Goa Jatijajar
Di daerah Kebumen bagian barat daya tepatnya di Kecamatan Ayah, ada sebuah kenampakan alam yang selalu menjadi perhatian masyarakat di Kebumen. Kenampakan alam itu adalah Goa Jatijajar. Goa Jatijajar memiliki daya tarik yang tak pernah lekang untuk menarik perhatian para pengunjung.
Konon kabarnya, Goa Jatijajar ditemukan oleh seorang pencari rumput. Kakek Jayamenawi namanya. Pada suatu siang saat Kakek Jayamenawi beserta seorang temannya sedang merumput di tegalan pinggir Desa Jatijajar. Saat itu suasana sangat panas, Kakek Jayamenawi sedang asyik merumput sambil bersenandung. Tiba-tiba datang angin yang cukup kencang menerpa Kakek Jayamenawi. Tak ayal lagi, caping yang dikenakan Kakek Jayamenawi ikut terbang terbawa angin. Kakek Jayamenawi berusaha mengejar dan menangkap caping miliknya. Namun tanpa diduga, dia terperosok ke dalam sebuah lubang dan jatuh sampai pinsan. Ketika kakek Jayamenawi sadar, ia berteriak memanggil temannya. Akhirnya temannya datang dan menolongnya. Ternyata lubang tempat jatuhnya kakek Jayamenawi adalah ventilasi yang ada pada langit-langit goa. Mereka sangat takjub menyaksikan pemandangan luar biasa yang ada dalam goa tersebut. Batu-batuan yang menggantung berwarna putih bersih dan selalu meneteskan air sejuk, seperti tangan-tangan dewa. Sungai mengalirkan air yang sangat jernih menciptakan irama nan merdu membahagiakan hati siapapun yang menikmatinya. Belum lagi mata air yang selalu memancar membentuk sendang.
Setelah di telusuri, ternyata ada empat sendang di dalam Goa jatijajar, yaitu Sendang Puser Bumi, Sendang Jombor, Sendang Mawar, dan Sendang Kantil. Konon kabarnya keempat sendang tersebut mempunyai khasiat tersendiri. Barangsiapa yang mandi di Sendang Puser Bumi atau Sendang Jombor keinginnannya akan tercapai, jika mandi di Sendang Mawar bias bertambah cantik dan awet muda. Sedangkan jika mandi di Sendang Kantil, cita-citanya akan tercapai.
Dibalik semua keindahan Goa Jatijajar, ternyata tersimpan suatu legenda tentang nama Goa Jatijajar tersebut. Legenda itu berawal dari sebuah cerita kerajaan Pajajaran yang berada di Jawa Barat. Prabu Siliwangi mempunyai tiga orang putra dan seorang Putri, yaitu Banyak Cotro, Banyak Ngampar, Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Suatu hari Prabu Siliwangi memanggil putra mahkotanya Banyak Cotro untuk menggantikan menjadi Raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut usia. Namun Banyak Cotro belum siap, karena belum cukup ilmu dan belum menikah. Banyak Cotro mengatakan bahwa dia baru akan menikah kalau sudah bertemu dengan seorang Putri yang parasnya mirip dengan paras mendiang Ibunya. Oleh sebab itu Banyak Cotro meminta ijin pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencari Putri yang menjadi idamannya.
Kepergian Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran adalah untuk menghadap seorang Pendeta yang bernama Ki Ajar Winarong. Setelah berhasil bertemu dengan Ki Ajar Winarong, ada syarat yang harus dipenuhi oleh Banyak Cotro. Ia juga harus menyamar dengan nama samaran Arya Kamandaka.
Setelah berjalan berjalan selama berhari-hari sampailah Arya Kamandaka di wilayah Kadipaten Pasir Luhur. Ketika Arya Kamandaka sampai di wilayah Kadipaten Pasir Luhur, Arya Kamandaka bertemu dengan Patih di Kadipaten Pasir Luhur itu yang bernama Patih Reksonoto. Arya Kamandaka akhirnya dijadikan anak angkat oleh Patih Reksonoto.
Waktu itu Kadipaten Pasir Luhur diperintah oleh Adipati Kanandoho. Adipati Kanandoho mempunyai beberapa orang putri yang kesemuanya sudah bersuami terkecuali puterinya yang bungsu yaitu Dewi Ciptoroso. Ketika Arya Kamandaka melihat Dewi Ciptoroso, putri Adipati Kanandoho yang mempunyai wajah sangat mirip dengan mendiang Ibu dari Arya Kamandaka. Segeralah Arya Kamandaka tersadar bahwa dia telah menemukan apa yang dicarinya selama ini.
Pada satu hari, Arya Kamandaka menyusup ke dalam taman istana untuk menemui Dewi Ciptoroso. Namun kedatangan Arya Kamandaka diketahui oleh prajurit kadipaten, Adipatih sangat marah dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap penyusup tersebut. Namun karena kesaktian yang dimiliki oleh Arya Kamandaka, maka Arya Kamandaka dapat meloloskan diri.
Arya Kamandaka terjun kedalam sungai dan terus menyelam mengikuti arus air sungai. Arya Kamandaka dilaporkan sudah mati didalam sungai. Mendengar berita ini Adipatih Kanandoho merasa lega dan puas.
Ternyata Arya Kamandaka tidak mati, dia ditolong dan diangkat anak oleh Mbok Kertosuro, seorang janda miskin yang hidup di Desa tersebut. Arya Kamandaka menjadi seorang penggemar Adu Ayam. Mbok Kertosuro mempunyai seekor Ayam Jago yang dia beri nama mercu. Dalam setiap penyabungan Ayam, Arya Kamandaka selalu menang. Nama Arya Kamandaka menjadi sangat terkenal di kalangan pebotoh Ayam. Hal ini akhirnya sampai juga ke telinga Adipatih Kanandoho, mengetahui hal itu sangat marah dan murka. Adipatih Kanandoho kemudian memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Arya Kamandaka baik hidup atau mati.
Pada saat itu datanglah seorang pemuda tampan yang mengaku dirinya bernama Silihwarni, Silihwarni berkeinginan mengabdikan diri kepada Adipati Pasir Luhur. Permohonannya di terima apabila berhasil membunuh Arya Kamandaka.
Silihwarni ternyata hanyalah sebuah nama samaran, Silihwarni bukan lain adalah Banyak Ngampar putra Prabu Siliwangi, adik kandung dari Banyak Cotro atau Arya Kamandaka. Silihwarni ditugaskan untuk mencari Banyak Cotro yang sudah lama pergi dan belum kembali. Setelah Silihwarni menerima perintah dari adipatih, pergilah ia diikuti menuju ke Desa Karang Luas, tempat arena penyabungan Ayam.
Di tempat inilah kedua kakak beradik ini bertemu, namun keduanya tidak saling mengenal lagi. Terjadilah pertarungan sengit antara Arya Kamandaka dan Silihwarni. Tanpa disadari oleh Raden Kamandaka tiba-tiba Silihwarni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan Keris Kujang Pamungkasnya. Luka goresan keris itu menyebabkan darah mengalir dengan derasnya. Namun lagi-lagi Arya Kamandaka dapat meloloskan diri dari bahaya, tempat itu pun kemudian diberi nama Desa Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya.
Kamandaka terus berlari sampai di sebuah goa. Di dalam goa ini Arya Kamandaka beristirahat dan bersembunyi dari Kejaran Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar akhirnya kehilangan jejak sampai di goa tempat Arya Kamandaka beristirahat, kemudian Silihwarni berseru menantang Arya Kamandaka. Mendengar tantangan Silihwarni, Arya Kamandaka pun menjawab dan mengatakan bahwa ia adalah putra dari Kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro. Silihwarnipun mengatakan bahwa Ia adalah putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Sadar bahwa mereka bersaudara, keduanya berpelukan dan saling memaafkan, goa itu akhirnya diberi nama Goa Jatijajar.
Nah, teman-teman, sampai saat ini, Goa Jatijajar masih tetap cantik dan menawan, patung Arya Kamandaka dan jagonya memperindah panorama di dalam goa. Souvenir cantik dari kerang juga tersedia di sana. Selain itu Teman-teman juga bisa menikmati makanan khasnya lho, ada sirsak, sale pisang, pecel, dan mendoan yang sangat menggoda. Jangan tunda lagi ayo kita berwisata ke Goa Jatijajar, bernilai sejarah, indah, asyik, dan tak terlupakan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kerwn Bu Widi. Sejarah Goa Jatijajarnya lengkap banget. Terima kasih ya sudah berbagi.
Mohon sarannya