Wilda Istiana Nasution

Seorang guru bahasa Indonesia di MAN Labuhanbatu. Menyukai tantangan dan suka bertualang. Pengalaman belajar di jurusan pendidikana bahasa dan sastra Indonesia ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rindu yang Reda #Tantangan Menulis hari ke-1#

Rindu yang Reda #Tantangan Menulis hari ke-1#

Masihku ingat pemandangan siang itu. Saat ku tinggalkan ia yang tak tau cara melarangku pergi.Dihentak-hentakkannya kaki mungil yang belum bisa berlari mengejar ku. Diikuti tangan mungil yang belum bisa memeluk kedua kakiku agar tak melangkah jauh darinya. Bibir mungilnya berdecak-decak bak teriak agar aku jangan meninggalkannya. Ia adalah putri kecilku, Malika.Bayi berusia 5 bulan yang dengan terpaksa ditinggalkan oleh ibu yang tak rela bangun tanpa mimpinya.

Menjadi ibu yang bekerja sudah pasti memiliki konsekuensi yang harus diterima. Ibu harus mampu membagi waktu untuk bekerja dan mengurus rumah tangga. Dibutuhkan ibu yang tangguh untuk membelah tubuh menjadi beberapa bagian agar sigap menghadapi situasi apapun.

Kuciumi wajah mungil yang menatap sendu ke arahku. Aku sadar kali itu Malika sangat sedih hati. Namun, mungkin jiwanya dipaksa dewasa menerima nyata yang seharusnya. Sudah takdirku, pikirnya. Kumantapkan langkahku untuk segera masuk ke dalam mobil yang sudah tak sabar membawaku pergi saat itu.

Hari pertama di rantau orang. Hari pertama pula tak melihat riang bahagia putriku. Cuaca mendung, langit seperti memahami isi hati yang kubendung sendiri. Perlahan hujan pun turun. Tak mampu sudah aku membendung. Kuusap perlahan layar sentuh yang sedari tadi kugenggam. Tak lama menunggu... Wajah mungil itu muncul.

Hanya sekejap saja panggilan video berlangsung diantara kami. Jam istirahat berlalu sangat cepat. Tak apa,setidaknya sudah kuluapkan rindu yang terbendung sebelum membandang.

Hari demi hari berlalu melambat. Saatnya aku kembali ke rumah. Kesal rasanya karena butuh 10 jam untuk sampai ke rumah.Tak apa, demi bertemu kembali dengan si buah hati tercinta.Mari kita jalani jalan panjang ini.Gelisah, waktu turut melambat. Detik biasa hanya setitik berubah menjadi segunung.Biarlah...tak mengapa menunggu demi rindu.

Waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Mobil yang kutumpangi telah sampai di depan rumah. Pintu rumah terbuka. Malika sudah bangun dan ikut membuka pintu untuk ibu. Langsung kudekap ia erat. Kuciumi setiap sudut wajah mungil yang terbangun mendengar suara mobil masuk ke pekarangan rumah. Akhirnya... Rindu itu reda.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post