Tentang Bambu

Jika hanya sebatang bambu, akan rapuh diterpa panas dan hujan.

Ia tak akan bisa menjadi rakit. Ia juga bukan penyangga yang kuat. Sebatang bambu tak pernah ditemukan berdiri sendiri. Selain hanya sebagai tiang, yang berangsur-angsur usang.

Bambu selalu bersama.

Tumbuh dalam rimbun yang saling menguatkan, bambu saling meneduhkan. Pun ketika bambu menjadi titi bagi sisi kanan dan kiri sungai. Ia butuh disatukan. Diikat dengan erat dan rapat.

Jika salah satu ikatan lepas, kekuatan bambu tak lagi bisa dipertahankan. Membahayakan, bahkan bisa memakan korban. Pengguna titi bisa terlempar ke sungai.

Kini menata bambu tak hanya menjadi dinding, titi dan rakit. Susunan saling berpaut di atas juga jadi pilihan. Menjadi bentuk segitiga yang eksotis. Bambu sebenarnya tak.perlu pewarna. Warna hijau hingga kuning kecoklatan, masih sangat menarik.

Seperti bentuk terowongan bambu yang terlihat di sisi bagian belakang Istana Presiden RI di Bogor.

Bambu disusun menjadi terowongan yang tidak terlalu panjang menuju ke arah pekuburan Belanda.

Ada sekitar dua puluh hingga tiga puluh kuburan warga negara Belanda di tengah Kebun Raya Bogor ini. Suasana mistis memang tercium. Aroma busuk tiba-tiba menyeruak dihidungku saat .melewati satu kuburan yng baru saja kuabadikan. Bentuknya hanya nisan besar dengan tulisan jelas tahun kelahiran dan kematian.

Ih, bergidik kupercepat langkahku menyusul rekan yang sedari tadi menemani. Aku hanya ingin memastikan, bhwa tak ada sosok lain selain kami bertiga.

Angin sore berbau lembab. Desau daun bambu membuat susana makin mencekam.

Tiba-tiba langkahku terasa berat.

Ups... keringat dingin mulai menetes dikudukku.

Pertanda apa ini?

Ada suara aneh terdengar...

Dan..aku tersadar.

Olala. Ternyata perutku belum diisi sementara waktu sudah lewat jam makan siang.

Saking asyiknya berjalan di hutan buatan Kebun Raya Bogor.

Mari makan. Agar bisa berjalan-jalan kembali