Navigasi Web
Tengah-tengah Saja

Tengah-tengah Saja

Musibah yang disebabkan mahluk yang bernama virus covid 19 telah melanda negeri kita dan negara-negara di dunia hampir sebulan, dan mepengauhi segala lini kehidupan manusia, mulai ekonomi, mental psikhis, dan perubahan sikap hidup manusia, terutama terhadap diri sendiri, keluarga, tetangga, dan juga terhadap alam. Bagi mereka yag berfikir negative, mengatakan bahwa apa yang terjadi adalah akibat ulah satu-dua orang dan orang banyak yang meanggung akibatnya, serta cenderung menyalahkan orang lain. Sementara bagi mereka yang berfikir positif, memiliki banyak varian dalam memandangnya.

Perspektif agama memandang virus covid 19 adalah sebuah “sunatullah” kenyataan alam yang musti terjadi kepada manusia (hamba Tuhan) dalam bentuk tiga bentuk, yaitu ibtila’ (ujian), fitnah, dan adzab. Bagi orang yang beriman bisa jadi datangnya musibah adalah sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman uuntuk diketahui seberapa kadar keimanannya, artinya dengan musibah itu Allah ingin mengetahui siapa hambanya yang betul-betul membenarkanNya, mengikuti peritahNya, mendekatNya dengan penuh kesungguhan atau hanya sekedar lipstick (pencitraan semata). Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Allah dalam Al-Qur’am surat Al Ankabut : 1-3 yang artinya: ” Alif laam miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”. Bagi yang membangkang musibah bisa berbentuk fitnah dan adzab. Hal demikian sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Alquran Surat Al Hadid ayat 22-23, yang artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(22) (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Perspektif alam melihat bahwa musibah hari ini terjadi karena telah sekian alam manusia tidak bersahabat dengan alam, dan mahluk lain. Asap kendaraan bermotor dan asap cerobong pabrik yang jumlahnya tak terhitung, hampir setiap hari mengotoru uadara hingga hamper mematikan. Peristiwa hari ini, terlihat seluruh kendaraan dan asap pabrik berhenti, dan secara tidal langsung udara menjadi bersih kembali. Dan ini mungkin cara Tuhan untuk mengembalikan kondisi alam dan bumi kita. Pembnuhan sekian banyak dan jenis hewan untuk dikonsumsi, telah melahirkan ketidak seimbangan ekosistem. Dan hari ini semua berhenti menyadari kesalahannya.

Perspektif moral melihat, betapa kepongahan, kesombongan, kita, mereaka yang merasa paling kuasa, paling digdaya tunduk tersungkur oleh mahluk yang sangat kecil yang tak kasat mata, menuntut kesadaran untuk saling mengasihi, mecintai, tepa slira, lapang dada, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, untuk saling membantu atas dasar kesetaraan sesame mahluk Tuhan.

Lalu para pemimpin Negara mengatakan, saat inilah waktu yang sangat tepat bagi rakyat untuk mematuhi aturan Negara. Jika Negara meminta untuk dirumah saja, jaga jarak, jaga kesehatan tubuh, maka saatnya rakyat mematuhinya.

Lalu rakyatpun berkata, saat inilah waktu yang tepat bagi negara untuk memperhatikan rakyatnya, melindungi rakyatnya, memenuhi kesehatan rakyatnya, memenuhi pendidikannya, memenuhi kesejahteraan, memenuhi kehidupan layak rakyatnya.

Tentu semua tidak sepenuhnya benar, tetapi tidak sepenuhnya salah. Terpenting bagaimana hari ini kita mampu menyikapi musibah dengan tepat dan benar. Dan tidak salah jika Nabi agung Muhammad menyatakan bahwa “sebaik-baik perkara adalah yang tengah”. Ini bisa dimaknai bahwa dalam menyikapi musibah ini kita tidak boleh terlalu takut, hingga bisa saja kita sakit dan mati karena rasa takut yang ada pada diri, sebaliknya juga “tidak bebel” tidak menyombongkan diri merasa paling kuat, hingga kekuatan itu justru menimbulkan rasa sakit bagi yang lain. Tetap berusaha dan berdoa.Tengah-tengah sajalah. Wallahu ‘alam bisshowab.

Kopi Malam Blok M, 6 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selalu ada hikmah dibalik musibah

06 Apr
Balas

Tak ada yang diciptakan Tuhan itu sia-sia

06 Apr
Balas



search

New Post