Kemerdekaan yang Sesungguhnya
Kemerdekaan yang Sesungguhnya Sinar matahari pagi dengan tak sopannya menembus celah celah korden di kamar yang memaksaku untuk bangun dan menghadapi kenyataan bahwa hari ini aku sudah harus bersekolah setelah libur selama 3 minggu. Dengan langkah gontai dan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, aku melangkah menuju wc dan melakukan aktifitas pagiku yaitu mandi. Setelah selesai bersiap siap aku menuju ruang makan untuk sarapan bersama ayah dan bunda.“Selamat pagi anak ayah yang paling cantik” sapa ayah dengan senyuman mengembang khasnya di pagi hari. Awalan yang indah menurutku. Sarapan bersama ayah dan bunda yang begitu menyayangiku setiap harinya dan makanan serta berbagai kebutuhan yang aku rasa selalu cukup setiap harinya.“Selamat pagi juga ayahku yang sangat tampan sedunia” balasku dengan senyuman yang tak kalah lebarnya.“Oo, jadi cuma ayah nih yang disapa, bundanya enggak” kata bunda dengan nada yang seolah olah merajuk“Selamat pagi juga bundanya Fera yang tercaaaantik sedunia” akupun langsung memeluk ayah dan bunda bergantian.“Gimana Fera, kamu udah siap sekolah lagi?” tanya ayah disela sela sarapan kami“Ya siap gak siap harus siap lah ayah, walaupun Fera sebenarnya masih mau santai santai di rumah”“Gak boleh gitu sayang, kamu harus semangat dalam belajar ini tuh salah satu cara kamu juga dalam menghormati para pahlawan yang gugur dalam peperangan memperjuangkan Indonesia. Karena negara kita sekarang sudah merdeka dan kamu sebagai penerus bangsa karena gak bisa berperang untuk memperjuangkan bangsa kita ya cuma bisa belajar untuk negara kita juga nantinya” jelas bundaLalu kami pun melanjutkan sarapan kami , setelah itu aku dan ayah berangkat bersama karena kebetulan arah kantor ayah dan sekolahku sama.***“Ayah besok negara kita berulang tahun yang ke 72 ya? ” tanyaku pada ayahnya yang sedang fokus mengemudi“Ia sayang, jadi kado apa yang akan kamu berikan kepada negara kita ini?” “Seperti kata Bunda, cara terbaik yang bisa aku lakukan untuk negara ya belajar biar nanti bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi ke depannya. Kalo kakeknya Bunda memperjuangkan kemerdekaan dengan berperang dan menjadi veteran, kalo anaknya bunda tugasnya mempertahankan keutuhan negara dan membuatnya menjadi lebih maju dengan belajar” perkataanku membuat ayah menoleh ke arahku lalu tersenyum. Ah, rasanya sangat bahagia melihat ayah tersenyum lebar karenaku“Ayah bangga sama kamu. Kamu memang anak hebatnya ayah sama bunda” lalu Ayahpun mengelus puncak kepalaku dengan sayang.Saat masih dalam perjalanan ke sekolah, aku melihat segerombolan anak anak seusia ku bahkan banyak sekali yang umurnya jauh di bawahku sedang berkeliaran di jalan untuk mengemis.“Tapi ayah, kalau negara kita sudah lama merdeka kenapa masih banyak orang orang terutama anak kecil yang aku rasa mereka belum merasakan kemerdekaan sesungguhnya?” tanyaku“Walaupun negara kita sudah 72 tahun merdeka tapi memang masih banyak yang belum merasakan kemerdekaan itu sendiri terutama pada bidang ekonomi. Itu karena masih banyaknya petinggi negara kita yang dengan teganya menikmati anggaran anggaran yag seharusnya ditujukan kepada rakyat terutama mereka mereka ini yang kamu lihat di jalanan tadi ini malah mereka gunakan untuk kepentingan mereka sendiri ” jelas Ayah“Kalo gitu nanti Fera mau jadi presiden ya ayah, biar bisa memberantas para petinggi negara yang suka mengambil hak rakyat, biar nanti semua rakyat Indonesia merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya kelak” Kataku sambil berandai nanti jika aku menjadi presiden“Nanti Fera kalo jadi presiden harus bisa mengayomi rakyatnya dengan baik, jangan hanya saat ingin mendapati kedudukan mengkoar koarkan sejuta janji janji yang bisa membangkitkan harapan kesejahteraan rakyat, tapi nyatanya saat telah mendapat kedudukan tinggi, jangankan sejuta janji setengah janji pun tak ada yang terlaksanakan. Jangan jadi mereka yang menganggap dirinya sudah berkuasa, lantas berbuat seenaknya kepada orang orang kecil. Kamu juga harus menenggakkan hukum di Indonesia jangan seperti sekarang ini sistem hukum di negara kita itu seperti punya mottonya sendiri “Tumpul ke atas, runcing kebawah” kasihan orang orang kecil nantinya ” Kata ayah panjang lebar yang sangat memotivasi diriku“Ayah maksudnya “tumpul ke atas, runcing ke bawah” itu apa, Yah?”“Kalo kamu suka nonton berita di tv, coba kamu perhatikan para petinggi yang melakukan pelanggaran terutama korupsi jika diberi hukuman tidak setimpal dengan banyaknya uang rakyat yang mereka ambil, contohnya saja jika mereka korupsi sebanyak 5 miliar, lalu uang yang harus mereka keluarkan untuk bebas hukuman hanya 2 miliar tentu saja itu tidak sebanding, mereka masih dengan mudahnya membayar lalu menikmati lagi sisa uang korupsi mereka. Bahkan ada juga yang tidak diberi hukuman sama sekali sampai kasus mereka bahkan dilindungi oleh negara. Sedangkan, untuk mereka kaum bawahan hanya mengambil piring anaknya saja sudah dijatuhi hukuman bertahun tahun padahal mereka sudah sangat tua. Begitulah Indonesia bukan hanya petingginya saja yang moralnya kurang namun juga banyak rakyat rakyat yang moralnya kurang bahkan sampai tega hatinya mereka melaporkan orang tuanya sendiri hanya karena harta ya karena para petinggi bobrok itu tadi, coba saja mereka tidak korupsi dan menggunakan anggaran negara dengan baik sesuai dengan tujuan awalnya pasti tidak akan ada lagi orang orang yang seperti itu. Tapi Fera juga harus ingat kalo tidak semua para petinggi negara seperti itu. Masih banyak juga mereka yang dengan segenap jiwa mempertahankan negara dan melakukan tugasnya dengan baik” jelas ayah“Miris sekali ya Ayah negara kita saat ini, aku harap nanti kedepannya negara kita tercinta ini telah mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya dengan tidak adanya lagi koruptor yang berkeliaran serta tingginya angka kesejahteraan rakyat”“Amin” timpal ayah“Gara gara keasikan ngomong sampai gak kerasa kalo udah sampai di sekolahan” kata ayah mengingatkan“Hehehh ia ya. Aku masuk dulu ya Ayah. Assalamu’alaikum” aku langsung keluar dari mobil tapi sebelum itu tak lupa aku cium punggung tangan ayah“Wa’alaikumsalam anak hebat ayah. Belajar yang pintar ya biar bisa jadi presiden yang jujur, senantiasa mengayomi rakyatnya dan jangan lupa kalau nanti Fera jadi presiden gak boleh korupsi ya” kata ayah tak lupa dengan senyuman khasnya“Siap bos” kataku lalu berjalan menuju ke dalam sekolah.-Selesai-
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar