Aisyah adalah istri Nabi yang paling banyak bersama Nabi. Rasulullah SAW menikahi Aisyah r.a. atas perintah Allah SWT, pasca meninggalnya Sayyidah Khadijah r.a. Ketika Aisyah masih anak-anak yang berusia enam tahun.

Sebagaimana hal Khotijah, sebutan Umul mukminin atau ibunya orang-orang mukmin juga disandang oleh Aisyah Ra. Karena lebih banyak bersama Nabi dan juga kecerdasannya yang dikaruniakan Allah kepadanya, Aisyah adalah perempuan yang banyak meriwayatkan hadis. Bahkan hal-hal uang bersifat sangat pribadi yang juga dialami manusia hari ini tidak luput dari pantauan Aisyah ra, termasuk romantisme.

Belakangan viral lagu Aisyah istri Nabi, hingga dalam waktu uang singkat telah dilihat oleh puluhan juta orang, bahkan para remaja, ibu-ibu telah mampu menyanyikannya dengan fasih.

Disatu sisi ada sisi positifnya, dimana kaum muslim dapat mengenal sejarah, mengetahui kepribadian Aisyiyah prihal ahlaqnya terhadap Nabi, demikianlah sebaliknya kaum muslimin secara tidak langsung dapat mengambil "uswah Hasanah" contoh yang baik yang harus dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya. Namun beberapa bait syair, sebagian memandang telah keluar dari frame atau ketidakpatutan bilamana diperuntukan kepada Ummul mukminin.

Namun dibanyak literatur hadis, menyebutkan hal-hal berikut sifat private, semisal; ketika Syaidah Aisyah menjelaskan tentang air disaat beliau sedang mandi junub bersama, soal bagaimana membersihkan air mani dipakaian yang cukup dengan dikerik tanpa harus dibasuh air, tentang tetap sahnya puasa karena mencium istrinya, dan masih banyak lagi.

Semua sesungguhnya tergantung bagaimana seseorang mempersepsikan syair. Jika dipersepsikan sebagai sesuatu yang sangat penting diketahui oleh umat dan selanjutkan dijadikan uswah dalam membangun romantisme suami istri, tentu hal itu menjadi sebuah keharusan.

Dan inilah yang seharusnya difahami, dilihat oleh semua umat Islam, Lain tidak.

Maka jika dapat dicari titik temu, mengapa harus ada kontroversi.

Kopi malam blok M, 5 April 2020