Usnidar

Merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Alhamdulillah, sudah berlatih menulis sejak bergabung dengan MediaGuru. Guru MTs.N 3 Solok. Kecamatan Lembah Gumant...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mulai Berdiri di Kaki Sendiri

Mulai Berdiri di Kaki Sendiri

#tagursiana h.40#

"Sekarang aku sudah menamatkan pendidikan di sekolah Pendidikan Guru Agama." Rasa iba mulai terasa di kala melihat angka-angka yang tertera di selembar kertas ijazah dengan nilai sangat baik. Rata-rata di atas 90 terlihat dalam deretan angka tersebut.

Di kala siang berganti malam, heningnya tempat kost ku kian terasa, saat anak-anak kost terbuai dalam mimpinya, rasa ibaku semakin menjadi-jadi.

"Harus kemanakah aku membawa ijazah dan angka bagus yang ada di kertas ini. Ingin kuliah seperti teman-teman suatu hal yang tidak memungkinkan. Karena kakak tidak mungkin membiayai kuliahku," gumamku.

Mataku tidak mau terpejam. Pikiranku menerawang entah kemana. "Ingin kemana aku setelah ini." Pertanyaan itu seakan sedang berpesta dalam benakku.

Beberapa saat kemudian, aku teringat, Pak Abdullah kepala sekolah Tsanawiyah tempat kost dulu. Selama di PGA, aku masih sering berkunjung ke rumah Pak Abdullah, karena aku teringat kebaikan keluarga beliau yang sudah bersedia memakamkan Ayah di tanahnya. Di samping itu, beliau adalah orang baik dan perhatian kepadaku.

"Aku akan mencoba menemui kembali Pak Abdullah. Jika ada rezeki, aku yakin beliau akan menerimaku sebagai tenaga pengajar di sekolah yang beliau pimpin," bisikku.

Lusa, aku coba menemui Pak Abdullah di kota dingin tak bersalju tempat dimana ayahku di semayamkan. Aku membawa pakaianku yang tidak seberapa.

Berbekalkan selembar ijazah dengan angka -angka yang bagus, aku menemui Pak Abdullah kepala madrasah tsanawiyah menyusuri jalan berliku yang selama perjalanan disuguhkan pemandangan indah dengan hamparan kebun teh bak permadani yang memesona.

Setibanya di rumah, Pak Abdullah , seperti biasanya kebiasaan seorang siswa kepada guru, aku menyodorkan tanganku sambil menyapa lembut.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Pak Abdullah menyambut dengan senang hati. Karena beliau mengira kedatanganku adalah untuk ziarah ke makam Ayah.

Saat malam tiba usai Salat Maghrib. Aku menjelaskan maksud kedatanganku kepada, Pak Abdullah.

"Begini, Pak. Sekarang aku sudah tamat. Ingin melanjutkan ke perguruan tinggi rasanya tidak mungkin karena keadaanku yang sudah yatim piatu dan lagian Kak Rus tidak akan sanggup untuk membiayaiku," ucapku lirih.

"Apa rencanamu, Rudi," balasnya.

"Kalau bapak mengizinkan, aku ingin mengabdi dan mengajar di sekolah, bapak," lanjutku.

Tanpa pikir panjang, Pak Abdullah langsung menyambut keinginanku. Karena sekolah yang beliau pimpin sedang kekurangan guru. Apalagi beliau mengetahui kalau aku akan mampu mengajar karena beliau mengetahui kemampuanku.

"Jika itu keinginanmu, mulai besok silahkan datang ke sekolah. Nanti, mana guru mata pelajaran yang tidak ada, kamu harus siap untuk mengajarnya," jelas, Pak Abdullah.

"Terimakasih, Pak. Insyaallah aku akan mencobanya."

Besok harinya, aku mulai mengajar anak-anak yang tidak terlalu berbeda umurnya denganku.

Semenjak itu, aku mulai mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri. Aku mulai memenuhi kebutuhan hidup sendiri tanpa harus minta bantuan, Kak Rus.

Alahan Panjang, 07 Maret 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post