya. Tatapannnya juga sama dengan hari kemarin. Degup dan nafasnya makin memburu.
“Udah gi, masuk ke kelas. Tapi nanti kita sepulang sekolah bicara ya?” pinta Andi padanya.
Lia melemparkan senyum pada Andi dan mengangguk pelan.
“Benar?” Andi mengacungkan kelingking nya pada Lia. Agak ragu Lia membalas. Tapi melihat mata dan senyum serta kesungguhan di wajah Andi, Lia akhirnya untuk beberapa detik jari kelingking mereka bertaut.
*****
bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar