SEBAPAK
#Tantangan Gurusiana
#Hari ke 21
Bagian XIV
Lia tetap belum memberitahu, bahwa alasan untuk tidak menjawab pertanyaan Andi adalah keluarganya.
“Iya Li, aku mengerti sekarang. Mungkin benar bahwa cinta itu menyangkut rasa. Rasa mana mungkin dipaksa. Bagiku kamu sudah tahu dengan rasaku, itu sudah cukup. Soal nanti akan diterima atau tidak, aku harus belajar untuk menerimanya. Tepukku mungkin belum berbalas olehmu. Aku akan tetap sayang padamu dan akan tetap menjadi sahabatmu seperti biasanya” jawab Andi lesu
Dada Lia terasa bergemuruh. Ada rasa bersalah di hatinya untuk Andi. Ingi sekali ia mengatakan pada Andi bahwa perasaannya sama. Tapi...
“Terimakasih Ndi...” air mata Lia jatuh
“Kamu menangis Li?”
Pertahan Lia untuk tidak meneteskan air matanya akhirnya bobol juga. Cepat-cepat ia menyeka air matanya.
“Apa ada yang salah dengan ucapanku?”
“Iya ...”
Lia membalikan badannya dari Andi dan berlari menjauhinya. Andi jelas merasa bingung dengan ucapan Lia. Andi mengejar Lia dan dengan cepat ia sudah berhasil berada di hadapan Lia dengan mimik muka khawatir.
“Kasih tahu Li, salahnya di mana biar aku ralat”
Melihat wajah Andi seperti itu Lia jelas merasa bersalah. Tapi ia ingin Andi, tidak melupakan peristiwa di pantai ini dengannya begitu saja. Ia ingin Andi mengingatnya kelak.
“Iiiih...itu saja ngak tahu di mana salahnya!”
“Iya...aku benar-benar tidak tahu salahnya di mana? Tolong dikasih tahu. Jangan tiba tiba menjauhi aku, lalu pas ditanya kamunya begitu?”
“Begitu gimana?”
“Yaa...begituuu?” ujar Andi dengan kening yang berkerut.
“Mau tahu?” Lia meninggikan suaranya pada Andi. Andi tambah bingung. Ini perempuan tadi nangis, muka sendu tapi kok sekarang balik memarahinya.
“Jawab...?”
Andi tambah tidak mengerti. Kenapa Lia berkacak pinggang padanya. Ia lihat disekelilingnya, bulu kuduknya kok jadi merinding.
Ia teringat cerita orang bahwa di tempat ia berada itu, ada jin penunggunya. Di tempat ini ada orang yang tiba-tiba saja kesurupan lantaran hanyut dengan suasana hati dan tidak bisa mengendalikan diri. “Tuhan jangan sampai...” pintanya dalam hati.
“Apaaa Lia kemasukan?” begitu pikirannya.
Di pegangnya dahi Lia dengan lembut dan penuh dengan kehati-hatian.
“Awas...jangan pegang-pegang” Lia mengibaskan tangannya pada Andi.
“Mau tahu tidak kenapa aku menangis?”
Lia tidak hanya meninggikan suaranya tetapi juga melototkan matanya pada Andi. Meski muka Lia sedikit seram, sebenarnya harus diakui juga oleh Andi Lia tetap cantik. Tapi bagaiman ia bisa menikmati wajah Lia bila rasa khawatir telah merajainya pula. Ia sungguh panik.
Andi malah tak bisa membayangkan apa yang harus ia lakukan pada Lia kalau perempuan yang benar-benar ia sayangi ini kesurupan. Minta tolong? Aduuuuh betapa malunya ia. Apa kata orang nanti padanya juga pada Lia.
Mulut Andi komat kamit melafazkan doa-doa yang bisa mengusir jin.
“Itu ngapain mulutnya begitu. Jawab mau enggak di kasih tahu kenapa aku nangis?”
Andi gugup untuk menjawabnya. “Ma..mau...iiiya...katakan kenapa...”
“Itu karena kamu!”
“Karena aku? A..akukan ga ada bilang apa-apa tadi!” Andi mencoba membela dirinya
“Iiiih...tadikan kamu bilang..kamu sayang aku?” Lia jadi malu dan kabur ke tempat mereka duduk semula. Andi terpana, lalu mengikuti Lia.
Setelah berhasil duduk di samping Lia, Andi mengungkapkan kekhawatirannya pada Lia. Ia pikir Lia kesurupan. Tapi ternyata tidak. Alhamdulillah.
Lia terlihat tertawa mendengar pengakuan Andi.
“Ada-ada saja. Bilang aku kesurupan. Pulang yuuuk” ajak Lia pada Andi.
Andi terdiam sambil memandangi muka Lia yang sudah kembali cerah. Ia ingin wajah itu tetap seperti itu. Ia tidak ingin Lianya sedih.
“Ayok...!” kata Andi sambil mengulurkan tangannya pada Lia. Lia tidak membalasnya meski hatinya ingin. Ia hanya tersenyum lalu beranjak pergi. Andi mengikuti langkah Lia setelah sebelumnya membayar minuman.
Disepanjang perjalanan pulang mereka banyak diam seribu bahasa. Mereka hanyut dengan perasaan masing-masing hingga motor mereka terpakir di sebuah rumah bercat putih.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Perempuan dengan segala fenomenanya. Sulit ditebak susah diterka. Lanjuuut buu,kutunggu yaa
Iya buk, smga saya bisa menuliskan ceritanya dengan baik. Terimakasih ibu Gismawarni
Saluut ..bikin penasaran lanjutannya
Trmks Bu Rahmawati
itu bukan kesurupanlah.hanya menggoda aja..tapi membuat Lia jd dingin hatinya? waah marah maksudnya he..he..
Hahaha...pak Eko Adri senang telah dikunjungi oleh BPK karena sya liat bapak termasuk guru populer di gurusiana. Trmksh pak
Mantap bu
Terimakasih Bu zurliati
Keren ibu
Terimakasih Ibu Sri Kartini,