RAJIN MELIHAT KBBI DAN PUEBI (278)
RAJIN MELIHAT KBBI DAN PUEBI
Suatu ketika, di awal-awal saya aktif menulis di Gurusiana, salah satu tulisan saya dikritik habis-habisan, karena salah menempatkan huruf besar dan huruf kecil. Saya masih ingat yang meresensi tulisan saya adalah Bapak Edi Prasetyo, guru SMA dari Purbalingga Jawa Tengah.
Sebagaimana peribahasa, pucuk dicinta ulam tiba, justru momen itulah yang saya tunggu-tunggu. Ada Gurusianer peduli. Lantas berusaha membetulkan tulisan, di mana letak kesalahannya.
Sejak peristiwa itu, saya berusaha untuk berhati-hati menulis. Dan terpenting saya jadi rajin membaca ejaan yang benar sesuai kaidah dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Satu lagi yang selalu saya jadikan pedoman penulisan, yaitu menempatkan kata baku dalam setiap kalimat sesuai panduan kamus. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) menjadi salah satu kamus rujukan resmi, saat dihadapkan dengan pemakaian kata yang ambigu.
Saya juga berterima kasih kepada salah seorang editor, cerpenis, juga novelis, yang mengajari cara menulis cerpen, saat saya ikut pelatihannya. Ia membedah habis-habisan cerpen yang saya kirimkan kepadanya.
Benar, ternyata keindahan cerpen itu, bukan saja menarik dari sisi cerita, tapi juga keindahan bahasa yang digunakan. Pemakaian kata yang baku menjadi bagian tidak terpisahkan dari indahnya sebuah cerpen atau novel. Kecuali untuk menuliskan bahasa daerah, harus ditulis miring.
Saat saya melakukan SKSS (Saling Kunjung Saling Sapa), ada satu tulisan bagus, tetapi sayangnya terganggu dengan penulisan kata yang keliru. Kata yang tidak baku. Seharusnya kata yang benar adalah Laptop, tetapi ditulis "Leptop." Mulanya, saya pikir hanya typo biasa. Namun, kata itu ditulis sampai sebelas kali. Mungkin penulisnya lupa melihat Kamus Bahasa.
Setelah menjadi sebuah tulisan, biasanya saya akan membaca berulang-ulang. Minimal lima kali. Sebelum diupload. Kadang setelah tayang pun, saya masih harus edit kembali. Saya menyadari, saat tulisan telah beredar, ia akan menjadi konsumsi publik, dibaca banyak orang. Bahkan ada tulisan saya di share kemana-mana. Dari situ pembaca akan melihat siapa penulisnya.
Pantas saja Pemred Mediaguru, Mas Eko Prasetyo, sering memberikan kultum berkaitan dengan topik kebahasaan. Membahas kata-kata atau kalimat rancu dan ambigu. Itulah mengapa saya mengoleksi bukunya “Cermat Menulis Kata.”
Saya sendiri merasakan, saat semakin sering menulis, naluri semakin halus dalam mengelola tulisan. Jika ada kata atau kalimat yang aneh, akan cepat diketahui saat membacanya. Itulah mungkin pentingnya menjadi editor mandiri.
Ternyata mewujudkan tulisan berkualitas tidak mudah. Perlu banyak belajar dan belajar. Kabar baiknya, menulis itu keterampilan, bukan kepandaian. Semakin banyak latihan, semakin terampil.
Jayapura, 31 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasnan menarik pak, harus lebih sering melihat KBBI dan PEUBI supa atulisan semakin memenuhi kriteria baik, sukses selalu pak
Salam sukses, Bu Guru.
Ulasan yang mengingatkan Pak Wahyu, semoga terus menjadi lebih baik...salam kenal
Salam kenal, Pak. Sukses selalu