Hidup menjadi berarti bila punya karya. Karya inilah yang nanti akan menjadi peninggalan kita ketika telah tiada. Menulis buku atau artikel dan tulisan lainnya adalah salah satu cara berkarya.

Alhamdulillah setelah ikut pelatihan sagusabu, terbitlah buku yang bercerita tentang perjalanan wisata keluarga kami ke negara tetangga. Buku tipis dengan jumlah 74 halaman ini, masih jauh dari kategori bagus. Namun, keberanian menulis inilah yang kudapatkan dari mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan kini bisa punya blog tempat mencurahkan ide-ide kecil dan sederhana dalam bentuk aneka tulisan. Ada opini, puisi, cerpen, kolom dan lainnya.

Pelatihan yang cukup singkat dengan 3 kali pertemuan virtual saja, namun telah melahirkan beberapa penulis hebat. Sahabat-sahabat penulis, sesama guru atau pendidik yang luar biasa dalam karya mereka. Ada yang telah membuat dua sampai lima buku.

Bersyukur pernah dipertemukan dengan mereka. Dan alhamdulillah kami masih berteman walau hanya dalam grup whatsaps. Petemanan ini tentu membuat rasa rindu, walau tak pernah bertemu jasad, tapi terasa sudah sangat mengenal mereka.

Dari sebuah rasa walau berbeda tempat, akhirnya malam ini kami jumpa dalam temu kangen alumni Sagusabu PGMI1. Tak banyak yang hadir, namun cukup senang di hati. Sebab akhirnya berjumpa lagi walau masih dalam bentuk virtual.

Tak banyak cerita, namun penuh makna. Bertanya tentang kabar, berdoa untuk almarhumah bunda Yulli Rahmawati, guru kami, yang telah mengajarkan kami bangkit untuk semangat memulis. Bernyanyi, bercanda dan menyapa.

Semoga dengan pertemuan ini, kami tetap menjaga tali silaturahmi. Saling memberikan motivasi dan semangat menulis sampai akhir hayat.

#Tulisan ke-135