Mulus Menembus Media, Mau?
Mulus Menembus Media, Mau?
Siapa sih yang tidak ingin tulisannya diterbitkan di media lokal atau pun nasional. Bagi penulis junior, bertahan terus menulis saja sudah bersyukur, apalagi sampai tulisannya dimuat di koran atau majalah terkenal skala nasional. Senangnya, tepat hari Kamis 20 April 2017 menjadi waktu bersejarah. Kali pertama opini Saya “Menyoal Pungutan Liar” dimuat di Tangsel Pos. Alhamdulillah ya Rabb. , akhirnya menembus koran walaupun skala lokal. Sengaja deng ..., targetnya membidik koran lokal untuk saat ini, ngukur diri lah... , kan penulis pemula he he he ... .
Menulis opini terkesan sulit dan rumit. Tetapi menjadi perkara sebaliknya “mudah dan justru menantang”, apabila terus berusaha. Level menulis opini lebih tinggi tingkat kesulitannya dibanding menulis sms, wa, update status, ya iya lah... . Yang lebih tinggi lagi menulis buku dan artikel. Level opini persis dibawah kedudukan buku dan artikel loh. Sekarang waktunya naik maqom dong. Fokus nulis opini dulu yuk!.
Penasaran deh ingin cepat mahir menulis opini. Jika update status selancar air mengalir, maka menulis opini semudah membalikan telapak tangan, hmmmm. Di sini, Saya coba berbagi pengalaman berharga oleh-oleh mengikuti pelatihan menulis opini yang di selenggarakan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tepatnya Jumat-Sabtu 7-8 April 2017, bersama trainer kerennnn dan kocak Dr. Jejen Musfah, MA. Sebagian tulisan opini peserta pelatihan sukses dimuat media, termasuk tulisan saya. Mau tahu caranya agar tulisan opini kita mulus menembus media?.
1. What ?
Kenalilah apa sih opini itu?. Opini adalah pendapat atau tanggapan seseorang atas objek maupun peristiwa tertentu. Namanya juga pendapat, pastinya berbeda-beda karena setiap orang bisa berpendapat dengan argumennya walau pun belum tentu kebenarannya. Namun, dalam opini bukan hanya alasan-alasan klise ya guys. Penulis opini harus mengetahui masalah yang akan ditulisnya disertai argumen kuat, bahan-bahan, referensi, dan data akurat. Sebuah opini biasanya menjelaskan apa masalah yang terjadi, mengapa masalah itu terjadi, dan menawarkan apa solusinya. Gaya bahasanya pun harus ringkas, mengena, dan tidak bertele-tele (-+500-1000 kata).
2. Where?
Ke mana opini dikirim?. Koran lokal menjadi pilihan penulis pemula di banding koran nasional yang lebih ketat persaingannya. Majalah mingguan, bulanan, tabloid, website menjadi alternatif pengiriman tulisan opini kita. Setiap media masa biasanya menganggarkan dana khusus. Untuk para guru, sekarang banyak media cetak yang menyediakan kolom khusus guru menulis. Guru memang selalu di hati pemirsah, enaknya ya pesaingnya hanya para guru. Makanya harus dimuat nih.
Penulis artikel atau opini harus mulai menyimpan referensi lengkap alamat email media masa lokal maupun nasional seperti:
Radar Semarang kolom “UNTUKMU GURUKU”, Republika, Pikiran Rakyat,Tangsel Pos ... .
3. When?
Kapan waktu yang tepat ?. Penulis opini yang cerdas pintar memilih tema hangat saat trending topic terjadi, baik di media cetak, televisi, viral medsos; facebook, twiter, instagram. Secara rutin mengincar jadwal hari- besar nasional dan dunia, contoh: hardiknas, hari ibu, hari buku, hari bumi, ... . Cermati peristiwa besar nasional , contoh: mudik lebaran. mengenang tokoh yang baru saja meninggal, dan perubahan kebijakan baru pemerintah. Segeralah buat opini segar dari peristiwa hangat tersebut.
Sebagai contoh tambahan, opini Saya Menyoal Pungutan Liar. Bertepatan dengan diterbitkan dan awal diberlakukannya Permendiknas 75 tahun 2016 tentang Komite Sekolah. Selesai pengiriman teks ke email redaksi, saat itu maraknya berita tentang saber pungli di beberapa media televisi, salah satunya Metrotvnews.com, Batam: Tim Sapu Bersih (Saber) Pungli Polresta Barelang menyita uang tunai Rp37 juta dari operasi tangkap tangan (OTT) dua pegawai Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) yang melakukan pungli di Pelabuhan roll on-roll off (ro-ro), Telaga Punggur, Batam.
4. Why?
Jika opini Kita dimuat, tentunya akan mempengaruhi Self branding (merk diri) baik pribadi penulis maupun institusi tempat penulis bekerja. selain dapat mengemukakan ide, menebar gagasan , serta dibaca orang banyak, dapat fee lagi. Namun, tujuan menulis adalah bukan agar dimuat di koran loh, apalagi mendapat honor. Jika sebuah tulisan tidak dimuat di koran, penulis bisa menerbitkan sebuah buku kumpulan tulisannya selama setahun. Wow, malah lebih keren dong punya karya buku. Tidak ada ruginya kan menulis.
5. How to?
Setelah memilih tema dan isyu, pengumpulan data dimulai. Googling topik yang akan ditulis, biasanya berita koran. Kumpulkan lima sampai tujuh berita, lalu printoutlah agar enak dibaca dan menganalisanya kembali. Pilihlah data yang sesuai dengan tujuan tulisan kita. Buatlah peta tulisan atau alur tulisan WWHC, seperti:
a. What’s problem (apa masalahnya)
b. Why (mengapa masalah itu terjadi)
c. How (bagaimana solusi dan penyelesaiaannya)
d. Closing (penutup)
Empat alur tulisan tersebut adalah sebagai kerangka dari deskripsi fenomena yang terjadi, mengapa fenomena itu bisa terjadi--perbandingan teori fenomena sebelumnya atau sesudahnya, dan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Terakhir , tutuplah tulisan Anda dengan kalimat pernyataan, menunjukan bahwa penulis percaya diri dan mantap dengan solusi yang ditawarkannya, banyak juga yang menutup tulisan dengan pertanyaan contohnya, sekarang keputusan ada di tangan Anda, maju atau mundur?
Mulailah mengetik dan menuangkan ide anda mengikuti peta tulisan yang Anda buat sampai sempurna. Begitu tulisan selesai, berilah judul yang “mengigit” dan menarik, lalu edit manual dan printout naskah. Jangan lupa, apakah lead kepala tulisan pada paragrap pertama sudah tajam dan memukau? Di sinilah pembaca akan tertarik untuk melanjutkan membaca atau berhenti di situ. Selanjutnya, baru cermati sekiranya masih ada tambahan dan pengurangan konten pada redaksi opini. Nah sekarang... tarraaaa..., tinggal kirim deh via email.
a. segera kirim file MS Word melalui email dengan attachment (sisipan), jangan menulis di badan email. Cantumkan photo sedada dalam file JPG resolusi rendah.
b. Tuliskan dengan jelas subject email “ judul artikel opini”
Dag dig dug deg dor masa menunggu setelah pengiriman naskah. Rasanya tidak mau melewatkan sehari saja memantau media cetak yang dituju. Berharap-harap cemas opini kita nongol. Jika tidak berlangganan koran, usahakan sepagi mungkin memburu dan mengintip kolomnya. Lama menunggu tulisan dimuat bisa satu hari, satu minggu, dua minggu, satu bulan, maksimal tiga bulan. Kebanyakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Jadi, kenalillah karakter media yang akan kita kirimi berapa lama biasanya naskah tulisan antri.
Perhatikan kode etik pengiriman tulisan. Hanya diperbolehkan mengirim ke satu media. Jika tulisan kita diterbitkan oleh dua media dengan tulisan sama, habislah riwayat karir kita black list, tidak akan ada lagi media yang mau menerima naskah kita selanjutnya. Tetapi setelah mengetahui tulisan Kita tidak di muat, barulah mengirim ke media lain. Cusss, sekarang tinggal prakteknya nih... segera tulis, amunisi sudah siap kan?.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
bagus banget. Makasih ya sudah berbagi
terima kasih pa leck, masih sngt butuh saran membangun nih
MANTAP, Bu!
bu nining terima kasih, semangat ngejar 25 juni. mohon supportnya
Kereen bingitz bu Upi. Lanjutkan bu. Selalu semangat danudah berbagi.
terima kasih, butuh koreksi di sana sini pa yudha...belajar terus.
ini baru manthabbbbb..... ditunggu ah tulisan yang lain.
terima kasih bu hj. nunik supportnya, sama2 semangat tulisan selanjutnya ya
Keren
Thanks pa aep. Masih harus banyak belajar
Sangat menginspirasi...sukses terus ya Bu Upit.
Amiiin bu yayat. Salam sukses buat b yayat jg
Amiiin bu yayat. Salam sukses buat b yayat jg