Widwi Asten

Melangkah pada tangga yang terbawah. Saat bertemu dengan sang profesor. "Ya....ini masih pertama. Masih sekali ini." "Nggak apalah tak a...

Selengkapnya
Navigasi Web

Perkembangan Bahasa di Wayang Kulit

PERKEMBANGAN BAHASA DI DUNIA PANGGUNG WAYANG KULIT

Tung Widut

Wayang kulit berkembang di Indonesia sejak abad 15. Lahir pertama di Jawa khususnya Jawa Timur. Pendapat ini memang ada perbedaan , tetapi yang jelas perkembangan pagelaran wayang kulit sekarang ini sangatlah pesat. Di media sosial di setiap malam selalu ada pagelaran wayang yang disiarkan secara live melalui Youtube maupun Tiktok. Artinya setiap malam ada pagelaran wayang.

Pada Pada penampilannya wayang pada zaman dahulu dengan zaman sekarang mempunyai perbedaan. Dulu wayang selalu menggunakan bahasa bahasa Jawa kuno yang kurang bisa dipahami oleh semua orang. Sekarang para dalang sudah memodifikasi bahasa pagelaran wayang menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak umum. Sehingga orang mudah memahami dialog yang disampaikan. Akhirnya yang semula tidak tertarik mengikuti pagelaran wayang menjadi tertarik.

Bukan saja memodifikasi bahasa yang mudah dipahami, para dalang juga menggunakan bahasa-bahasa modern dengan kemajuan teknologi sekarang ini. Hal ini sesuai dengan wayang sebagai tontonan tuntunan dan tatanan.

Bahasa yang dipakai sebagai tuntunan dari totonan wayang kulit Ki R M Akbar Syah Alam pada penampilan tanggal 13 Juli 2024 dengan Sesaji Rojo suyo di desa Ngrempet Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, menyatakan bahwa untuk mengetahui pemilik pusaka Jamus Kalimasada bisa membuka di google. Di Google ditemukan bahwa pemilik pusaka Jamus Kalimasada dalam dunia pewayangan adalah Prabu Puntadewa atau yang disebut juga Yudistira.

Pernyataan tersebut benar adanya ketika membuka Google dengan kata kunci pemilik Jamus Kalimasada akan mendapatkan beberapa entri yang menunjukkan jawaban. Salah satunya dari Wikipedia yang menyatakan “Serat Jamus Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh Pak Prabu Puntadewa alias Yudistira pemimpin para Pandawa. (https://id.wikipedia.org/wiki/Jamus_Kalimasada).

Penyebutan kata Google ini membuktikan bahwa wayang sebagai tuntunan bagi anak-anak muda apabila ada kesulitan bisa mencari di Google, walaupun itu merupakan hal yang berhubungan dengan di dunia pewayangan. Dunia pewayangan yang diangkat hanya orang-orang tertentu saja yang membahas.

Lain yang diungkapkan oleh Ki Sigit Ariyanto pada pertunjukan wayang yang berjudul Wahyu Kamulyan pada tanggal 7 Juli 2014 di desa Jatim Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban. Waktu penayangan 2:07:04 . “....Wani karo bapak podo wani karo bank plecit. Masalahmu dioyak ora rampung-rampung….” Kata bank plecit pada zaman dahulu yang jelas belum ada. Perumpamaan ini menyesuaikan dengan keadaan sekarang. Agar penonton dapat memahami pembicaraan yang disampaikan.

Dua dalang ini membuktikan bahwa perkembangan bahasa dalam seni pertunjukan wayang sekarang ini sudah mulai menggunakan bahasa-bahasa yang modern. Hal ini sangat positif karena penonton wayang bukan hanya orang-orang yang suka dengan wayang tetapi masyarakat umum. Masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berani kamu aja kemampuan berbahasanya. Dimasukkan beberapa kata baru sesuai zaman diharapkan para penonton mampu menangkap dan menyukai wayang di era sekarang ini. Salam budaya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post