#Tagur

#Hari ke 35

Tiada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan tidak dapat dihentikan. Ia akan ada selama manusia dan masyarakatnya ada. perubahan tidak hanya meliputi satu aspek kehidupan saja semisal aspek materil (kebendaan) tetapi juga menyangkut aspek immateril (seperti spirit) tetapi keduanya saling berhubungan (Soerjono Soekonto). Maka dari itu, diharapkan masing-masing lembaga sosial setelah hampir tiga bulan aktifitas manusia dimulai dari WFH bisa saling mengisi sesuai dengan status dan perannya masing-masing.

Memang tidak dipungkiri bahwa rasa bosan mulai menjakiti anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Apalagi di hari yang Fitri mereka ingin mengunjungi sahabat, sanak, kolega bahkan ingin berliburanpun jadi tak bisa. Langkah seakan terasa terpasung oleh sebuah kebijakan yang Insyallah diyakini dapat memutus mata rantai wabah yang bernama corona. Disituasi wabah ini hampir semua kalangan juga sepakat sebagai situasi yang tidak mengenakan. Maka tak heran bila harapan supaya badai covid segera berlalu, senantiasa di tuangkan oleh banyak orang dalam setiap doa-doanya. Hal ini mengingatkan saya akan sebait lagu Iwan Fals yang berjudul “Doa dalam Sunyi”

...

Selamat jalan saudaraku

Pergilah bersama nasibmu

Pertemuan dan perpisahan

Dimana awal akhirnya

Dimana bedanya?

Dimana bedanya

Doa-doa terdengar dalam sunyi.

Doa-doa terdengar dalam sepi...

...

Kita tentu berharap bahwa musibah ini akan segera hengkang dan berganti menjadi sesuatu yang lebih baik. Optimisme itu akan terus digelorakan biar gairah untuk menatap hari depan yang lebih baik tetap tertanam kuat dalam sanubari. Bukankah Allah telah mengatakan dalam Alquran?

“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada setiap kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al. Anfal:53)

Dalam surat lain Allah juga tegaskan bahwa: “...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka sendiri.“(QS. Ar.Ro’du:11)

“Bila kita tidak bisa mengubah situasi, kita ditantang untuk mengubah diri kita sendiri” Memang penyakit ini telah mewabah dan sulit mungkin rasanya untuk bisa kembali ke kondisi normal seperti sediakala. Tapi setidaknya kita tidak berhenti untuk terus berharap dan kita dapat mengubah pada skala mikro yang dimulai dari diri sendiri, lalu keluarga dan lingkungan sekitar. Bila masing-masing dari kita saja berfikir seperti kata bijak di atas maka perubahan ke arah yang lebih baik tentu akan nyata adanya. Insyallah

Bagaimana cara merubah diri sendiri itu?

Tidak sulit! Kita ikuti saja apa yang telah disampaikan oleh KH Abdullah Gymnastiar yang terkenal dengan jargonnya 3M. Mulai dari diri sendiri, mulai dari hari ini dan mulai dari hal-hal yang kecil. Tidak tidak bisa menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik sebelum kita sendiri yang melakukannya. Tidak mempan rasanya bila si ayah atau si ibu menyuruh cuci tangan tanpa ia yang melakukan terlebih dahulu. Mencuci tangan juga bukanlah sesuatu yang berat. Lalu kenapa tidak dibiasakan dari sekarang dan kenapa harus menundanya?

Mari berpraktek!