Oleh : Niswati Leman.

Kebiasaanku di rumah senantiasa memakai daster karena lebih nyaman dan praktis. Daster batik merakyat, murah meriah dan semua orang pasti memilikinya. Aktivitas berbenah sore senantiasa rutinitas dilakukan tanpa perintah dari siapapun. Opa yang melihat badanku seperti gangsing kesana kemari membuat opa sedikit agak interest kepadaku. Ajakan mesra untuk keluar duduk santai terlontar dari mulutnya sambil berkata, "ma... Ganti pakaian ya, biar kita duduk santai di simpang amoy". Akupun meluruskan ajakan Opa.

Dengan masuk kamar dan ganti pakaian kulakukan. Engga pake acara lama, takut opa keburu engga sabar. Tara, aku sudah siap, hayo kita berangkat.

Sesampai di Simpang Amoy, pesan TST dua gelas langsung dipesan opa. Sambil menunggu pesanan datang kami berbincang kecil mengenai masa depan. Alhasil, opa mengajak ke rumah salah satu anak laki-laki opa. Minuman TST yang dipesanpun datang. Setelah membayar TST, kamipun berlalu dari Simpang Amoy menuju rumah anak laki laki opa.

sedikit engga enak, masalahnya yang mau didatengi sudah tutup pintu. Aduh, pikirku lama. Sembari aku berkata, "pa, orangnya sudah pada tidur, engga enakkan mengganggu". Namun opa yakin dan percaya kalau anaknya belum pada tidur.

Betul, ketika opa memanggiil dengan membunyikan klekson, tiba tiba Esal langsung keluar dan berkata, "opaaaa.... Omaaaa...." dengan penuh kehangatan menyapa kami berdua. kujawab salam Esal dengan penuh kelembutan dan peluk teletabis. Peluk yeletabis selalu kami lakukan ketika kami bertemu. Pokoknya sudah kebiasaan lah.

Esal berlari kecil masuk ke dalam rumahnya. Aku terheran-heran kepada Esal masuk ke rumah. Sesaat kemudian Esal keluar bersama sepeda kecil mungilnya. Dengan gaya lincah seolah olah Esal sudah mahir mengendarai sepeda kecilnya itu. Rupanya Esal mau pamer sepeda kecilnya kepada opa dan Omanya. Kami berdua membalas perkataan kepada Esal, "wah, bagus dan cantik sekali sepeda Esal". Wajah Esal tampak sumringah mendengar pujian dari kita berdua. Semoga Esal sehat selalu. Aamiin