#tantanganGurusianahri-189#

Menulis memang satu hal yang sangat menyenangkan. Seperti tengah berbicara dengan seorang sahabat. Semua hal dapat kita ungkapkan tanpa takut akan ada yang tersinggung, marah atau baper sekalipun. Tulisan yang kita buat pun sah-sah saja sepanjang memang itu untuk konsumsi pribadi bukan untuk publikasi.

Kekuatan menulis seseorang juga sangat ditunjang kemampuan membacanya. Membaca seolah menjadi amunisi utama bagi seorang penulis untuk memulai merangkai kata-katanya. Rasanya sangat tidak mungkin, tanpa amunisi utama ini akan dapat mengalirkan ide-ide dan ulasan yang diharapkan.

Rasanya tak berlebihan kalau kemudian kegiatan menulis benar-benar menjadi candu yang memabukkan. Namun apakah menulis saja sudah cukup?

Tentu tidak. Terkadang saya pun lupa, terlalu asyik menulis hingga lupa untuk "membaca". Ternyata tak cukup dengan membaca teks, naskah buku, majalah, jurnal atau yang lainnya saja. Namun ada hal membaca yang lain juga. Tentunya membaca dalam konteks yang lebih luas maknanya. Hal ini akan menjadi tambahan referensi dan memberikan nilai yang lebih dalam ruh sebuah tulisan.

Seperti halnya dengan tantangan Guru Siana hari ini saya benar-benar tak ada ide yang bisa saya tulisankan. Dalam perjalanan saya tadi, kembali nasihat bijak dari seorang guru terngiang dalam benak saya. "Jangan pernah berhenti menulis."

Dan hanya inilah yang memang hanya bisa saya tuliskan di hari ke-189 ini. Dua hal yang saya garis bawahi, jangan berhenti menulis dan belajar "membaca." Terima kasih guru atas segala masukan dan dukungan yang selalu membangun. Walau terkadang,tak selalu bisa saya pahami saat itu juga.