Yesi Saputri, SST, M.Pd.E

Anak ke 4 dr 9 bersaudara. Lahir di ranah Minang. Menyelesaikan SMK dan menjadi pegawai honorer di SMPN. Mendapat kesempatan melanjutkan kuliah dengan jenjang D...

Selengkapnya
Navigasi Web

UN Perlukah?

UN Perlukah?

Kembali viral tentang UN, tak sedikit yang menyetujui UN itu ditiadakan dengan alasan nggak ada efeknya dan ada juga dengan alasan biaya yang terlalu besar, proyek yang besar.

Hmm.. diriku bergumam kalo UN itu tidak bisa d hapuskan, malah diriku lebih setuju kontribusi UN tetap ada utk kelulusan siswa, mungkin dengan rasio 30:70 yaitu 30% dari UN dan 70% Nilai Sekolah. Pada proses awal pembagian sebelum d hapuskan begitu terasa persaingan antar sekolah ttg kelulusan siswanya dan adanya terindikasi nilai sekolah tersebut yang putih, abu-abu dan hitam (lupa juga istilahnya). Dalam hal ini ada sekolah yg terindikasi mengangkat nilai sekolah siswa terlalu tinggi, sehingga begiti jauh perbedaan dengan nilai UN nya. Pada tahun itu sekolah di tempat saya mengajar malah nggak ada kepikiran utk melakukan kecurangan seperti itu, malah nilai UN siswa tidak sedikit yg malah lebih tinggi nilai UN dari nilai sekolahnya.

Dihilangkan UN ini memberikan efek yg cukup miris pada karakter siswa, yang malas dalam belajar, sehingga nilai UN pada ijasah pun ada angka 1 koma.

Meskipun di kelas kita begitu menyuruh siswa untuk lebih giat belajar menghadapi UN malah ada siswa yang menjawab "kita akan lulus juga kok", serasa sembilu menyayat hati, begitu perih kata-kata itu.

Menurut saya UN itu perlu untuk standarisaai secara nasional, dengan adanya rencana do ganto dengan pelatihan bakat dan minat menurut saya itu adalah hal yg berbeda. Terobosan baru itu sungguh sesuatu yg luar biasa n di beri apresiasi, tetap saja perlu pengawasan. Pelaksanaan UN perlu pengawasan yg lebih ketat agar dananya bisa diminimalis (sepertinya sudah mulai dengan UNBK). Berkurang biaya percetakan, berkurang biaya pengawasan. Kecurangan dalam UN pun bisa di minimalis.

Kita sebagai guru yg tidak bisa mengarahkan siswa ke UN saja, namun proses yg lebih di utamakan, gmn membentuk karakter siswa yang jauh lebih baik dari dia masuk sekolah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masukan yang bagus, kalo menurut saya UN Standar Nasional, gmn penilaian scr nasional. Tes minat dan bakat suatu yg bagus dan sangat bagus, tentunya standar tes nya juga nasional. Siswa tidak mungkin akan berada d satu wilayah saja, dia akan mengenal karakteristik scr nasional. UN sebagai pengetahuan dan minat bakat sevagai keterampilan. Menurut saya itu lebih baik sejalan. Makasip pak pendapatnya. Salam literasi

19 Mar
Balas

saya setuju nggak ada UN. karena pada dasarnya semua siswa memang unik. diciptakan Tuhan berbeda kemampuan. jika diseragamkan terasa janggal dan memaksakan. sebagai ganti justru tes bakat dan minat. dengan demikian siswa memgelompok pafa bakat dan minat yang serupa sehingga lebih mudah membina dan mengarahkan kepada kemampuan bawaan masing2 siswa. kalo sudah sesuai dengan bakat dan minat belajar sesulit apapun akan tidak terasa, namanya juga sudah minat. sial yang terasa menjadi tantangan

19 Mar
Balas



search

New Post