#Tagur, Hari ke 46

"Eh tahu ga Yu, ngeliat chatan anak ke kita,  rasa  hati gimanaaa gitu!" Mam Salma membuka percakapan.

Ayu: "Maksudnya apa mam?"

Mam Salma: "Kadang mereka ngirim jawaban di WA main foto aja tampa ada kata pembuka!"

Ayu: "Oh iyaaa Mam" Ayu tampak bersemangat bercerita tentang gaya siswa dalam menchat.

Ayu: "Kadangkan Mam, main slonong boy aja. G ada permisinya. Itu tugasnya ya Miss. Dah gitu aja. Pake salam kek, kan enak kita bacanya!"

"Aku kalo gitu tak kubalas!" Bu Lia guru bahasa Indonesia menimpalin pembicaraan.

Mam Salma: "Tapikan kalau anak IPS 1, IPA 1 pokoknya yang ada angka satunya benar-benar salut. Mereka baca salam, ucap terimakasih. Ucapan syukur. Senang hati"

Ayu: "Namanya angka satu mam. Pasti rerata baiklah mereka!"

Mam Salma: "Pengenlah aku nanti jadi wali kelas mereka" muka Mam Salma penuh harap

Bu Nani: "Is...is...is...mana boleh gitu. Terima aja mam nanti mau jadi walas berapanya. Kan itu wewenang pimpinan"

Mam Salma: "Sekarang kita boleh minta lho"

Bu Ayu: "Emang boleh? Kalau gitu Ayu juga maulah"

Bu Nani: "Yeeei kalo gitu kit juga mau, ya kan Kak?" Bu Nani minta pendapat Bu Mega

Bu Mega: "Minta sih boleh aja. Keputusan tetap ada pada pimpinan lhooo. Lagian guru itu mana boleh kayak gitu. Maunya yang enak. Kalo siswa maunya yang baik-baik"

Mam Salma:"Iiii...ibuk ini, namanya juga harapan. Ya Kitakan maunya yang baik. Emang salah?"

Mereka tertawa dan cerita timpal menimpal.  Di kantor itu terdiri dari Miss Putri guru fisika, Bu Mega guru ekonomi dan Bu Nani  guru PKN. Meskipun bidang studi yang diajar berbeda, tapi untuk soal rasa dan harapan  tampaknya mereka  sama. 

Gemeinschaft of mind!