RAMADHAN TANPA IBU
Aroma tanah basah menemaniku, saat aku nyekar ke makam Ibu. Biasanya menjelang Ramadhan, Ibu selalu menyambut dengan rasa syukurnya lewat masakan yang memanjakan lidah bagi orang-orang yang beliau cintai. Membersamai Ibu taraweh, mengiringi langkahnya yang tertatih namun penuh semangat. Menggandengnya menaiki tangga mesjid. Membantunya mengenakan sandal coklat kesayangannya, sampai pada menyiapkan buka puasa bersama. Bahkan hingga diujung waktu kepergiannya, Ibu masih menyempatkan diri memasak makanan kesukaan Bapak.
Namun kami semua akhirnya ikhlas kehilangan semua kebahagiaan bersama Ibu seiring dengan kepergian beliau, Minggu 27 November 2016.
Cintanya yang begitu kuat menancap dalam sanubari, membuatku kuat. Tetapi tetap saja bulir hangat jatuh tak terbendung kala mengunjungi pusara Ibu. Pusara yang menjadi saksi bahwa semua yang hidup akan mati. Semua akan kembali tanpa terkecuali. Siapapun yang disayang akan pergi.
Sepi dan rindu bersemayam di hati. Tangisku makin tak terbendung lagi. Gemuruh dada menghempas segala rasa. Hanya ada aku, dan Dia yang Maha Kuasa. Aku lebur dalam duka. Disepuluh hari pertama, Ramadhan kali ini.
Padahal dahulu, akulah yang paling bertahan untuk tidak pernah menangis dihadapannya. Apalagi saat mendampinginya bergulat dengan rasa sakit. Mendorong kursi rodanya di lorong-lorong rumah sakit. Membujuknya makan dan minum obat
Ibu...
Kini izinkan aku bersimpuh dengan derai deras membasahi hijabku.
Semua karena aku begitu merindukan Ibu. Rindu bersimpuh di pangkuan Ibu. Rindu mengadu segala rasa pada Ibu. Mohon maafkan segala kesalahan anakmu Bu...
Yang belum sempat membahagiakan Ibu. Membawa ibu ke tempat-tempat yang ingin ibu kunjungi. Memasak bersama lagi. Tertawa bersama lagi.
Kini aku tahu, ibu tak ingin aku bersedih. Sebab ibu sudah tenang di sana. Ibu sudah tidak sakit lagi. Ibu pasti menantikan kami semua untuk berkumpul kembali, kelak pada waktunya.
AlFatihah, Ibuku sayang..
Ramadhan yang terakhir bersama Ibu kemarin, selalu ku kenang...
Gaperta Ujung, Mei 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Setelah membaca tulisan ibu, air mata tergenang di pelupuk mata saya, teringat mendiang ibu yang telah dipanggil yang maha kuasa di bulan ramadan tiga tahun silam, perjuangan untuk kesembuhan dirumah sakit sudah keluarga upayakan, ternyata Allah lebih sayang kepadanya semoga ibu kita ditempatkan di surga-Nya, ditempat paling mulia, diampuni segala kekhilafannya, diterima segala amal ibadahnya, alam kuburnya dijadikan taman surga, dan kelak semoga keluarganya dapat kembali berkumpul di surga. Aamiin.
Allahumma Aamiiin...
Mantap.Tuliaan yang cetar. Ah jadi ingat ibu. Perjuangan ibu tak ada bisa ditebus. Hanya doa yang bisa kita panjatkan
Terimakasih Bunda...semoga Allah berikan tempat terbaik buat para Ibu di sisiNya Aamiiin..