Indahnya Cinta Taaruf

Part 2

#Tantangan Gurusiana

Tantangan Menulis Hari ke 33

Setelah Kang Yadi pulang, aku termenung di kamar. Satu sisi hatiku mengatakan ingin menerima lamaran Kang Yadi. Tapi sisi hati yang lain harus mengikuti perintah Mak. Dan sebagai aktivis dakwah kampus aku ingin mempunyai suami tanpa lewat pacaran. Untuk yang satu ini aku pegang kuat dan prinsip dalam hidup.

Semua syarat itu sudah aku utarakan kepada Kang Yadi. Dan Kang Yadi sangat setuju. Kang Yadi berprofesi sebagai guru honorer di salah satu sekolah swasta. Sayangnya Kang Yadi belum menyelesaikan kuliah S1. Tapi Mak sangat tegas tidak ingin buah hatinya menikah dengan kerabat. Kakakku menikah dengan masih kerabat berakhir dengan kegagalan. Mak sangat trauma menyaksikan perceraian kakakku.

Hatiku semakin bimbang, aku memutuskan untuk diskusi dengan murobiku di Jakarta. Dan kebetulan di kampungku ada Kang Maman yang sama-sama aktivis dakwah. Aku coba meminta pendapat Kang Maman mengenai lamaran saudaraku. Pagi-pagi sekali aku mendatangi kediaman Kang Maman. Kebetulan sekali Kang Maman sedang melayani pembeli di warung kecilnya.

"Assalamuaikum," ucapku mengucapkan salam di depan warungnya.

"Waalaikumsalam. Eh ada Neng Bibah. Ummi nih ada Neng Bibah," Kang Maman menyambutku dengan sapa hangatnya. Kang Maman memanggil istrinya untuk menemaniku.

"Hayuk, Neng silahkan," istri Kang Maman mengantarkanku ke ruang tamu. Wanita dengan hijab syar'i dan santun menemaniku di ruang tamu.

Aku sangat kagum dengan keluarga Kang Maman. Yang ku tahu Kang Maman adalah lelaki yang sangat taat agama. Dan pernikahan dengan istrinya lewat proses taaruf. Pertemuan dengan istrinya lewat murobi atau guru ngajinya ketika kuliah di UI.

Wiwik Setiandani

Guru IPS SMPN 1 Rumpin