WIWIK DIAH AGUSTININGSIH

Menulis itu, indah, menghapus gundah, bisa bernilai ibadah. Kuharap bisa menjadi ladang amal shalih, aamiin...

Selengkapnya
Navigasi Web

Salam Satu

SALAM SATU

Begitu menggebunya suara di hatiku. Suara yang melagukan obsesi tentang menjadi seorang penulis. Dulu pernah aku punya persepsi, bahwa menjadi seorang penulis itu keren, terkenal, dan bisa juga jadi panutan banyak orang. Salah satu syaratnya punya buku, atau minimal tulisannya pernah dimuat di media massa. Itu persepsiku dulu.

Maka kutulislah profesi penulis ke dalam daftar impianku. Kalau selama sekolah di sekolah guru zaman dulu aku suka nulis, lalu kukirim ke majalah-majalah dan dimuat, aku belum berani merasa bahwa aku seorang penulis. Mimpi besarku aku harus punya buku. Tapi bagaimana caranya? Dalam tanya yang tak terjawab itu, perlahan mimpiku tergerus kehidupan. Sempat terlupakan.

Sampai kenyataan membangunkanku. Allah membukakan pintu-pintu kemudahan. Aku bertemu dengan orang-orang yang suka menulis, bahkan kemudian juga dengan para master menulis di blog-blog yang kutemukan di facebook. Hasrat menulisku kembali terpompa. Kuikuti berbagai event lomba dari yang gratis hingga yang berbiaya. Orientasiku tak lagi menang atau juara. Yang penting bisa menulis, ada yang baca, bermanfaat, sudah.

Aku heran dengan kerja-kerja Allah, begitu kuawali kembali kesukaan menulisku, aku seperti dihadapkan pada seribu pintu, yang ketika kumasuki, selalu aku bertemu dengan jalan untuk menulis. Ketika aku menang lomba menulis cerpen di Jawa Timur, aku mengenal “orang-orang cerpen”. Kembalilah aku bergelut dengan cerpen, kali ini aku merasa jagat cerpen yang kutatap menjadi lebih luas.

Tak lama kemudian aku dipertemukan dengan komunitas penulis yang bergerak di bidang da’wah. Melalui beberapa seleksi aku terjaring dalam sebuah divisi kepenulisan komunitas da’wah itu. Menurutku ini sudah keren sekali, tulisanku rutin dimuat di website-nya. Aku bisa berbagi kemanfaatan lebih luas lagi.

Terakhir aku menemukan blog penulis Gurusiana. Di situ aku merasa mendapatkan kolam. Aku seperti ayam bertemu dengan banyak itik. Belajar renang sebebas mungkin, agar kelak aku lupa kalau aku hanyalah ayam yang diasuh para itik di kolam Gurusiana. Belajar kepada orang-orang yang tak mengenal kata menyalahkan. Belajar kepada mereka yang hanya punya pujian, penguatan, dorongan, dan pembakaran.

Aku tak tahu akan menjadi apa aku kelak dengan belajar menulis ini. Yang jelas mimpiku kini makin meradang untuk minimal punya target “Salam Satu” Satu Malam satu Tulisan. Itu target minimalku. Kusadari, seperti Kelud, akulah gunung yang tak mampu menahan laharnya sendiri.

Blitar, 10 Januari 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kerrreeen bu....smg salam satu nya berjalan dg lancar

11 Jan
Balas

Aamiin. Terimakasih Bu Wahidah Akmal. Salam literasi n salam kenal

11 Jan

Keren istilahnya buk wiwik. Salam kenal. Ditunggu tulisan berikutnya.

11 Jan
Balas

Terima kasih, Bu. Salam literasi.

11 Jan



search

New Post