#tantanganmenulis48

#pentigraf

Ayah...Ayah... bangun! kata anakku sambil membisikan ke telingaku. “Udah jam setengah delapan, ayah ngga wok prom hom?” terus saja menggoyangkan kakiku. Aku bangun, kaget setengah mati. “Astagfirullah!” kataku. Aku bangun dan tersenyum dengan anakku. “Terima kasih, Adel anakku yang cantik, untung kamu bangunin Ayah!” Kamu sendiri ngga home learning, Del! tanyaku untuk mengalihkan perhatian karena kecerobohanku bangun kesiangan. Entahlah hari ini badanku pegal nian. Selesai subuh, langsung blek! Ambil sarung dan guling terus saja bercumbu dengan kasur.

------0-----

Anakku tak menjawab, hanya matanya mengerling dan mengarahkan ke belakang tempat tidurku. “Alamak!” istriku dengan senyum simpul tanpa ekpresi sambil berkutat dengan telepon genggamnya. Waduh! Mama dari tadi rupanya, sudah home learning! tukasku. Lah!, Ayah memang ngga ngasih home learning ke murid-murid ayah! tanya istriku kembali. Sambil nyengir kuda, “Ayah baru woro-woro ke orangtua ke Grup Whatshapp belum sempat kirim kegiatan home learning, tambahku. Aku bangun dari tempat tidur langsung segera ambil telepon genggamku. Di notasi ada duapuluh pesan Whatsapp. “Pak ,kapan mulai home learningnya!” Buru-buru saja aku membagi link Google Form ke Whatsapp Grup untuk memulai pembelajaran home leraning agar tidak terjadi demo selanjutnya. Pagi yang berdebar-debar.

------0-----

Aku dan anakku, sama-sama bekerja dengan dua dimensi berbeda. Anakku sebagai siswa larut dalam kegiatan home learning. Sementara aku mengajar di rumah atau istilah lainnya Work From Home. Tak salah aku menyebutnya WFL vs HL. Selesai. Itu saja.