FILOSOFI SETETES MADU DAN SEMUT
Setetes Madu Jatuh di atas Tanah
🐜 Datanglah seekor semut kecil, perlahan-lahan dicicipinya madu tersebut.
🐜 Hmmm... manis, lalu dia beranjak hendak pergi.
🐜 Namun rasa manis madu sudah terlanjur memikat hatinya.
Diapun kembali untuk mencicipi lagi, sedikit saja.
Setelah itu dia akan pergi.
🐜 Namun, ternyata dia merasa tidak puas hanya mencicipi madu dari pinggir tetesannya.
🐜 Dia pikir, Kenapa tidak sekalian saja masuk dan menceburkan diri agar bisa menikmati manisnya, lagi dan lagi..
🐜 Maka masuklah sang semut, tepat di tengah tetesan madu..
🐜 Ternyata? Badan mungilnya malah tenggelam penuh madu, kakinya lengket dengan tanah..
🐜 Dan... tentu saja tak dapat bergerak...
Malangnya, dia terus seperti itu hingga akhir hayatnya. Mati dalam kubangan setetes madu...
Demikianlah analogi sederhana tentang dunia dan pecinta dunia, sebagaimana diperumpamakan dalam sebuah pepatah Arab
Hakikat apa-apa dari kenikmatan dunia melainkan bagai setetes daripada madu
Maka siapa yang hanya mencicipinya sedikit, ia akan Selamat...
Namun siapa yang menceburkan diri ke dalamnya, ia akan binasa.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa
Maka tidakkah kamu memahaminya
(QS.Al An'aam :32)
APA YANG HARUS KITA PETIK DARI KISAH DIATAS ...
Dalam kisah setetes madu dan semut mungil diatas kita bisa menarik benang merah bahwa madu adalah analogi dari dunia ini. Dunia bersifat manis dan menggiurkan.
Namun, di sisi lain dia juga mematikan.
Semut adalah ibarat orang yang mencintai dunia, semut meninggalkan tugas yang harus dilakukannya demi kenikmatan dunia.
Tiada penggambaran dunia melainkan bagai tetesan besar madu, siapa yang mencicipinya sedikit, maka selamatlah ia, namun siapa yang menceburkan dirinya ke dalam, maka binasalah ia
Celakalah mereka para pecinta dunia yang terlarut dalam panggung fana dunia
Maka dari itu Sahabat literasiku, jangan menenggelamkan diri pada dunia, karena dunia ini adalah fana dan akan berakhir.
Sedangkan Akhirat adalah kekal.
Maka dari itu Marilah kita menjadi lebih dekat dengan Allah dan memiliki sifat zuhud agar kita mendapat keberuntungan.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah...bisa membaca tulisan sarat hikmah ini. Jazakillah khoir untuk nutrisi penuh gizi bagi rohani. Salam literasi dan salam kenal dari Medan. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Bu.
Alhamdulillah berkah selalu hari2nya ibu... salam kenal saya asli Bukittingi bu
Makjleb banget nasehatnya. Langsung lengket dihati seperti semut dimadu. Sukses buat ibu
Mantap bu. Mudah2an kita termasuk org-org yg slmt dunia akhirat... Aamiin